pergi.

1.2K 131 31
                                    

Al masih betah memandangi paras damai wanita yang terlelap di hadapannya. Setelah beberapa menit yang lalu mereka menghabiskan malam penyatuan. Seperti apa yang di katakan Al sebelumnya. 'kita akan melakukannya pelan2' dan iyah Al melakukannya dengan penuh kehati hatian berusaha tidak menyakiti sang istri atas penyatuan mereka. Ini pertama kali bagi Al mau pun yuki apalagi mengingat yuki masih dalam masa pemulihan setelah masa koma satu minggu yang lalu.

Dengan posisi miring Al menggunakan siku untuk menyanggah kepalanya, Al memperhatikan seakan menyelami setiap pahatan sempurna wajah sang istri, wajah yang baru pertama kali ia lihat dengan jarak sedekat dan selekat ini saat terlelap dengan damainya semenjak ia mengucapkan ijab qobul dan menyandang sebagai suami dari yuki mei ki ka.

Dulu ia selalu menghindari apapun yang berhubungan dengan yuki, kata itu masih terus mengiang ngiang di telinga Al. Kata yang membuat Al benci pada yuki. Tepatnya mencoba membenci yuki.

Tangan Al terulur menyisihkan helaian rambut yang menutupi sebagian wajah yuki ke belakang telinga. Ia usap lembut kepala sang istri.

Ingatannya kembali pada satu minggu yang lalu saat di rumah sakit 'medika jaya'.

"ceraikan yuki" kata bunda datar tanpa menoleh kearah Al seakan enggan untuk melihat wajah putranya.

Semuanya yang ada di ruangan yuki terkejut mendengarnya, mama yuki yang bersandar dalam pelukan suaminya langsung merubah posisinya menjadi tegak, papa yuki yang menenangkan istrinya yang masih terisak langsung mendongak, ayah Al yang menyandarkan kepalanya di kursi di depan bunda hanya terhalang meja kaca persegi langsung mengangkat kepalanya, keyna yang berada tak jauh dari bangkar yuki juga langsung melihat kearah bunda. Terkejut bukan main dan semua menatap kearah bunda, mereka semua tidak menyangka bahwa bunda maia yang mengeluarkan kata yang tak terduga itu.

Begitu pun dengan Al. 2 kata yang mampu menyentak dan membuat Al mendongakkan kepalanya. Seakan baru saja hatinya di hempaskan dengan kasar ke dasar jurang yang curam.

Al yang sedang duduk di kursi samping bangkar dengan menggenggam tangan yuki dengan kedua tangannya setelah ia ciumi Al menyandarkan keningnya pada tangannya yang bertautan dengan tangan sang istri dengan sesekali buliran bening itu membasahi pipi.

Al perlahan berdiri kata itu seakan membuat Al tidak merasa ia berpijak di tanah, lemas, seakan tulang2 tubuhnya tak berfungsi. Al melangkah tertatih mendekati bunda yang duduk di single sofa di sudut ruangan yuki.

"enggak!!! Sampai kapan pun Al gak akan menceraikan yuki" Al berhenti menyisakan 5 langkah dari bunda. Bunda menatap Al tajam dengam sorot marah dan kecewa lalu berdiri.

"apalagi? Masih kurang puas kamu menyakiti yuki? Masih kurang kamu menyiksa hati yuki? Bunda tidak pernah menyangka putra bunda tega menyakiti hati wanita, dan wanita itu adalah istrinya sendiri. Apa kamu lupa bahwa bunda ini wanita? kamu lupa bahwa kamu di lahirkan dari rahim seorang wanita? Bunda tidak pernah mengajari kamu untuk menyakiti siapa pun Al apalagi hati seorang wanita" setiap kata yang bunda ucapkan mengandung amarah di dalamnya juga bersamaan dengan tetesan2 bening membasahi pipi bunda. Al hanya diam.

Ayah Al, mama papa yuki dan keyna juga diam melihat perdebatan bunda dan putranya. Mereka masih syok dan tidak mengerti kenapa bunda sampai menyuruh Al untuk menceraikan yuki. Apalagi yuki dalam keadaan sakit begini.

"kenapa kamu gak bilang dari awal kalau kamu punya wanita lain. Kenapa kamu gak nolak saat bunda bilang ingin menjodohkan kalian. Hanya tidak ingin mengecewakan bunda? Hanya Ingin melihat bunda bahagia? dengan yang kamu lakukan ini bukan kebahagiaan yang kamu kasih sama bunda Al tapi kekecewaan dan rasa sakit. Bunda sakit Al, bunda kecewa, kamu sudah menyakiti wanita yang sangat baik, bukan hanya baik tapi dia rela merelakan kebahagiaannya untuk orang yang dia sayangi"

Bila ku pergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang