Sudah tanggal 18 Oktober. Dan Soraru sudah keluar dari rumah sakit, tanpa ditemani lagi oleh Mafu. Ya, sejak hari itu Mafu tak lagi datang ke rumah sakit, ia mengurung diri di apartemennya. Hanya berdiam diri di samping jendela kamar, memandangi hiruk pikuk kota dengan tatapan kosong tanpa gairah.
Air matanya sudah lama mengering. Darah yang sempat keluar dari sayatan kecil di pergelangan tangan kirinya pun sudah mulai mengering, meski perihnya masih tersisa. Napasnya masih berhembus dengan teratur, meski tubuhnya seolah mengisyaratkan bahwa ia terlampau lelah. Dengan semua penantian yang selalu berakhir dengan sia-sia.
Sudah saatnya ia menyerah kan?
Kembali, hembusan napas dari bibirnya yang pucat.
"Aku ingin dicintaimu olehmu.. Soraru-san.."
Bermonolog lagi. Kepada langit yang terlampau cerah.
Karena ia menolak Luz yang ingin menemaninya, juga Amatsuki yang menawarkan jasa menyampaikan pesan pada Soraru. Ia hanya butuh seseorang saat ini, yang mungkin bisa menghentikan aksi nekatnya nanti.
oOo
Baru saja Soraru ditinggalkan sendiri di apartemennya, sebab tadi beberapa rekannya datang untuk menjenguk dan sekedar memberikan bingkisan atas kembalinya ia dari rumah sakit. Tapi entahlah, ia merasa ada yang hilang, dalam dirinya.
Soraru mendudukkan diri di sofa ruang tengah, bersandar untuk sedikit merilekskan tubuhnya yang terasa lelah entah karena apa. Perlahan ia menyentuh permukaan bibirnya, rasa saat bibirnya dipertemukan dengan Mafu masih membekas. Dan salahkah bila Soraru mengakui bahwa ciuman itu terasa manis meski sarat emosi?
Kini ia melirik pada jendela ruang tengahnya, yang menampakkan cerahnya langit. Ia merasa takjub, dan kesepian. Benar-benar ada yang terasa hilang.
Tentang pernyataan cinta tidak langsung yang Mafu katakan waktu itu masih terngiang di kepalanya. Juga senyuman mirisnya yang menunjukkan banyak kekecewaan.
5 tahun? Waku yang sudah Mafu lewati untuk mencintainya?
Baiklah, Soraru mulai merasa bersalah. Tapi ia tidak tahu harus melakukan apa, terlebih sekeras apapun ia mengingat Mafu dalam kehidupannya tak pernah ada hasil. Soraru benar-benar tidak ingat dirinya dengan Mafu pernah sedekat apa sampai benih cinta itu tertanam begitu lama.
Soraru memijat keningnya yang mulai terasa sakit, terlalu banyak yang ia pikirkan. Diliriknya kalender yang tersimpan rapi di atas meja nakas, ada tanggal yang terasa familiar disana.
Ia akhirnya bangkit, menghampiri kalender dan membaca tulisan kecil bertinta merah yang ada di tanggal hari ini. 18 Oktober.
"Ulang tahun Mafumafu.. anniversary..?"
Kenapa dirinya menulis hal itu di kalender? Sedekat itukah ia dengan Mafu? Dan anniversary apa yang tertulis disana? Soraru menyipitkan matanya, kepalanya semakin pening saat diminta untuk berpikir keras.
"Urgh.." ringisan mulai keluar.
Kedua tangannya ia gunakan untuk meremas kepalanya, seolah dengan hal itu bisa meringankan beban yang seakan menumpuk bersamaan saat ini. Satu ingatan terbersit dengan cepat, membuat Soraru membelalak sempurna. Rol film berputar kembali, dan sesaat menghilang lagi, terputus, kemudian tersambung lagi. Seperti tayangan televisi yang kehilangan sinyalnya. Degup jantung Soraru berpacu dengan cepat. Memorinya menghujam.
Tes tes
Bercak darah terlihat dilantai. Dan Soraru tahu darimana asal darah itu. Ia mimisan, kondisinya melemah lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why won't you give me likes
Fanfiction[ UTAITE FANFICTION COMPLETED ] Dia juga ingin dicintai, olehnya. | SoraMafu | Angst, BL, sho-ai, rating R, | || cover and story by @shigeyukizero_01 ||