Penicillium-4(End)

2.5K 429 113
                                    

Park Jimin Point Of View

Kamu tidak akan pernah tau bagaimana tuhan mempermainkan nasib. Seperti halnya kamu tidak akan bisa menebak apa yang bakal terjadi setahun setelah kamu bersyukur dengan anugerah yang ada sekarang.
Bisa saja semuanya hilang tanpa sisa, sama persis dengan angin yang tega meniup daun kering menjauhi pohonnya sendiri.

Tak berbelas kasihan. Tak memberi kesempatan.

Bisa saja suatu saat rasa syukurmu berbalik menjadi trauma mendalam. Perasaan jijik dengan diri sendiri meski kamu tidak sepenuhnya kotor.
Setidaknya itulah yang aku rasa.
Aku sedang merasa seperti itu.
Aku selalu merasa begitu.

Semuanya berawal dari kebakaran besar saat umurku 15 tahun.
Mustahil bisa kulupakan bagaimana ibu menangis meraung sampai wajahnya memerah bengkak, meneriaki supaya aku melompat dari jendela lantai dua dengan selamat bagaimanapun caranya.

Saat itu tengah malam. Aku tidak diijinkan melakukan hal lain selain menyelamatkan diriku sendiri. Tak diijinkan mengetahui keadaan Jihyun adikku (yang satu jam sebelumnya mengoceh tentang sekolah disebelahku) yang kini terbaring dalam pelukan ayah dalam keadaan tak sadarkan diri. Aku berusaha menghibur hati. Berkata kalau Jihyun tidak apa-apa. Dia hanya tertidur dan sulit bangun. Ah itu memang tipikalnya sekali.

Tapi kalau ibu sampai menangis meraung seperti itu, tandanya Jihyun tidak baik-baik saja. Tidak ada yang baik-baik saja saat keluarga besarmu berada dalam rumah terbakar di lantai dua.

Umurku masih terlalu muda saat tahu mereka tiada. Semua telah menjadi abu. Peristiwa kebakaran itu memakan perabotan, memakan keluargaku sampai tak bersisa. Kejam. Aku menangis sejadinya.
Belum sampai sehari setelah kabar yang jelas-jelas menghancurkan hati ini, aku mengenal yang namanya perdagangan manusia.

Diumurku yang ke 15, aku dipaksa menari dalam sangkar. Melucuti apa saja yang kukenakan dalam gerakan erotis. Dan hal itu masih mereka sebut 'latihan'. Babak baru belum boleh kujamah sampai 'tubuhku siap'. Mereka berkata seolah aku terlahir dengan takdir seperti ini. Membuatku tiba-tiba muak dengan kenyataan bahwa aku adalah anak lemah yang tidak bisa berbuat apa-apa.

Siapa yang mengira kalau aku bisa kabur dari penjara pelacuran? Mungkin suatu saat aku harus kembali untuk berterima kasih dengan penjaga kunci yang lupa mengencangkan gembok kami. Aku berhasil lari malam itu, tepat satu hari sebelum umurku 17 tahun.

Tapi apa yang bisa aku lakukan? Ilmu satu-satunya yang aku tuntut dua tahun terakhir adalah pelajaran mengobral tubuh. Aku tidak bisa memilih profesi lain yang lebih elegan. Biar begitu, setidaknya mereka belum sempat mengotoriku seperti cerita-cerita remaja frustasi di penjara. Aku menenangkan pikiran dalam langkah tanpa arah malam itu.
Terlalu cepat untuk kembali ketempat yang sama laknatnya. Aku memilih membawa diri ketempat remang-remang yang terlihat berkelas. Merasa sedikit beruntung karena meskipun kami dipenjara, kami semua bersih. Tidak lusuh dan diberi pakaian bagus. Seandainya kami masih disana dan berhasil lolos seleksi menari menuju level selanjutnya. Mungkin kami adalah pelacur paling mahal. Karena kami berkualitas. Kami masih murni dan licin.

Singkatnya, aku membuat kesepakatan untuk menyambung hidup dengan germo. Ini sinting. Tapi aku tidak punya tujuan. Aku akan mengisi acara panggung. Aku sangat mengerti ketika ia menyematkan kata totalitas di antara syarat yang kami perdebatkan. Dan sebagai satu tangan lain yang memegang erat kendali, aku menolak tubuhku disentuh layaknya barang.

Tapi kemudian anak muda ini datang setelah 6 tahun lamanya aku menekuni profesi paling hina.
Mengaku kalau ia menginginkanku dengan percaya diri. Entah tubuh atau hati ataupun keduanya. Buram bagiku.

Namanya Jeon Jungkook. Dia bukan pria dewasa yang kelihatan siap untuk menjamin hidupku. Dia masih muda. Hidup di keluarga terurus tanpa tahu yang namanya tragedi. Tapi bukannya bersyukur dan melakoni nasib, Jungkook malah menceburkan diri dalam yang namanya mimpi buruk.

STORIES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang