4: I C U

186 16 4
                                    

Ujian kenaikan kelas sebentar lagi akan dimulai. Langit, Jingga, Mars, dan Candra sedang sibuk-sibuknya belajar. Kata Mars, ia harus bisa mendapatkan nilai sempurna. Sedangkan kata Candra, yang penting ia tidak mendapatkan nilai merah. Sungguh bertolak belakang.

Bel masuk sudah berbunyi, pertanda jika ujian akan dimulai beberapa detik lagi.

Seorang pengawas memasuki kelas, tangannya membawa sebuah amplop cokelat yang berisi kertas ujian. Semuanya berdoa, lalu sang pengawas membagikan kertas, dan menit pun berubah menjadi detik.

Dua minggu kemudian....

"Cihuy! Gue naik kelas!" teriak Candra tepat di telinga Mars.

Mars yang tengah membaca buku pun langsung melempar bukunya di wajah Candra dengan kesal. Dan keduanya pun saling mencaci-maki satu sama lain.

Langit duduk di samping Jingga yang tengah memandang lurus ke tengah lapangan. Di mana seorang gadis tengah berjalan bersama dayang-dayangnya.

"Lo masih suka sama si Beatrix?" tanya Langit.

Jingga tersenyum. Itu tandanya iya.

Langit menghela napas, lantas senyumannya langsung mengembang.

"Oh, iya. Gimana kabarnya Senja?" tanya Langit dengan semangat.

Candra, Mars, dan Jingga langsung menatap Langit curiga.

"Gue mencium aroma ketertarikan di sini." celetuk Candra.

Langit tersenyum kikuk dan terkekeh.

"Baik-baik aja. Dua bulan lagi, pas penerimaan murid baru, dia bakalan mendaftar di sini."

Mata ketiganya langsung berbinar.

"Yes!" seru ketiga lelaki itu bersamaan.

Di lain tempat.

Senja tengah memeluk sebuah boneka panda berukuran sedang. Ia berdiri di depan pintu rumahnya, menatap jalanan perumahan yang bersih.

Ia berbalik, berjalan menuju dapur.
"Pak Pur, Bi Inah. Temani Senja jalan-jalan, yuk!"

"Mau ke mana, Non?"

"Ke mana aja, Bi. Keliling-keliling aja juga nggak apa-apa, kok."

"Oke, Non. Bapak panasin mesin mobilnya dulu, ya." ucap Pak Pur.

Senja mengangguk dan menaiki tangga menuju kamarnya. Senja mengganti pakaian rumahnya dengan pakaian sederhana untuk berjalan-jalan. Setelah siap, ia segera menuju ke halaman depan di mana pembantu dan supirnya berada.

Senja memasuki mobil hitamnya dan duduk di belakang.

Dan mobil pun meninggalkan pekarangan rumah.

.-.-.

"Woi, cabut, yok!" ucap Candra dan diangguki oleh ketiga sahabatnya.

"Ke rumah lo, ya, Ngga." ucap Candra lagi dan diangguki kedua sahabatnya.

Jingga menatap Candra. "Bilang aja mau ketemu adek gue."

Langit Dan SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang