Penicillium-3

2.1K 464 77
                                    

Jeon Jungkook Point Of View

Sudah terhitung 5 hari sejak peristiwa bersejarah perdamaianku dengan Park Jimin. Dan sekarang akhirnya ia bisa mengetahui nama lengkapku, mengingatnya dengan baik dan tidak keberatan meskipun aku berkunjung ke rumahnya tiap hari. Aku sendiri belum paham benar dengan obsesiku menyangkut pria itu. Dimana aku tidak benar-benar bisa absen satu haripun untuk melihat wajah manisnya dari dekat.

Dan kali inipun aku mengunjunginya. Aku sudah menanyakan rincian jadwal 'manggung' dan menyalinnya dengan baik dalam kepala. Jadi aku tidak perlu khawatir dengan me time Jimin yang bakal terganggu karena kedatanganku, toh ia bukan melakukan sesuatu yang membuat tubuhnya benar-benar capek total.

Seperti yang biasa ia lakukan, Jimin menghabiskan waktu kosongnya untuk menonton video stripper (referensi kata Jimin). Aku sendiri hanya memerhatikan perilakunya dari seberang sofa. Sesekali menenggak soda kaleng yang sisanya sudah setengah. Kadang pria ini membuatku sedikit gemas karena tingkahnya yang suka meniru gerakan di video dengan cepat. Wajahnya terlihat lucu ketika serius. Bibir merah itu kadang terbuka sedikit kalau menggumamkan kata "oh" dengan notasi sedikit panjang.

Sebagai orang yang baru mengenal Jimin beberapa hari, aku memiliki banyak pertanyaan di dalam kepalaku. Pertanyaan mengenai keputusannya bergelut dibidang strip dance dan tidak malu mempertontonkan apa yang harusnya ia tutupi, itu salah satunya.
Kedua adalah, apa Jimin hidup sendirian? Tanpa keluarga atau orang lain yang bisa ia sebut teman atau kekasih? Aku tidak memiliki perasaan semacam itu sejujurnya. Aku hanya penasaran dengan orang ini. Yeah aku yakin begitu. Tapi rasanya tidak begitu juga mengingat usahaku yang kelewat gigih untuk menemuinya tiap hari.

"Kook, kau dari tadi menatapku. Aku tidak bisa pura-pura tidak sadar."

Mata terang Jimin beralih padaku. Aku bersumpah tidak menemukan angka 20 di wajah pria ini. Bagaimanapun aku berusaha memercayainya, rasanya sulit menerima kenyataan kalau Jimin lebih tua.

"Hyung, kenapa kau melakukan strip dance? Apa kau tidak risih dengan profesimu? Kau tahu, aku saja mengira kau itu pelacur karena pertunjukkanmu."

Tanpa ragu aku bertanya pada Jimin. Dapat kulihat matanya sedikit membulat sebelum normal kembali. Mungkin dia kaget mendengar pertanyaanku. Tapi aku tidak berniat menyembunyikan sifat asliku padanya. Toh, di awal pertemuan kami dia sudah tahu aku bagaimana.

"Kau menanyakan sesuatu yang agak privasi, Kook." Jimin menyunggingkan senyumnya. Dan aku bersumpah itu bukan senyum tulus karena kentara sekali ia malas membahas hal itu padaku. Pada orang asing sepertiku.

"Maaf. Kalau kau tidak mau jawab tidak masalah kok."

"Ganti pertanyaan saja. Kurasa aku belum siap menjawab yang itu."

Jimin menawar, aku setuju.

"Kalau begitu... Kau punya pacar?" aku mengesampingkan pertanyaan tentang keluarga yang sebenarnya satu paket dengan hal yang kulontarkan sekarang. Rasanya itu agak benar. Jimin lagi-lagi terkesiap. Tapi tidak sekaget sebelumnya.

"Kau benar-benar tidak berniat menyematkan embel-embel hyung padaku, ya?"

Apa Jimin berusaha menghindari pertanyaanku?
Omong-omong aku hanya meringis mendengar pertanyaannya. Sudah kukatakan kalau agak sulit menerima kenyataan bahwa Jimin lebih tua dariku. Dia terlalu imut.

"Hyung, jawab pertanyaanku. Kau punya pacar?"

Jimin langsung tertawa kecil. "Kau lebih tampan kalau tertawa begitu. Dan tidak. Aku tidak punya. Aku tidak berpikir akan punya pacar."

Satu alisku terangkat, heran. "Loh kenapa?"

"Jungkook, aku ini stripper. Mana ada yang mau pacaran denganku." Jimin mengangkat bahu, berucap seolah tubuhnya ini bukan gumpalan darah daging yang berharga. Aku tidak sependapat. Serius.

"Aku mau."

Detik itu juga aku berhasil membuat mata Jimin terbelalak untuk ketiga kalinya.

"Jangan bercanda. Aku ini 23 tahun-"

"Lalu kenapa?" Sungguh. Aku muak membahas hal ini lagi. Apa yang salah dengan perbedaan umur yang jauh kalau keadaan emosional kami sama? Jimin, meskipun dia lebih tua, aku tidak pernah merasa begitu karena caranya berbicara denganku. Kami nyambung. Dan aku kadang benar-benar tidak ingat kalau Jimin itu 20 tahun ke atas.

"Biar kuingatkan. Aku ini penari telanjang, Jungkook."

"Maka hentikan itu. Berhenti melakukannya. Cari pekerjaan lain. Jimin hyung, kau masih muda. Kau bisa melakukan hal yang lebih baik dibandingkan pekerjaanmu yang sekarang."

Jimin terdiam. Bibirnya sempat membuka seakan ingin memuntahkan kata-kata. Tapi tidak dilakukan. Ia hanya menatapku lekat-lekat pada akhirnya.

"Jimin-hyung. Aku tidak bercanda."

"Aku juga tidak, Jungkook."

"Maka pikirkan alasan lain selain umur dan pekerjaanmu untuk menolakku!"

Aku tidak mengerti mengapa aku tidak ingin tertolak kali ini. Yang aku tahu, aku menginginkan orang ini sejak pertama aku melihatnya menari ditempat terkutuk itu.

Tapi mata Jimin menatapku nanar, seolah ia benar-benar tidak pantas memiliki orang lain untuk peduli padanya. Atau aku yang tidak pantas jadi orang seperti itu untuknya?

"Beri aku waktu untuk berpikir." Jimin menundukkan kepala seakan enggan melakukan kontak mata denganku lebih lama. Dan saat itu aku langsung berasumsi bahwa ia benar-benar dilanda kebingungan.

Mungkin dia meragukan perasaanku. Aku sendiri juga begitu. Perbedaan obsesi dan keinginan untuk melihatnya karena cinta begitu samar perbedaannya. Tapi sambil mencari jawaban untuk perasaan kami. Kukira kami bisa melangkah bersama. Pelan-pelan.

"Jimin hyung, apa kamu akan menari lagi?"
Pertanyaan itu mendadak horror bagiku. Meski kulontarkan sendiri, aku tidak berharap Jimin menjawabnya dengan serius.

Diantara pertanyaan yang sulit terjawab hari ini, ini adalah pertanyaan yang paling ringan bagi Jimin sekaligus pernyataan tersulit untuk kudengar.
Tanpa ragu Jimin mengangkat wajahnya, menatapku tepat dimata dan mengatakan "Ya" tanpa beban.

Saat itu juga, dadaku mendadak terasa sulit bernapas. Jawaban itu. Artinya aku harus merelakan Jimin -satu, dua atau ratusan kali lagi- mempertontonkan tubuhnya didepan orang banyak.

Tbc

STORIES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang