Jimin tidak berkomentar apapun saat Reo -teman satu klub yang berprofesi sebagai kasir- datang padanya dan langsung memberi laporan peristiwa kemarin malam tanpa diminta. Pria tinggi berkelakuan feminim itu mengikutinya seperti anak bebek, berceloteh tentang seorang pria muda, tampan, yang mencari Jimin tapi galak setengah mati. Jimin langsung tahu itu orang yang sama dengan orang yang mencoba menyentuhnya kemarin. Memang sih wajahnya tampan. Tapi ia terlalu anak-anak untuk mengenal sesuatu yang berbau dewasa -menurut Jimin-. Dan Jimin tidak dapat percaya dengan kenyataan bahwa ia, kemarin malam hampir saja disentuh oleh anak itu.
"Aaaaargh!"
"Jimin-ssi ada apa?"
Reo mengerjap bingung saat Jimin tiba-tiba menjambak rambut. Pipi pria 23 tahun itu sudah berubah merah padam. Reo tidak paham. Tapi Jimin lagi-lagi diam seribu bahasa. Hanya menggoyangkan kepala ke kanan dan kiri tanda tidak apa-apa.
Padahal, ia barusan membayangkan apa saja kemungkinan yang dapat terjadi kemarin malam.Meskipun hal berbau sex sudah jadi makanan sehari-hari (Jimin menonton video stripper internasional 3 kali sehari), Jimin hanya menjadikan semua itu referensi pekerjaan, bukan yang lain.
Dengan kata lain, Jimin itu masih perjaka.
Tidak dapat dipercaya memang.
Siapa yang menyangka kalau bintang stripper nomor satu di klub masih tidak pernah tersentuh. Ia hanya berada di atas panggung. Jadi bahan imajinasi tanpa benar-benar bisa dipakai. Memamerkan seluruh bagian, tiap inci kulit yang menutupi dagingnya."Ah... Sudah mulai, ayo Jimin-ssi."
Reo menarik tangan pria kecil, mengajaknya ke belakang panggung sementara tangannya sibuk memoles lip balm di bibir merah Jimin. Selain jadi kasir, sebenarnya Reo ini multifungsi. Dia bisa saja menjadi MUA karena kebiasaan mencocol bedak ke wajah Jimin tanpa diminta. Membawa kipas angin usb kemanapun agar Jimin tak berkeringat usai menari. Atau memilih baju transparan berbahan satin yang katanya lebih imut, lebih cantik, dan konotasi hiperbola lainnya. Padahal menurut Jimin semuanya sama saja. Sama-sama dibuka habis pada akhirnya.
Jimin paham betul kapan ia harus keluar dari kain penutup panggung. Saat musik bermain di detik kelima, ia menyingkap benda itu perlahan. Mengeluarkan separuh kaki hingga paha untuk memancing sorakan penonton-penonton lapar. Seperti biasa, Jimin memakai sebuah kain untuk menutup kedua matanya. Ini semua karena diam-diam Jimin orang yang pemalu. Jimin tidak pernah bisa tidak merona saat orang-orang dibawah sana memusatkan pandangan pada tubuhnya. Memerhatikan tiap gerakan erotis yang ia lakukan. Kadang pendatang baru sampai lupa menutup mulut karenanya.
Jimin pernah sekali menari tanpa penutup mata. Akibatnya ia tidak bisa keluar bebas dan benar-benar harus pindah apartemen. Serius, om om hidung belang itu tidak membiarkan ponselnya diam sedetik saja untuk tidak memaksa Jimin bersetubuh setelah melihat pertunjukkannya.
Dan sejujurnya Jimin agak bingung bagaimana remaja kemarin bisa menemukannya di belakang panggung. Bertingkah seolah tidak sulit sama sekali mengenali orang yang baru pertama kali ia lihat di atas panggung, padahal orang ini memakai penutup mata.
Jimin jadi mempertimbangkan kalau harusnya ia mulai pakai topeng.Tubuh Jimin sudah sepenuhnya telanjang bulat saat bagian klimaks musik bermain. Ia dapat mendengar teriakan histeris penonton saat tubuhnya meliuk di satu tiang paling tengah.
Samar-samar terdengar umpatan dari mulut orang-orang itu. Jimin pura-pura tuli. Terus bergerak tanpa peduli dengan alat kelaminnya yang bergoyang menantang didepan penonton.Ketika musik berakhir, lampu akan dimatikan seluruhnya. Tugas Jimin adalah menghilang kebelakang panggung untuk mengenakan baju tebal yang sudah Reo sediakan.
"Itu tadi hebat, Jimin-ssi."
Reo memuji seperti biasa saat Jimin melepaskan penutup mata. Dan pria kecil itu akan membalasnya dengan senyuman manis serta ucapan terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
STORIES
De TodoKumpulan Fanfiksi kolaborasi 💐 °PENICILLIUM ♡featuring_swhipped♡ "Kamu adalah segumpal daging penuh dosa yang aku inginkan" °SLEEPING BABY ♡featuring mojaggukie♡ "Jimin duduk di kursi pojok dengan secangkir kopi susu, kemudian tertidur."