3 cm : Dia Itu...

11K 1.8K 73
                                    

Dari celah pintu besar menuju outdoor, aku memperhatikan Tirta. Bagaimana cowok itu memasak, mengabaikan tangannya yang kena percikan minyak, atau saat cowok itu menatap masakannya fokus. Tak memedulikan ucapan orang lain, bahkan host sekalipun. Tapi kadang, ia tersenyum pada kamera atau saat mendengar banyolan host yang nggak enak didengar.

 Tapi kadang, ia tersenyum pada kamera atau saat mendengar banyolan host yang nggak enak didengar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tersenyum bahagia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tersenyum bahagia.

Dia berhasil.

Sangat berhasil untuk meraih mimpinya. Bahkan hasil dari usahanya pun nggak tanggung-tanggung. Kulihat dari wikipedia (yap, namanya sudah tercantum di wikipedia) kalau dia termasuk lulusan Le Cordon Blue dan pernah mencicipi Institut Culinary of America sekitar enam bulan lalu setelah mendapat ilmu dari sana, ia memutuskan keluar. Aku nggak terkejut sih, waktu ada acara TV ternama Amerika yang mendatangkannya jadi guest star. Bahkan kepulangannya di Indonesia pun menarik perhatian.

Biasa. Mana bisa sih, orang Indonesia nggak noleh saat ada pria tampan, berpendidikan, lulusan sekolah kuliner dari luar negeri, habis shooting TV acara luar juga. Ah, jangan lupakan Om Natawijaya—papa Tirta yang dulu juga selebriti chef setelah memutuskan untuk pensiun.

Dulu, aku yakin Tirta tidak mau masuk dunia masak memasak. Tapi karena Om Natawijaya, dia jadi mau. Mau nggak mau sebenarnya.

Huh, masa lalu.

"Ganteng ya diaaa. Aduhhh, bulu gue jadi merinding!"

Abaikan ucapan Mbak Septi. Dia memang selalu seperti itu saat lihat cowok ganteng. Nggak bisa mingkem.

Aku tertawa. "Banget, Mbak. Aku sampai bingung. Dia itu beneran manusia bukan."

"Gue rasa bukan manusia, deh. Uwww! Tangannya cucok banget minta dibelai!" pekik Yati kelewat senang.

Aku langsung menoleh ke Yati. Tapi tatapannya masih lurus ke Tirta. Bibirku langsung cemberut maksimal.

Asal kamu tahu saja, Yati. Bagaimana dinginnya dia dulu, sedangkan tangannya sangat hangat menggenggam.

"Hus! Dia udah tunangan, tau!" sembur Mbak Septi seketika bangun dari mimpinya.

Yati menoleh. Tak terkecuali aku. Bahkan aku sangat terkejut dengan fakta tersebut.

Rainbow PastaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang