Kimi ni aitakatta..
Batin Mafu selalu mendesis pilu menyuarakan keinginannya. Memendamnya begitu lama sampai dirinya lelah. Menekan keinginannya sampai tak terhitung lagi berapa banyak waktunya yang terbuang sia-sia hanya untuk memikirkan satu nama.
Dirinya seakan terombang-ambing dalam berbagai situasi, terbawa arus tanpa sempat menunjukkan eksistensinya, tersamarkan bagai bayangan di kegelapan.
Mafu ingin pergi, dalam situasi ini. Situasi dimana ia berada dalam satu ruangan tempat karaoke bersama rekan-rekannya yang baru menyelesaikan konser bersama; Amatsuki, Sakata, Urata, Luz, dan Soraru. Awalnya Mafu ingin menolak ajakan mereka, jika saja Luz tidak langsung menarik tangannya untuk ikut. Dan jika saja matanya tak bertemu dengan manik Soraru saat ajakan itu terjadi. Ya, Soraru juga ikut, dan itu juga yang menjadi alasannya ingin segera pergi dari sini.
Diam tanpa bisa bergabung dalam pembicaraan rekan-rekannya. Diam tanpa bisa berbicara langsung dengan Soraru yang tengah asik bercanda gurau di depannya.
Tidak seperti dulu, 2 tahun lalu, sebelum semuanya berubah.
Sesekali Mafu menghela napas dengan kasar. Sudah beberapa kali juga ia mengabaikan perbincangan ringan yang Luz coba lakukan dengannya. Mafu sudah tidak peduli, sungguh. Dan Luz sendiri memakluminya, karena tahu sejak tadi manik merah itu tertuju pada siapa.
Dalam satu detik yang begitu ajaib, tiba-tiba manik biru dihadapan Mafu turut menatapnya. Mafu membatu dalam ketakjubannya, hatinya seakan berdesir perlahan.
Senyuman simpul nampak dari wajah Soraru, untuknya. Senyum sopan seperti pada orang yang baru ia temui hari ini.
Ah.. hanya mendapatkan senyumannya saja membuatku sakit..
Senyuman kepada orang lain itu, bukan yang ia rindukan.
"Minumlah." suara Luz sedikit menyadarkan Mafu, ia menoleh dan mendapati Luz menyodorkan segelas soda padanya.
Hanya soda, tak seperti yang lain -yang mulai membukan botol bir yang pertama. Luz tahu bahwa Mafu bukan tipe orang yang suka dengan alkohol, dan ia tahu bahwa dalam kondisinya, alkohol hanya akan membuatnya semakin buruk.
Tanpa membalas, Mafu menerima tawaran Luz. Satu tegukan kecil.
"Lupakanlah." suara Luz kembali terdengar.
"Apa?"
"Dia." ucapnya sambil menatap ke arah Soraru yang tengah meminum segelas penuh bir sebagai tantangan Sakata.
"Kau tahu aku tidak bisa kan." jawab Mafu tanpa emosi.
"Kau juga tahu, bertahan seperti ini hanya akan menghancurkanmu."
"Aku akan hancur sendiri, tidak akan membebani siapapun."
"Jika kau hancur, aku juga akan hancur bodoh."
Mafu tak tertarik, dengan pernyataan Luz yang terang-terangan menyatakan kepeduliannya yang lebih dari sekedar teman. Hembusan napas kini terdengar dari mulut Luz, ia gagal lagi menarik atensinya.
"Aku sudah tahu apa yang terjadi diantara kalian."
Mafu menoleh, merasa bahwa hal itu memang sudah bukan rahasia lagi diantara rekan-rekannya.
"Tapi.. bukankah sulit memperjuangkan orang yang sudah menghapusmu dari hidupnya?"
"Aku tahu."
"Jadi?"
"Aku akan mengakhiri ini tanggal 18 nanti."
"18? Oktober?"
"Un."
"Hari ulangtahunmu?"
"Un."
Luz sedikit bernapas lega, ternyata Mafu akan mau menghentikan penantiannya. Berarti ia masih bisa menunggu kan? Untuk memperbaiki sosok Mafu yang ia rindukan.
