2: L a n g i t

322 35 20
                                        

Setelah kejadian di mana cewek bernama Senja menyirami cowok bernama Langit seperti tanaman. Senja hanya diam di kamarnya hingga jarum pendek menyentuh angka lima. Senja hanya berguling-guling di kasurnya sambil merutuki dirinya. Menatap langit-langit kamarnya, lalu kembali berguling-guling.

Jingga mengetok pintu bercat putih yang memiliki banyak tempelan kertas berbentuk macam-macam itu. Membuat Senja yang tengah berguling-guling ria mengentikan aksi anehnya.

"Senja, tok tok tok! Do you build a snowman?" ujar Jingga.

Senja membuka pintu kamarnya, membuat Jingga yang tadinya bersandar di pintu langsung jatuh menghantam lantai.

"Senja, ayok ke bawah. Abang udah beliin kamu bakso." ucap Jingga sambil mengelus  belakang kepalanya.

"Oke." ucap Senja sambil mengikuti Jingga yang terlebih dulu menuruni tangga.

Samar-samar, Senja mendengar suara tawa dari ruang makannya. Ternyata ketiga teman Jingga tengah bercanda ria. Termasuk lelaki berkaos hitam yang tanpa sengaja ia siram.

Candra, si cowok berengsek yang menyadari kehadiran Senja terlebih dahulu langsung tersenyum sambil menatap Senja.

Buset, si kutang anoa punya adek cantik bener, batin Candra.

"Heh! Itu mulut ditutup, jangan mangap mulu. Iler lo tumpah noh!" ucap Mars sambil memasukan kerupuk ke dalam mulut Candra.

"Senja, sini duduk di samping abang." kata Jingga yang langsung dituruti Senja.

Senja mengambil semangkuk bakso, lalu memakannya dengan lahap. Di sampingnya ada Jingga yang tengah menatap ketiga sahabatnya lekat.

"Senja, kenalin sahabat-sahabat abang. Yang pakek kacamata itu namanya Mars. Yang di sampingnya itu Candra. Nah, yang pakek kaos hitam itu namanya Langit."

Senja langsung tersenyum. Membuat ketiga lelaki itu mematung dengan tatapan memuja. "Halo. Aku Senja. Salam kenal, Kak."

Pandangan Senja langsung tertuju pada Langit. "Kak, maaf ya soal yang tadi."

"Santai aja."

"Eh, lo pada udah ngerjain tugas dari Pak Tora?" tanya Mars. Seketika saja ketiganya menggeleng kompak.

"Buset, fisika 40 nomor terus dikumpul besok. Otak gue yang ganteng ini bisa rontok nantinya." celetuk Candra.

"Candrasengkala. Otak lo itu udah bobrok dari dulu. Jadi bukan rontok lagi, melainkan hancur seketika." ucap Mars.

"Kerjain sekarang aja. Mumpung lo pada bawa bukunya."

Kini, keempat lelaki itu tengah duduk di ruang tamu sambil berkutat dengan soal-soal fisika yang membuat mereka hampir gila. Mars dan Jingga yang lebih pintar dari Langit dan Candra pun hanya bisa menghela napas lelah. Sudah dua puluh menit, namun baru satu soal yang berhasil mereka jawab.

Dari ruang makan, Senja memperhatikan raut wajah mereka yang terkesan mengenaskan. Merasa kasihan, Senja pun mendekati Jingga.

"Abang kenapa?"

"Soalnya susah, Nja. Abang nyerah."

Langit Dan SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang