Agen LAPar

1.6K 193 98
                                    

Fanfiction PELIK: When Ardi Met Rayn

by mamijevon


Ardi memutar kepala, terpukau melihat pemandangan dari atas pohon. Hamparan sawah di seberang sekolah, atap rumahnya, ruang guru dan kelas 1 sampai 4 juga terlihat meski agak terhalang pepohonan. Ardi bergerak hati-hati, memeluk erat batang pohon, sementara kakinya mencari-cari bagian dahan yang kuat dan lentur untuk pijakan. Ardi memilih cabang yang paling besar untuk duduk. Tidak seperti pohon kersen di depan rumah yang biasa dipanjatnya, pohon ini lebih besar dan kukuh, juga tidak ada semutnya.

Dari tempatnya bertengger, Ardi melihat seorang anak laki-laki sepantaran dengannya, mungkin lebih tinggi sedikit dibanding Ardi. Anak itu berjalan sambil menunduk. Satu tangan memegang buku, satunya lagi menenteng kotak bekal makan. Ardi menahan napas begitu anak itu sampai dan duduk di hamparan rumput tebal di bawah pohon. Kotak makan tergeletak begitu saja di sampingnya. Berusaha tidak bersuara, Ardi turun ke satu cabang lebih rendah. Kepalanya menunduk, mencoba melihat wajah anak itu. Bukan teman sekelasnya. Mungkin murid pindahan atau anak kelas 2. Pelan-pelan Ardi kembali ke posisi semula, tapi gerakannya terdengar. Anak itu mendongak, terkesiap ketika melihat Ardi berada di atas.

"Hai," sapa Ardi.

Anak itu hanya mengerjap, kemudian tersenyum. Meski tidak membalas sapaan Ardi, tatapan matanya terkesan ramah. Ardi melompat turun, duduk di sampingnya.

"Ba-ga-i-ma-na me-men-ja-di ... O ... O ...." Ardi menjulurkan kepala, berusaha membaca judul buku yang dipegang anak itu.

"Ornitologis. Peneliti Burung," jelas anak itu.

Ardi manggut-manggut. "Kamu kelas berapa?"

"Kelas 2," jawabnya singkat.

"Kelas 2 sudah lancar membaca buku setebal itu?!" Ardi berseru takjub.

Anak itu hanya tersenyum, lalu menunduk lagi membolak-balik halaman buku dengan gelisah.

Ardi jadi ikut kikuk, garuk-garuk kepala. Bagaimana caranya berkenalan dengan anak baru? Biasanya ia langsung saja mengajak mereka bermain. Selama ini hanya anak perempuan yang malu-malu kalau ia mengulurkan tangan dan mengajak mereka berkenalan. Apa diajak memanjat pohon saja? Tapi nanti dia malah kabur. Anak ini sepertinya anak orang kaya yang tidak pernah main di luar rumah. Badannya kurus, wajahnya bening, seragamnya rapi, dasinya saja diikat sempurna. Kaus kakinya pun masih putih bersih. Ardi menimbang-nimbang.

Perutnya berbunyi. Ardi mendesah. Kotak bekalnya ketinggalan. Meski rumahnya di kompleks sekolah, Ardi malas pulang. Kembali ke rumah akan menghabiskan waktu istirahat, belum lagi harus mencari Ibu meminta kunci. Pandangannya tertuju pada kotak bekal makan siang milik anak itu. Mungkin boleh minta sedikit. Dia kelihatannya baik. Anak baik kan suka berbagi.

"Enggak makan siang? Waktu istirahatnya nanti keburu habis."

"Oh, mau? Mami bawakan banyak kok." Anak itu membuka kotak makannya dan menyodorkannya ke Ardi.

Ada empat tumpuk roti isi tebal. Ardi mengambil satu sambil nyengir. "Terima kasih. Namaku Ardi, kelas 1B. Lengkapnya Lazuardi Aristides Parahita. Lazuardi berarti biru muda seperti warna langit." Menggigit sepotong besar roti dan mengunyahnya dulu. Lalu menyambung. "Aristides artinya putra terbaik. Parahita itu memperhatikan dan memberikan kesejahteraan. Jadi, Lazuardi Aristides Parahita artinya anak laki-laki yang dilahirkan ketika langit berwarna biru cerah yang nantinya akan memberikan kesejahteraan kepada banyak orang." Ardi membusungkan dada, melanjutkan makan roti.

Anak itu terperangah mendengar penjelasan Ardi, tapi kemudian dia mengulurkan tangan. "Namaku ...."

"Biar aku baca sendiri. Aku sudah bisa baca lancar kok." Ardi menjejalkan sisa roti ke mulutnya lalu menjabat erat dan mengguncangnya. Ia membungkuk untuk membaca nama di saku baju teman barunya. "Rayen Eksafier W-w-we-Rahaspati."

FanfictionsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang