Alert

2.5K 284 16
                                    

Sejauh mata memandang, tidak ada tanda-tanda sosok seorang gadis mungil berkemeja putih dan jeans terlihat di matanya. Kim Yoongi kembali mengecek ponselnya. Pesan yang ia kirim sepuluh menit lalu sama sekali belum terbaca, dan beberapa panggilannya juga tidak dijawab. 'Gak biasanya anak itu gini', ia membatin. 'Kalo gue samperin ke dalem dia bakal marah gak ya?' Kembali ia bermonolog. Satu menit, dua menit, sampai lima menit, belum ada tanda-tanda apapun. Menghela napas, ia akhirnya memutuskan untuk masuk saja dan mengeceknya sendiri. Mengabaikan hal lain, karena sungguh, menunggu adalah salah satu hal yang paling membosankan baginya.

Namun, belum sampai lima langkah, seseorang tiba-tiba saja menepuk pundaknya dari belakang, dengan lumayan keras pula.

"Arhg!" Yoongi refleks berbalik, berniat untuk menyumpahi siapa pun itu yang sudah berlaku kurang ajar—menurutnya—padanya. Namun sedetik sebelum umpatan penuh kejengkelan itu keluar, ia dibuat terdiam. Penyebabnya, tak lain dan tak bukan adalah karena adanya penampakan seorang gadis yang terlihat ngos-ngosan di depannya. Tubuhnya membungkuk, terlihat masih berusaha mengatur napas.

Ah, Yoongi tahu gadis ini. Dia salah satu teman adiknya, yang lumayan terlihat sering menempel pada Yeri dimanapun dan kapanpun mereka berada.

"Yeri mana?" Ia bertanya tanpa tedeng aling-aling, menghiraukan keadaan gadis itu. Seketika perasaannya menjadi was-was, entah mengapa.

Yuri menegakkan badannya, sebelum kemudian mulai berbicara dengan napas masih terputus-putus. "A-aku tidak tahu apa sebenarnya motivasi Sunbae terhadap Yeri, t-tapi sekarang kumohon tolonglah sahabatku yang satu itu! A-aku tidak tahu harus meminta bantuan kepada siapa lagi saat ini, a-aku ...—"

Yoongi mencengkram pundak gadis itu, matanya nyalang menuntut penjelasan.

"Tolong katakan yang jelas." pintanya dengan nada rendah, terlihat berusaha mengendalikan emosinya.

Gadis itu meneguk ludahnya paksa, mendadak gugup karena perlakuan kakak tingkat tampan yang notabene hanya namanya saja yang ia tahu, Kim Yoongi. Seingatnya yang membawa ia berlari menuju sosok ini adalah, fakta bahwa beberapa hari lalu orang ini sempat terlibat interaksi kecil dengan sahabatnya—yang mana itu merupakan kejadian langka, karena Yeri tidak pernah terlihat akrab dengan populasi pria manapun di kampus ini.

Apalagi setelah dilihat-lihat Yoongi bukanlah pria biasa. Ia keturunan konglomerat, yang bahkan dengan menyebut namanya saja setiap orang akan membuka lebar mata dan mulut mereka, lalu berdecak kagum. Berlebihan? Tidak juga, karena memang seperti itu adanya.

Oke lupakan itu untuk sementara ini, Yuri berdehem memulai ceritanya. "Aku dan Yeri tadinya sedang mencari keberadaan Namjoon sunbae di sekitar kafetaria, kami berpencar. Namun tak lama aku melihat Yeri berlari ketakutan, k-karena ...— " gadis itu menelan ludahnya gugup, nampak tidak yakin dengan apa yang akan ia katakan selanjutnya, "—aku tidak tahu pasti penyebabnya, namun tak lama dari gerombolan pria itu juga terlihat seseorang berdiri, lalu menyusul kepergian Yeri." tutupnya dengan wajah cemas.

Yoongi menarik sebelah alisnya, "Kau tahu mengapa ia berlari ketakutan ... dan siapa pria yang mengejarnya?"

Yuri melirik sekitarnya dengan takut-takut, sementara Yoongi tetap menunggu jawabannya penuh antisipasi.

"I-itu ... sunbae ingat kejadian di lapangan saat festival waktu lalu? Yang melibatkan Yeri." Yoongi terlihat mengangguk, Yuri menghela napasnya sebelum melanjutkan, "O-orang yang mengejar Yeri tadi ... adalah orang yang sama yang telah menyakitinya waktu itu."

Yoongi membulatkan matanya sejenak, sebelum kemudian berdecih dan mengeluarkan sumpah serapahnya.

"Sialan!"

Dan selanjutnya yang terlihat adalah punggung laki-laki itu yang berlari menjauh, berusaha secepat mungkin sebelum sesuatu yang tidak diharapkan kembali terjadi.

.

.

.

Hening. Dan tidak ada kejadian berarti selama beberapa saat. Di tengah kegundahan hatinya, Kim Yeri masih berusaha merapalkan doa-doa untuk memperkuat dirinya. Degup jantungnya yang tidak beraturan seirama dengan tarikan napasnya yang nampak putus-putus. Saat ini ia benar-benar berada dalam intensitas rasa takutnya yang begitu besar. Ia bahkan tidak yakin bila ada orang yang akan menolongnya saat ini, karena presentasenya pasti begitu kecil. Dengan takut-takut ia mencoba mengintip perlahan melalui celah di antara jejeran buku, dan membulatkan matanya terkejut saat melihat siluet seorang pria yang membelakanginya.

Yeri bersumpah dan yakin seyakin-yakinnya bahwa sosok yang dilihatnya sekarang adalah memang orang itu, orang yang sama yang telah mencelakainya waktu itu. Keringat sebesar biji jagung kembali muncul di dahinya. Ia meremas-remas tangannya tidak yakin, matanya melirik pada pintu keluar, berpikir apakah mungkin bisa kabur melalui celah pintu yang terbuka lebar itu, apalagi dengan posisi laki-laki itu yang cukup menguntungkan baginya saat ini. Suara ketukan kembali terdengar, dan seketika mengalihkan perhatian Yeri. Kini dilihatnya 'sang predator' tengah menuju tempat yang berlawanan dari posisinya saat ini.

'Bagus!' Yeri bersorak dalam hati, dengan ini misi melarikan dirinya akan semakin mudah.

Maka dari itu, sebelum mengambil ancang-ancang untuk kabur, ia menarik napas dalam-dalam. Dan tepat beberapa detik setelahnya, tubuhnya telah melesat cepat menuju pintu keluar, lalu berlari dengan kecepatan dewa, mengiraukan umpatan keras dari pria yang tertinggal di belakangnya.

Sementara itu, beberapa menit sepeninggal Yeri, terlihat pria itu mendecih kesal. Namun, seringaian yang terbit setelahnya bukanlah merupakan suatu pertanda bagus. Ia menatap nyalang pada pintu keluar, sebelum kemudian turut melangkahkan kakinya meninggalkan ruangan itu. Seringaian masih senantiasa menghiasi bibirnya, membuat beberapa orang bergidik ngeri saat tak sengaja berpapasan dengannya.

"Menarik sekali. Kita lihat sampai sejauh mana kau bisa bermain kucing-kucingan denganku, sayang." desisnya berbahaya dengan seringaian yang terbentuk makin lebar. Ia berjalan santai, tidak berniat mengejar kepergian gadis itu lagi. Biarkan mangsanya lolos untuk saat ini, tapi tidak untuk nanti.

Tbc

Red MapleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang