Again

3.3K 295 19
                                    

"Pelan-pelan dong Kak, a-aduh-DUH!" Yeri sesekali mengaduh.

Yoongi melirik adiknya itu sekilas, berdecak pelan, sebelum kembali mengusapkan kapas beralkohol itu pada luka di lengan Yeri.

"Jangan cengeng. Kalau kau masih kecil, wajar merengek seperti ini. Tapi lihatlah badanmu sekarang, gak malu sama umur?" ujarnya pelan seperti mendikte anak kecil.

Yeri meliriknya sebal, mendadak rasa respect—yang ia rasakan sesaat—pada kakaknya hilang. Tapi sedetik kemudian pandangannya nampak berubah sendu bercampur cemas.

"Kak ... " Yeri berucap lirih.

"Hm?" Yoongi menyahut singkat, sementara mata dan tangannya tengah fokus pada lilitan perban yang akan membebat lengan Yeri.

"Gi-gimana kalau anak-anak kampus curiga sama kejadian kemarin? Jujur aku belum siap, Kak." Yeri menggigit bibirnya, sebelum kembali melanjutkan, "Pasti gosip-gosip aneh sekarang lagi bertebaran." Hening sejenak. "Maafin Yeri ya, Kak ... "

Mendadak ia diserang perasaan mellow. Bagaimana tidak, memikirkan sang kakak turut terlibat dalam masalahnya sama saja seperti mendapat double attack. Ia tidak mau kembali menyusahkan kakaknya, yang notabenenya saat ini sudah amat sangat ruwet dengan urusan kampusnya—dan perusahaan. Ya, ayah mereka kini tengah mempersiapkan putra semata wayangnya itu untuk melanjutkan tampuk kepemimpinan di perusahaan keluarga mereka. Tentu Yeri sangat mengerti akan hal itu, dan tidak ingin kembali menambah beban—sekecil apapun itu—pada kakaknya, Kim Yoongi.

"Selesai!" Yoongi berseru lega, setelah berhasil melilitkan perban terakhir pada luka Yeri, seolah mengabaikan ucapan sang adik barusan.

Yeri masih menundukkan kepalanya, ia tidak sanggup menatap kakaknya. Rasa bersalahnya begitu besar saat ini, hingga tak terasa sebulir air mata mengalir dari pelupuk matanya.

"Hah ... " Yoongi tersenyum sendu, "Ternyata kau sama sekali tidak berubah, Kim Yeri. Masih sama saja cengengnya seperti dulu." Dan ia pun segera menarik adik semata wayangnya itu ke pelukannya, sama seperti yang ia lakukan sebelum-sebelumnya. Kalau dulu Yeri otomatis akan berhenti menangis, tapi kini yang terjadi malah sebaliknya, tangis gadis itu justru terdengar semakin keras.

"M-maafin Yeri, Kak. Sungguh maafin Yeri ... " Ia meremas kaos bagian depan yang Yoongi kenakan, jejak air matanya pun menempel pada kaos itu. Namun Yoongi tak peduli, baginya menenangkan Yeri adalah prioritasnya saat ini.

"Sssttt ... udah jangan dipikirin lagi. Kakak sama sekali nggak akan nyalahin kamu hanya karena masalah sepele seperti ini. Justru kakak akan lega kalau seandainya nanti jati diri kamu segera terungkap. A-aduh!" Dan Yoongi seketika memekik kesakitan, saat tangan adiknya itu mencubit perutnya gemas.

'Baru dialusin dikit udah mulai muncul sifat menyebalkannya.'

"Iya-iya maafin Kakak, tapi please jangan kebiasaan nyubit-nyubit kayak gitu." Yoongi meringis, "Sakit banget tau gak, mana kuku kamu tajem semua." omel Yoongi pada adik semata wayangnya itu.

Yeri tak menyahut, hanya semakin menelusupkan kepalanya pada sang kakak, seperti kucing kecil yang rindu pada majikannya.

~~~0~~~

Flashback (15 years ago) ...

"Praannggg!!!"

Suara benda pecah belah terdengar memekakkan telinga. Seorang bocah berumur lima tahun terlihat meringkuk ketakutan di sudut ruangan, bersembunyi di sebelah lemari berisi barang-barang antik.

"Brengsek kau! Memang kau siapa bisa memperlakukanku seperti ini, hah?!"

"Diam kau! Dasar wanita jal*ng! Ya Tuhan, apa yang kupikirkan dulu saat menikahimu? Kalau pada akhirnya hanya membuat hidupku berantakan!"

Red MapleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang