.
.
.
.
.
.
.You Belong To Me
.
.
.
.
.Seong Woo mempercepat jalannya agar tak tertinggal oleh Daniel. Di tangannya ada tumpukan berkas yang baru saja digunakan untuk rapat. Daniel meninggalkannya begitu saja padahal semua dokumen itu penting untuk pertemuannya dengan investor luar negeri yang akan diadakan besok lusa.
Melihat pintu lift terbuka Seong Woo sedikit berlari namun beberapa kertas berjatuhan. Akhirnya ia hanya menghela nafas kasar sambil berjongkok memunguti kertas-kertas itu dan menyusunnya, masa bodo kalau Daniel akan memarahinya lagi karena kerjanya lelet.
Baru satu minggu Seong Woo bekerja, ia dibuat kaget dengan sikap Daniel yang sangat berbeda. Daniel yang maunya serba cepat, hanya bicara hal penting dan suka sekali marah-marah. Satu saja karyawannya membuat kesalahan ia tidak segan memarahinya langsung bahkan sekedar keterlambatan.
Seong Woo duduk di mejanya sambil menaruh tumpukan dokumen itu. Ia kembali menyusunnya karena tadi sempat berantakan saat terjatuh. Baru setengah ia merapikannya telepon di mejanya berbunyi dan Seong Woo langsung mengangkatnya.
"Kang Corporation, selamat sore dengan Ong Seong-"
"Ke ruanganku sekarang."
Sambungan langsung terputus saat kalimat perintah itu selesai. Seong Woo juga tak habis pikir kenapa kini semua terasa berbalik begitu drastis. Anak nakal itu kini menjadi atasannya, Seong Woo masih ingin memukul kepala anak nakal itu yang kini sifatnya berubah.
Seong Woo tidak suka.
Setelah mengetuknya Seong Woo masuk ke ruangan Daniel. Ia melihat Daniel yang sedang mengetik sesuatu. Melihat Seong Woo masuk ia menyerahkan sebuah map dan Seong Woo langsung membukanya.
"Ganti konsep surat perjanjiannya sesuai hasil rapat tadi. Besok lusa ikut aku ke Berlin." Ucap Daniel membuat Seong Woo menatapnya tak percaya.
"Ber..lin?"
"Kau tau kan kali ini sementara kau pengganti sekretaris pribadiku? Jadi tidak ada penolakan. Siapkan tiket untuk besok lusa." Perintah Daniel wajahnya sedikit kesal karena Seong Woo seperti tidak ingin.
"Maaf depyeonim. Tapi aku tidak bisa." Ucap Seong Woo, rasanya sedikit muak terus memanggil Daniel yang dulu hanya ia panggil nama kini harus memanggilnya sesuai jabatan.
"Ini pekerjaanmu. Ada alasan untukmu menolak?" Tanya Daniel , ia langsung menghentikan pekerjaannya dan menatap lekat Seong Woo yang masih berdiri di hadapannya.
Seong Woo terdiam , ia menunduk mendapat tatapan yang selalu menggoyahkannya. Hatinya bergemurung dan betapa kacaunya ia menerima tatapan itu. Padahal hanya tatapan serius bukan tatapan hangat atau tatapan memuja yang dulu ia dapatkan.
"Aku tidak bisa meninggalkan anakku." Jawab Seong Woo masih menunduk.
"Yoo Jung? Kau bisa mengajaknya."
Seong Woo berkedip tak percaya. Ia berpikir kalau Daniel berubah karena sudah melupakannya, tapi bahkan Daniel ingat Yoo Jung. Yoo Jung yang hanya beberapa hari bersamanya, lalu bagaimana dengan dirinya? Seong Woo masih berharap kalau dirinya tak dilupakan.
Namun tidak seperti yang Daniel harapkan. Seong Woo malah mendapat tebakan yang salah.
"Bukan."
~ ~ ~ ~ ~
"Terimakasih bi."
Setelah menjemput bocah laki-laki itu kini Seong Woo melangkah keluar dari tempat penitipan anak. Seong Woo mengelus puncak kepalanya dan mencium gemas pipi tembem anaknya. Ia hanya tersenyum melihat anaknya yang tidurnya tak terganggu sama sekali walau Seong Woo menggendongnya sambil berjalan dan menciumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You Belong To Me (ONGNIEL)
FanfictionSequel Ever Since WARNING MPREG Cover By @Ariski