Ini adalah Fanfiksi pertama yang saya buat bersama salah satu author yang sangat saya cari sebelum saya punya akun Wattpad sendiri. Suatu kehormatan bagi saya bisa merealisasikan ide yang selama ini bersemayam di pikiran kamu _swhipped. Semoga kamu suka sama tulisan saya. Dan teruntuk pembaca yang saya sayangi, semoga kalian menikmati tulisan saya.
***
Umur Jungkook saat itu masih 16. Ia tidak terlalu ingat bagaimana bisa berakhir di tempat aneh yang ramai, berlampu temaram dan ada banyak laki-laki cantik disana. Kepala Jungkook sedikit pening saat menyadari kakinya sudah berpijak ditempat yang tak seharusnya. Tapi alih-alih berbalik dan pergi. Langkah kaki Jungkook tidak ragu sama sekali saat masuk ke dalam sana.Bocah ini masih muda. Tapi kepalanya sudah terisi berbagai macam asumsi, rasa penasaran sebesar bukit, keberanian tak hingga. Mata Jungkook menelusur, menatap lekat setiap orang yang berpapasan -sementara mereka semua selalu terpesona atas ketampanan Jungkook-.
Mereka semua laki-laki dan ia tidak terganggu.
Fokus Jungkook terhenti di sebuah panggung berhias lampu warna warni. Tak cukup terang untuk memperlihatkan seluruh bagian ruangan, suara musik terasa mengambil alih pacu jantung bersamaan dengan satu orang pria yang muncul dari balik tirai perak.
Pria itu memiliki rambut berwarna sama, berkilat indah dibawah lampu sorot.
Kontan semua orang bersorak, nyaring dan Jungkook bergidik. Mereka terlihat sangat menantikan pertunjukkan ini. Pertunjukkan dimana pria itu mulai bergelanyut di tiang berjajar tiga. Mengikuti alunan musik dengan pita merah menutup kedua netra.
Jungkook menelah ludah ketika satu helai kain tipis jatuh kelantai. Penari itu baru saja melepas sendiri kain penutup yang membungkus bagian atas hingga bawah tubuhnya. Memamerkan kulit seputih susu yang menggiurkan. Nipple merah muda, bokong sintal dan seketika Jungkook berpikir. "Shit, i wanna fuck him so bad."
Puncak pertunjukkan adalah ketika pria itu menanggalkan satu-satunya pakaian dalam berenda yang ia kenakan. sontak keadaan semakin riuh akibat teriakan penonton. Jungkook kehilangan akal sehat. Ketika beat musik berhenti dan semua orang bubar mencari mangsa (karena ini tempat prostitusi), Jungkook sudah menetapkan satu target yang ingin dibawa tidur malam ini.
Langkah remaja itu semakin cepat saat mendapati si pria manis dibelakang panggung. Mengenakan pakaian yang lebih tertutup daripada sebelumnya. Menoleh kaget pada kehadiran orang asing di daerahnya yang begitu mendadak.
"Hai." Jungkook menyapa. Menyunggingkan senyum terbaik yang ia yakin semua orang suka pada senyum ini.
Pria itu ternyata lebih pendek darinya saat berdiri tegak. Memiliki mata hitam pekat dan kulit lebih terang daripada perkiraan Jungkook.
"Ada apa?" Suaranya sangat jernih, khas, dan enak didengar. Jungkook memuji dalam hati.
"Apa aku bisa memesanmu untuk malam ini? Namaku Jeon Jungkook."
Alis pemuda itu terangkat sebelah. Jungkook yakin ia tak salah berkata. -meskipun nyatanya Jungkook tidak pernah memiliki pengalaman memesan orang sebelumnya-. Jadi Jungkook tetap menunggu respon pemuda itu dengan percaya diri.
"Berapa umurmu?"
Giliran alis Jungkook yang naik. "Enam belas."
Pria itu mendenguskan tawa sarkasme. Jungkook bingung. Tapi terpana.
"Kau masih dibawah umur ingin memesan pelacur?"
"Ya"
Jawaban mantap. Sayang sekali pria di hadapannya mencelos.
KAMU SEDANG MEMBACA
STORIES
RandomKumpulan Fanfiksi kolaborasi 💐 °PENICILLIUM ♡featuring_swhipped♡ "Kamu adalah segumpal daging penuh dosa yang aku inginkan" °SLEEPING BABY ♡featuring mojaggukie♡ "Jimin duduk di kursi pojok dengan secangkir kopi susu, kemudian tertidur."