Help

2.7K 272 14
                                    

Yeri menengok ke belakang dengan was-was, memastikan sosok itu tidak akan mengikutinya lagi seperti tadi. Langkahnya terseok-seok setelah berlarian seperti orang gila, dan kini akhirnya ia berhenti setelah bisa mencapai gedung fakultasnya dengan selamat. Aman. Tidak ada tanda-tanda pria itu lagi sejauh ia memandang.

Yeri menyandarkan tubuhnya lelah pada tembok koridor, sementara orang-orang yang lewat memandangnya dengan aneh. Bagaimana tidak, keadaannya sendiri sungguh terlihat kacau; dengan air mata dan ingus yang belum mengering, serta rambutnya yang acak-acakan. Persis seperti korban sehabis penculikan.

Melangkah ke dalam kelas, ia kembali dikejutkan oleh sahabatnya yang memekik nyaring, melihat keadaannya yang cukup kacau. Sebelum sang sahabat mencecokinya dengan pertanyaan seputar kejadian menakutkan tadi, Yeri sudah terlebih dahulu menginterupsinya dengan meletakkan telapak tangannya di depan wajah gadis itu-Kwon Yuri.

"Gue bakal cerita sama lo nanti, tapi gak sekarang, oke?" ucapnya tegas tanpa bantahan.

Dan membuat sahabatnya itu merengut seketika. "Lo selalu bilang nanti-nanti-nanti sampe kapan coba? Huh keburu lumutan gue nunggunya."

"Ya pokoknya nanti, gak bisa di sini ceritanya." Dan kalimat penutup itu menjadi final dari topik yang mereka bahas.

Yuri membolak-balik bukunya dengan tidak minat, sementara Yeri terlihat menyisir rambutnya yang tadi berantakan, kini terlihat telah rapi kembali.

"Oh iya! Ya ampun gue lupa bilang, tadi kakak senior ganteng nyariin elo." Yuri menepuk jidat dan mulutnya membuka lebar karena ingatan yang tiba-tiba muncul, terkejut dengan hal yang seharusnya ia sampaikan sedari tadi.

"Kayaknya doi masih nyariin keberadaan lo deh sekarang." tambahnya lagi dengan raut wajah menyesal. Teringat lagi ekspresi panik dari seorang Kim Yoongi, yang berlari dengan tergesa begitu mengetahui kabar kalau sahabatnya ini dalam keadaan bahaya.

Sementara Yeri membelalakkan matanya lebar, nyaris tak percaya atas apa yang didengarnya. "Lo bilang apa tadi?"

"Kim Yoongi, Yoongi sunbae tadi ada di deket sini. Nah kebetulan pas gue lewat buat nyari elo, gue ketemu dia, dan tanpa pikir panjang gue langsung minta bantuan doi buat nyariin lo, karena gue udah gak tau mesti minta bantuan sama siapa lagi." jelasnya panjang lebar.

Membuat Yeri tersentak dari posisinya sekarang. Tangannya dengan cepat meraih ponsel dari dalam tasnya-dan kembali dibuat terkejut oleh puluhan pesan dan panggilan tak terjawab dari nomor yang sama, kakaknya, Min Yoongi, si pria protektif dan tidak sabaran.

Yeri menggigit bibir bagian dalamnya, merasa cemas dan panik di saat yang bersamaan. Tanpa pikir panjang jarinya menggeser ke arah kanan layar datar itu, dalam upayanya menghubungi balik kakak kesayangannya.

Dan benar saja, tidak sampai deringan ketiga teleponnya telah tersambung. "Kamu dimana?" Adalah kata pertama yang Yeri dengar, alih-alih ceramah panjang dari sang kakak. Yeri kira Yoongi akan marah lagi setelah ini, tapi sepertinya tidak.

"U-uhm ... aku sudah di sini sunbae, kembali ke kelas." jelasnya sedikit kikuk sambil melirik Yuri-yang masih setia menatap padanya. Canggung karena harus memanggil kakak sendiri dengan sebutan yang asing.

Terdengar helaan napas dari seberang sana, dan tanpa sadar Yeri juga ikut menghela napas yang sedari tadi ia tahan.

"Uhm, baiklah sunbae, iya terima kasih ... iya sampai jumpa lagi." Dan panggilan pun ditutup.

Yuri menatap sahabatnya penuh selidik. Sementara Yeri hanya bisa menghela napas lelah-lagi.

"Kayaknya ada banyak hal yang harus lo jelasin ke gue, Yer." Gadis itu menyeringai sinis. Tangannya bersedekap di dada, memandang Yeri angkuh.

Red MapleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang