Beberapa minggu berada dirumah sakit akhirnya kau bisa kembali ke apartemen bersama Jimin dan juga ketiga anakmu.
"Oppa aku tidak sabar melihat kamar baru mereka"
"Tunggu dan lihatlah kau akan berterimakasih pada suamimu ini"
Dengan bangga jimin menyombongkan dirinya. Lihat saja nanti hasil kerja tangan suamimu itu.
"Jinja kita lihat saja nanti, bagiamana hasil kerja tanganmu itu yeobo"
"Ouh kenapa wajahmu? Hey jangan merendahkan suamimu ini"
Kamu menahan tawa yang membuat pipimu memerah. Kau teringat tentang sesuatu.
"Ania"
"Andwe cepat katakan"
"Ara, aku teringat saat Bangtan memberikan kejutan selamat datang untukku. Mereka salah mengira kau adalah aku, bagaimana itu bisa terjadi mereka sangat bodoh"
Kamu kini tertawa terbahak. Mereka tidak akan berhasil saat memberikan kejutaan untuk kekasih mereka.
Jimin sibuk menyetir dia hanya tersenyum simpul. Ingatanmu membuat luka untuknya. Entahlah itu adalah waktu dimana Yoongi menghianatinya, mencintai seseorang yang sangat berharga untuk Jimin. Bahkan Yoongi menyuruhnya pergi meninggalkanmu. Itu adalah kebenaran pahit yang pernah terungkap dalam hidupnya.
"Weyo bukankah itu lucu,woah jinja ingat saat mereka menatapku. Itu hal bodoh yang tidak akan pernah terlupakan"
Hal bodoh yang menjadi awal luka jimin, apakah kau melupakannya atau kau berpura-pura saat ini? Jimin tidak tau pasti tentang itu.
"Hey tapi bagaimana kau bisa berakhir disana?"
Jimin menoleh kearahmu tanpa ragu dan mulai mengalihkan matanya untuk fokus kearah jalanan.
Pertanyaan yang menjadi misteri untukmu sendiri.
"Aku dengar dari dokter kim bahwa kau bersama Yoongi hyung. Sungguh aku tidak pernah berfikir kau berada disana dengan Bangtan. Aku hampir frustasi karena kau hilang beberapa menit setelah aku mengejarmu keluar. Kau tau aku sangat menghawatirkanmu"
"Jinja kau mencariku dan kau tidak mencariku didorm"
"Tentu saja, aku bahkan mencarimu dibusan aku khawatir ibu akan membohongiku saat aku hanya bertanya lewat telfon".
Kamu tersenyum manis untuk jimin. Sungguh tidak bisa disangka Jimin rela menyusulmu dibusan.
"Ah syukurlah"
Bersyukur karena jimin ternyata masih perduli dan bahkan sangat menghawatirkanamu. Kebodohannya yang membuatnya tidak bisa menemukanmu lebih cepat.
"Kau fikir aku tidak menghawatirkanmu?"
"Nde, aku hampir menyerah dan akan menceraikanmu waktu itu"
"Maafkan aku, aku benar-benar marah waktu itu"
"Ah ania lupakan saja"
Kamu menunduk melihat kedua malaikat kecilmu dalam dekapan.
"Gomawo?"
"Untuk?"
"Memeberikan ketiga malaikat dalam hidupku, maafkan aku aku tidak bisa berada disampingmu saat kau merasa kesakitan"
"Ania, aku sangat bersyukur kau berada disisiku sekarang chagia"
»«
"Kajja kita sampai"
Setelah beberapa menit berkendara akhirnya kau sampai dikedianamnu.
"Cangkaman"
Jimin menghentikan langkahnya, dan mengambil kedua putrimu dari genggamanmu.