9. Sial

1K 55 2
                                    

Lian merasa jadi orang yang sangat sial. Dia berada diantara tiga orang yang saling perang dingin. Mikirin Kafin dingin aja bikin dia merinding, eh ini malah dapet tiket nonton gratis orang yang lagi perang dingin. Kan Lian sebel.

Awalnya, Lian seneng bukan main saat Okta ngajak dia main sama anak-anak yang lain. Apalagi mainnya di runah Ana. Tapi, kalo dia tau akhirnya bakal kayak gini. Mending tidur.

Hingga, Okta ngajak dia dan Dira jalan. Sekarang cuma bertiga. Karena yang lain lagi dalam suasana yang gak memungkinkan buat kumpul.

Okta ajak Lian dan Dira jalan, tapi hasilnya sama aja gak bener. Pasalnya mereka bingung mau main kemana. Gak mungkin di rumah Ana lagi. Di rumah Lian, ditolak karena ada si biang--Lele. Di rumah Dira nggak banyak makanan. Di rumah Okta? Gak lah, takut disuruh nonton film india. Lian bosen nonton film india sama Bunda.

"Males ah, jangan di rumah lo Ta. Takut disuruh nonton film india, bosen gue. Tiap hari marathon film india sama Bunda. Kurang berbakti apa coba? Udah mah gue yang download," Dira menyenggol lengan Okta yang masih kaget dengan penuturan Lian.

"Lah, kok curhat?"

"Bodo. Jadi gimana? Masa kita keluyuran tanpa tujuan. Gelandangan dong," Dira berpikir. Okta juga.

"Makan aja yuk, laper" ujar Dira. Cengiran khas miliknya muncul.

"Starbucks?"

"McDonald's ajaaaa," tawaran Dira dapat persetujuan dari yang lain.

Akhirnya mereka memutuskan buat main ke McDonald's Dipatiukur. Lumayan. Okta yang traktir. Karena dia yang ngajak. Okta ajak mereka main dengan alasan boring, dan capek liat pertengkaran Ana, Rey, Okta. Kasian Okta. Paling ngenes.

"Dir, ternyata Okta jauh lebih ngenes dari gue," Dira cekikikan di bangku nya. Okta hanya mengangkat sebelah alisnya. "Ngapa?"

Lian menggeleng sambil tertawa renyah, sampai-sampai dia dapat panggilan alam. "duuhhh duh. Gue kebelet pipis. Ntar  tungguin gue ya. Awas ya lo pada" teriak Lian sambil berlari ke toilet. Okta geleng-geleng gak ngerti.

"Lian ngetawain apaan sih?"

"Mana tau. Aneh dia mah. Kurang kasih sayang ya gitu," Okta mengiyakan ucapan Dira. Mereka lalu berbincang ala mak rempong.

Mereka gak lama-lama di McDonald's. Setelah selesai makan mereka langsung pulang. Dan, betapa terkejutnya Dira saat lihat pesan yang masuk.

"Li, liat!" Dira yang duduk di jok depan memberikan handphone nya ke Lian. Mata sipit Lian membelalak. "Dapet dari mana dia?"

"Gak tau gue." Dira menghela nafas gusar.

"Okta, gue turun di rumah Lian ya? mau main, sama Ana juga nih. Dia lagi otw" Dira membalas chat Ana sambil mengucapkan kalimat itu pada Okta. Okta hanya menganggukkan kepala mengerti.

|||

Lian duduk di samping Dira dengan gugup. Dugaannya benar, motor yang terparkir di depan rumahnya milik Kafin.

"Kang, udah mau pulang?" tanya Dira. Kafin menangguk. Ia sedang membenarkan hoodie miliknya.

"Jangan dulu deh ya, gue mau curhat Kang. Gapapa ya?" kata Dira. Lian langsung menyubit lengan Dira. Mata sipit nya dipaksa melebar, Dira hanya mengangguk sambil meminta persetujuan Ana. Dan sialnya. Ana juga setuju Kafin ada disini.

Kafin tampak berpikir, tawaran Dira barusan cukup bagus. Lalu, dia mengiyakan.

"Eh, bentar dulu ya. Gue ke atas," Lian kabur. Dari tadi wajah Lian sedikit merah.

[INS] GalaksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang