BAB VI : HAL YANG MENYEBALKAN

7 2 0
                                    

"Kenapa mereka lama sekali, apa mereka semua tidak mendengar kejadian hebat yang baru saja aku alami!" keluhku kesal.

"HEYYY ... siapa saja yang ada di luar sana, bisakah kalian membantu menurunkan aku dari sini... HEEYYYY!!!!" Teriakku keras.

Yang bisa aku lakukan saat ini hanyalah berteriak dan menunggu.

Aku tidak bisa melakukan hal yang lain lagi.

Bahkan, untuk menggaruk lubang hidungku yang sudah sejak tadi terasa sangat gatal ini pun aku tidak mampu.

Karena seluruh tubuhku yang menempel dengan sangat kuatnya dengan dinding di atas sini.

Tiga puluh menit sudah berlalu, aku mulai merasa sedikit putus asa dengan keadaanku saat ini.

Hingga akhirnya harapan itu datang juga, aku mulai mendengar suara langkah kaki dari arah lorong yang datang menghampiri keruangan ini.

Dan mungkin itu adalah suara langkah dari Alenta dan yang lainnya.

Benar saja, itu adalah langkah kaki mereka, yang kemudian muncul satu persatu ke ruangan ini dari dalam lorong. Yang akhirnya membuatku langsung bisa bernafas lega.

Kini mereka datang berempat, salah satunya adalah pria tua berbadan kurus dengan rambut panjang berwarna putih yang tumbuh di samping di sekitar bagian atas kepalanya yang botak. Warna rambut yang hampir sama denganku.

Sehingga, bagian atas kepalanya yang botak itu, menjadi terlihat sangat mencolok dari atas sini, dan terlihat sangat terang karena terpantul cahaya lampu yang ada di sampingku ini.

"Apa yang sudah terjadi di sini!" seru Alenta panik, "di mana, Alarrco!" Lanjutnya semakin panik.

Dan dengan cepat Alenta mengangkat serta melempar setiap buku yang bertumpuk tinggi di depannya.

"ALARRCO ... HEEYYYYY ... DI MANA KAMU ... ALARRCO!!!!" Alenta terus meneriakan namaku dengan suara cemprengnya yang sedikit bergetar. Dan masih tetap terus sibuk dengan lemparan bukunya.

Deo ikut menyingkirkan buku yang banyak menumpuk tinggi seperti tumpukan gunung itu, "HEEYYY ... APA KAU MASIH HIDUP, KAWAN!" Teriaknya yang juga terdengar panik. Dan juga masih tetap sibuk dengan batang ilalang di mulutnya.

Di sisi lain, Call menyingkirkan rak-rak besar yang bergeletakan dengan kekuatan tanaga yang dimilikinya, "ALARRCO ... DIMANA KAMU, JAWAB KAMI!" Call berteriak dengan suaranya yang besar.

Sementara, pria tua yang memakai jubah berwarna putih itu hanya terlihat diam terpaku, dan tampak kebingungan dengan tingkah mereka bertiga.

"Heyyy ... kalian harus tenang dulu!" Ucapnya dengan suara yang bergetar seperti para orang tua pada umumnya.

Aku lalu mencoba sedikit menggerakan kedua telapak tanganku yang menempel, "bisakah kalian membantuku turun dari sini!" Seruku pelan.

Deo yang mendengar suaraku langsung melihat ke arahku.

Sebelah tangannya ditempelkan ke dahinya untuk menutupi pandangan matanya dari sinar lampu yang memantul, yang memang terlihat silau untuk melihat ke arah atas sini jika dilihat dari bawah sana.

"Ya ampun, ternyata di situ kau rupanya!" seru Deo, "jadi, kau sedang membersihkan atap, yaa!" lanjut Deo, "apa perlu aku membantumu membersihkannya?" Teriak Deo meledek.

Call melihat ke arahku, "heyyy, Alarrco, apa yang sudah terjadi?" Sambung Call bertanya bingung dari bawah.

Alenta langsung menyambut dengan melotot ke arahku dan langsung berkacak pinggang, "apa yang kamu lakukan di situ, kenapa kamu hanya diam saja dari tadi, kamu sudah membuat kami panik tau!" teriaknya berang, "aku tidak akan memaafkanmu." Lanjutnya, cemberut membuang muka.

The  SaviorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang