Kedua tangan Mafu mendingin bertahap, meski Luz mencoba menghangatkan tangan itu dengan genggamannya. Namun nihil, tangannya tetap terasa dingin bukan main. Tatapannya yang kosong hanya menampakkan sebuah ketakutan yang mendalam. Sudah 2 hari sejak penolakan Soraru padanya, pria bermanik biru itu belum sadar dari pingsannya di hari itu. Koma? Tidak, Mafu menolak mengakui kondisi itu. Ia terus merutuk dalam hati, meyalahkan dirinya yang begitu keras kepala ingin kembali dicintai olehnya -yang sama sekali tak menginginkan Mafu.
Manik merah miliknya tampak redup, menanti sebuah keajaiban kecil. Yang ia harapkan saat ini hanya kesadaran Soraru, setelah itu ia akan benar-benar menghilang dari kehidupan pria itu. Ia akan menyerah.
Dirinya yang ditemani Luz di lorong rumah sakit ini sejak tadi hanya terdiam seribu bahasa, menolak berkali-kali untuk berbincang dengan Luz. Dan Luz hanya bisa menghela napas pasrah dengan keadaan ini, tidak tahu lagi harus berbuat apa untuk menghiburnya.
Tak lama, Amatsuki yang memang rutin menjenguk juga datang menghampiri mereka. Otomatis Luz langsung melepaskan genggaman tangannya pada Mafu. Tidak ingin menimbulkan desas-desus disaat seperti ini.
Amatsuki duduk disamping Mafu -yang bahkan sepertinya tak menyadari kedatangannya. Amatsuki, sebagai salah satu orang yang mengetahui apa yang terjadi diantara Mafu dan Soraru turut merasa berduka, dengan situasi yang tak pernah membaik sejak 2 tahun lalu ini. Terlampau tragis. Padahal dulu Mafu tak pernah terlihat semembatin ini.
"Mafu-kun, percayalah.. Soraru-san akan segera sadar kok." Amatsuki mencoba menghibur, meski ia tahu takkan ada hasilnya.
Dan benar. Mafu sama sekali tak menanggapi hal itu, masih menatap kosong pintu yang tertutup di depannya.
"Aku tahu ini sangat berat untukmu, tapi.. aku yakin seiring berjalannya waktu Soraru-san akan ingat lagi."
"Terlalu lama.." suara Mafu terdengar mendesis.
Amatsuki menoleh, dan ia mendapati manik merah itu tak lagi terlihat kosong. Ada sebuah aura disana, aura putus asa.
Tak lama seorang perawat keluar dar ruangan Soraru, hendak memberitahu sesuatu.
"Apa kalian wali dari Soraru-san?" tanyanya sopan.
"Aa iya. Apa yang terjadi?" Amatsuki yang menjawab.
"Beliau baru saja sadar, kalian boleh menjenguknya sekarang."
"B-benarkah?"
"Ya. Dan tadi, dia sempat menanyakan seseorang."
"Are? Siapa?"
"Mafumafu-san."
Manik merah Mafu membelalak. Tanpa menunggu perkataan si perawat lagi ia langsung menghambur masuk ke dalam ruangan Soraru, mengabaikan semuanya.
Langkahnya yang terburu-buru langsung memelan saat mata mereka bertemu. Tangan Mafu yang terasa dingin mulai terasa bergetar. Ada perasaan takut saat ia berusaha berjalan mendekat pada ranjang itu.
Alat bantu pernapasan masih terpasang pada Soraru, meski manik biru itu sudah terbuka dan kini tengah menatapnya dengan intens. Dan satu kata keluar dari mulutnya.
"Mafu.."
Baiklah, kini Mafu benar-benar tak bisa membendung air mata yang sudah terkumpul dimatanya. Tangannya yang masih bergetar hebat semakin mendekat, menggapai tangan Soraru yang dipasangi selang infus.
Saat tangan itu berhasil bertautan, semakin pecahlah tangis Mafu. Ia duduk bersimpuh di samping ranjang, menunduk dalam.
"Gomen na.." satu perkataan lagi dari mulut Soraru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why won't you give me likes
Fanfiction[ UTAITE FANFICTION COMPLETED ] Dia juga ingin dicintai, olehnya. | SoraMafu | Angst, BL, sho-ai, rating R, | || cover and story by @shigeyukizero_01 ||