"Oi Soraru-san! Wajahmu memerah tuh! Kau mabuk sekali! Jangan dulu berdiri!" Suara Amatsuki menyita perhatian. Terlebih saat Soraru berusaha berdiri dan hendak berjalan menuju pintu keluar.
Mafu kembali merasa sesak, melihat Soraru yang mabuk berat.
"Aku tidak mabuk kok! Aku harus ke toilet tahu! Aku mual, jangan halangi aku!" Soraru mempertahankan diri dengan jalannya yang sempoyongan ke arah pintu.
Amatsuki ingin membantu, jika saja Soraru tidak menolak terang-terangan tangan yang menyentuh pundaknya itu. Dan Mafu, yang tahu batasannya hanya bisa menahan keinginan untuk turut mencoba menawarkan bantuan.
Soraru yang sempoyongan tersandung, Mafu yang memang duduk di dekat pintu langsung segera menahan tubuh itu agar tidak menyentuh lantai dengan keras. Mata mereka bertemu saat itu. Napas Mafu seolah tertahan disana, setelah sekian lama akhirnya bisa sedekat ini dengannya.
Cukup lama mereka berada dalam posisi Soraru yang ditahan Mafu. Dan dalam kontak mata itu manik Soraru perlahan menyipit, seperti mengingat sesuatu dan menahan sakit.
"Ma.. fu.." suara itu hampir terdengar mendesis.
Mafu menahan napasnya saat namanya dipanggil oleh suara lembut yang serak itu. Sedikit perasaan senang muncul, sampai-
"Ukh.."
Soraru melepaskan diri darinya, langsung memegangi kepalanya yang terasa pening bukan main. Seakan kepalanya akan pecah, seakan baru saja ia menerima air bah dalam otaknya, seakan semua memori kehidupannya menghujam dirinya dengan bertubi-tubi. Bahkan sampai ia tak kuasa lagi untuk berdiri, berakhir dengan duduk bersimpuh sambil menekan kepalanya dengan kedua tangan.
"Aaarggh!" rintihan kecil tadi berubah menjadi teriakan frustasi.
Kesenangan yang sempat Mafu dapat akhirnya sirna, menguap begitu saja dengan cepat. Amatsuki dan Sakata langsung menghampiri Soraru yang kesakitan disana, mulai merasa bahwa Soraru kesakitan bukan karena mabuknya namun karena trauma yang ia miliki.
Mafu juga hendak mengulurkan tangan untuk meraih Soraru, namun tangannya di udara langsung terhenti saat-
"Pergilah! Jangan dekati aku!" teriakan frustasi Soraru mengarah padanya.
Tangannya terasa dingin di udara, meraih kekosongan. Dan mulai bergetar hebat. Penolakan jelas untuknya. Setetes air jatuh dari manik merah.
Terjadi lagi..
Dalam hitungan detik Soraru mulai melemah, kehilangan kesadarannya. Amatsuki dan Sakata langsung memberikan pertolongan sebisanya dan menelepon ambulans, sudah tahu bahwa apa yang dialami Soraru tidak sebatas pengaruh alkohol, lebih serius dari itu.
Keadaan kacau. Tapi Mafu seolah tak bisa mendengar dengan jelas apa yang diributkan disana, seolah semua perbincangan itu tersamarkan oleh suara retakan dalam dirinya -yang kesekian kalinya.
Luz hendak menarik Mafu dalam pelukannya, namun langsung terhenti saat Mafu langsung peka dan memberikan penolakan halus. Manik merah itu masih menatap hal yang tak pasti.
"Jika saja aku tidak kemari.." sebuah sesal terlontar.
"Jika saja aku tidak terlahir.." lanjutnya lagi.
Senyuman miris terukir.
Jika saja aku tidak pernah hidup, dia tidak akan semenderita ini kan? Kamisama..
oOo
-tbc-
KAMU SEDANG MEMBACA
Why won't you give me likes
Fanfiction[ UTAITE FANFICTION COMPLETED ] Dia juga ingin dicintai, olehnya. | SoraMafu | Angst, BL, sho-ai, rating R, | || cover and story by @shigeyukizero_01 ||