Aku tergugu. Membeku oleh sosok dengan senyum semanis madu. Dirimu.
🍃🍃🍃
"Ada angin apa nih? Pagi-pagi seorang Galung sudah menciptakan senyum di bibirnya?" Andro menyambut kedatangan Galung dengan penuh semangat. Terlebih hari ini sahabatnya itu datang dengan wajah berseri-seri, berbeda dari biasanya yang selalu kelihatan suntuk dan jengkel.
"Yang pasti hal yang menyenangkan,” jawab Galung.
"Baguslah, setidaknya kamu pernah tersenyum di pagi hari. Karena itu akan membuat para gadis semakin terpesona denganmu.” Andro mengomentari para gadis yang kebetulan mereka lewati saat menuju kelas. Tak sedikit dari gadis-gadis itu yang seolah nyawanya melayang sejenak melihat Galung tersenyum, karena senyuman pemuda itu adalah sesuatu yang sangat sulit untuk didapatkan. Sifat temperamen Galung terhadap para gadis mungkin adalah kekurangan terbesarnya, tetqpi ia tetaplah seorang pemuda berwajah pangeran yang menjadi pasangan impian bagi banyak gadis.
"Masa bodoh dengan mereka,” jawab Galung tak acuh.
Begitu tiba di depan kelasnya yang berada di lantai dua, Galung tidak segera masuk. Ia berdiri di balkon dan menebarkan pandangannya ke penjuru sekolah yang memang bisa terlihat jelas dari tempatnya berada. Galung mencari sosok yang hari ini belum terlihat sama sekali.
"Cari siapa?" tanya Andro yang mengikuti tindakan Galung tanpa tahu apa atau siapa yang sedang dicari sahabatnya itu.
"Ada deh," jawab Galung. Sebuah senyuman seketika terbentuk ketika akhirnya ia melihat pujaan hatinya.
Diandra, sedang duduk dibangkunya, di kelasnya yang secara kebetulan ternyata berseberangan dengan kelas Galung. Gadis itu sedang bercanda bersama teman-temannya tanpa tahu kalau Galung tengah memperhatikannya.
"Kalau gitu masuk, yuk, aku belum ngerjain tugas dari Pak Wardi nih,” ajak Andro.
"Masuk aja duluan. Aku udah ngerjain kok,” jawab Galung, masih tak melepaskan pandangannya dari sosok Diandra yang berada jauh di seberang tempatnya berada.
"Ya udah kalau gitu, aku pinjam tugas kamu sekarang,” pinta Andro.
Tanpa melihat, Galung memberikan tasnya pada Andro dan membiarkan sahabatnya itu masuk ke kelas tanpa dirinya.
Galung memandang sosok Diandra lekat. Meski jarak mereka terpisah jauh, ia bisa melihat dengan jelas gurat-gurat senyuman di wajah gadis itu.
Cantik, seperti peri.
Itulah yang Galung bayangkan saat matanya tak henti-henti mengikuti semua gerak-gerik Diandra. Namun, gadis itu tak pernah menyadarinya, mungkin orang lain juga.
Biarlah begitu. Galung ingin menjadi egois dengan berharap hanya dirinya yang bisa melihat kecantikan Diandra.
Bunyi bel masuk sekolah membuyarkan semua lamunan Galung. Untuk pertama kalinya, ia benci mendengar bunyi itu. Karena mengharuskannya berhenti mengagumi sosok indah di seberang kelasnya.
***
Ada yang berbeda saat Galung tiba di bukit belakang sekolahnya. Pohon Flamboyan favoritnya tak lagi kosong. Diandra berada di sana, tengah menggambar dengan dipayungi dahan-dahan hijau yang mulai memunculkan kuncup-kuncup merah.
"Hei, bukannya itu tempatku?" tanya Galung. Ia tidak marah, hanya heran kenapa gadis itu berpindah tempat.
"Kamu bilang kemarin kamu tidak bisa tidur karena di sini terlalu silau. Jadi kamu bisa pakai pohon yang biasa kutempati sekarang. Di sana lebih teduh," jawab Diandra.

KAMU SEDANG MEMBACA
Angin Padang Rumput (Sudah Terbit)
Lãng mạnCerita ini terinspirasi dari : 1. Lagu We Were In Love by T-ara ft Davichi 2. Lagu Trap by Henry 3. Bukit di belakang SMA ku dulu 4. Buku A Little House on The Prairie 5. Pohon Flamboyan yang selalu aku lihat dalam perjalanan berangkat dan pulang ke...