BAB I : BERAWAL DARI MIMPI

53 10 2
                                    


"HEEYYY ... kamu pria asing yang berdiri di sana!" Terdengar suara lantang yang mengganggu telingaku dan membuyarkan lamunanku. Namun, aku tidak tahu dari mana sumber suara tersebut berasal.

"HEEYYYYYY ... !" Suara yang semakin lantang itu kembali menyapa telingaku, terdengar seperti suara dari seorang wanita.

"HEEYYY, apa kamu tuli!" lagi-lagi suara yang mengganggu telingaku itu kembali terdengar.

Dan sepertinya, aku sudah mulai mengetahui dari mana sumber suara tersebut berasal.

Suara itu datang dari seberang jalan yang ada di sampingku.

Dan benar saja, suara cempreng itu benar-benar berasal dari seorang wanita yang sedang berdiri tegap di sana.

"HEYYY ... diam kamu di situ!" Teriaknya lagi dengan suara yang masih terdengar keras. Tapi kali ini mulai sedikit bersahabat di telingaku.

Dan kini, dia mulai berjalan mendekat ke arahku.

Tapi tunggu dulu, ternyata wanita itu tidak sendirian, ada dua orang pria yang menyusul di belakangnya, yang juga ikut menghampiri ke arahku.

Dan hanya dalam hitungan detik, kini mereka bertiga pun sudah tepat di depanku. Mereka berdiri hanya berjarak satu meter dari tempat dimana aku berdiri.

Kemudian, wanita yang mengenakan jaket tebal berwarna abu-abu, dengan kerah leher yang berbulu putih agak lebat yang terlihat menghangatkan lehernya itu, kembali memulai dialognya.

"Siapa kamu, dari mana kamu berasal, apa tujuanmu ke sini, apa kamu mau membuat kekacauan di sini?"

Dengan bola matanya yang berwarna cokelat, wanita itu menatapku tajam penuh curiga.
Sementara, kedua tangannya mulai menyilang di depan dadanya, seakan sedang menghakimiku.

Wanita berwajah mungil dengan bibir tipis merah jambu serta dengan hidung yang mancung di hadapanku ini, masih terus menatapku tajam.

Sepertinya, dia sudah tidak sabar mendengar jawabanku, dan sudah bersiap dengan pertanyaan yang lainnya lagi yang akan dia luncurkan kepadaku.

"Hmm." Aku hanya diam dan tetap menatap wanita yang tingginya hanya sebatas pundakku ini dengan merasa kebingungan.

Wanita berkulit putih yang putihnya jauh melebihi kulitku, dengan rambut pirang yang panjangnya sepinggangnya ini semakin tidak sabar, "CEPAT JAWAB!" Gertaknya lagi, tangan kanannya menyibakan poni yang hampir menutupi kedua alisnya, dan dilanjutkan dengan sedikit merapikan rambut di bagian dekat kedua telinganya yang kemudian diikat ke belakang atas kepalanya.

"Ya ampun, Alenta, bisakah kamu sedikit lebih sopan kepada dia!" Celetuk dari salah satu pria, yang berdiri di belakang sebelah kanannya, yang sedari tadi mulutnya itu sibuk menggigit setangkai batang ilalang kecil.

Kedua tangannya berada di dalam saku depan celana jeans panjang berwarna cokelat yang dipakainya.

Celana yang hampir sama seperti yang aku kenakan, hanya berbeda warna saja, karena aku mengenakan jeans yang berwarna hitam.

Celana jeans panjang pria itu juga tertutup oleh sepatu boots hitam bertali sepanjang betis yang dipakainya.

"Apa kamu tidak kasihan dengannya, yang harus kebingungan mencari jawaban atas pertanyaanmu yang begitu banyak dan merepotkan itu!" Lanjut pria yang perawakannya mirip seperti denganku ini.

Pria yang juga berkulit putih itu, mengenakan kemeja putih lengan panjang, yang kedua bagian lengannya digulung sampai ke sikunya.

"Kini aku tahu, ternyata wanita galak yang mengenakan rok hitam bergaris-garis putih kecil panjang, yang panjang roknya hanya sebatas sedikit di atas lututnya dengan terusan stocking hitam, serta mengenakan sepatu jenis boots bertali berwarna abu-abu yang sampai ke betisnya itu bernama, Alenta." Pikirku.

The  SaviorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang