"Woiiii" sebuah suara memberhentikan preman itu
"Siapa lo? Jangan sok berani deh"
"Sini lo kalo berani! "
"Dasarr!! "
Gue ngak bisa melihat apa yang terjadi, gue hanya bisa mendengar suara pukulan, dan gue juga dalam keaadaan setengah sadar karna syok
"Cabut! " kata salah seorang preman
Ttap ttap ttap
Gue mendengar suara orang berlari ke arah gue
"Lan? Lo ngak apa-apa kan? Lan bukak mata lo ini gue rendi"
Gue mencoba untuk perlahan lahan membuka mata gue, awalnya gue ngak bisa melihat dengan jelas, gue ngedipin ngedipin mata gue dan akhirnya jelas dan itu memang bener rendi!
"Renn, ini beneran lo ren? Renn gue takut banget ren!" kata gue sambil meluk rendik
"Hikss hikss, jangan tinggalin gue ren, gue takut"
"Lo jangan takut lan, gue ada di sini, gue ngak akan ninggalin lo, ngak akan! " kata rendi sambil membalas pelukan gue
"Kita pulang yaaa"Di rumah rendi
"Sini gue bantu" kata rendi saat melihat gue masih ngak sanggup untuk berjalan karna keaadaan gue masih syok
"Loo tidur disini aja" kata rendi sambil membukakan pintu kamar yang ada di sudut ruangan
"Tapi nyokap sama bokap lo? "
"Udah tenang aja nyokap sama bokap ada di Bandung, gue disini ngak sendirian kok ada mbok siti yang ngejagain gue, jadi lo ngak usah khawatir"
"Yaudah lo tidur yaa" kata rendi
"Ren, disini aja dulu, gue masih takut"
"Yaudahh tidur"
Saat gue mau tertidur gue mendengar rendi membisikkan sesuatu kepada gue
"Lann, sebenarnya gue sayang sama lo, gue tau lo masih bisa denger gue, gue seneng kalau lo bisa tau perasaan gue yang sebenarnya" kata rendi lalu berjalan ke pintu, dan pintu itupun tertutup
KAMU SEDANG MEMBACA
Memendam Rasa
Teen FictionKamu dan aku sama sama suka, tapi kenapa kita ngak bisa ngungkapin, apa yang salah sama kita, kenapa mulutku membeku saat aku ingin menyampaikannya? Aku harap kita bisa mengungkapkannya