Saat manik ruby indahnya dipejamkan, selalu saja ada satu wajah yang terbayang dalam benaknya. Selalu ada satu sorot mata teduh yang menyejukkan hatinya. Selalu ada satu senyuman rendah yang tak pernah tertuju untuknya. Sekuat apapun Mafu mencoba untuk mengenyahkan bayangan-bayangan itu, tetap saja ia menghujamnya dengan bertubi-tubi.
Aikawa Mafuyu, sudah genap 2 tahun hidup dalam belenggu perasaannya yang tak sampai. Sudah 2 tahun hatinya terbelenggu untuk satu orang yang tidak akan pernah mengulurkan tangan untuknya. Sudah 2 tahun ia mencoba bertahan hanya dengan memandang punggungnya yang berjalan menjauh. Sudah 2 tahun tak ada secercah cahaya untuk sekedar mengembalikan apa yang pernah ia miliki.
Dalam hati, Mafu selalu merutuk. Untuk segala kemalangan yang menimpa dirinya. Untuk semua tekanan yang menghujam dirinya. Untuk dirinya yang sama sekali tak dilirik olehnya.
Tak terhitung lagi sebanyak apa mata pisau yang sempat mendarat di pergelangan tangannya yang mulus. Tak terhitung lagi berapa kali ia mencoba untuk menerjang laju kereta di depannya. Tak terhitung lagi berapa kesempatan yang sudah ia dapat untuk meloncat dari jendela apartemennya.
Padahal dirinya, dengan orang yang membelenggunya tinggal bersebelahan. Padahal dirinya, sering bertemu dalam satu waktu ditempat yang sama. Padahal kesempatannya untuk mendekatkan diri dengannya sama besar dengan orang lain. Namun entahlah, dirinya seolah telah dihapus dari daftar orang-orang yang dikenalnya. Dirinya seakan dianggap figuran dalam pertunjukan aktor utama. Dirinya, lagi-lagi takkan pernah bisa menggapai tangan orang itu.
Saat matanya terbuka, menampakkan cerahnya langit di siang hari ini, ia kembali menghela napas berat. Kedua tangannya yang ia masukkan ke dalam saku hoodie sesekali mengerat tanpa sadar. Siang ini seperti biasanya, datang ke studio untuk merekam beberapa lagu. Dan seperti biasa pula, tak ada yang spesial. Tak ada, selain bisa mengetahui keadaan orang yang ia perhatikan.
Soraru, itulah nama orang itu. Pemuda yang pernah singgah dan membelenggu erat Mafu, kemudian berubah. Seakan semuanya kembali ke titik nol. Hari ini pun Mafu sudah mencoba untuk setidaknya menyapa pria itu, namun lagi-lagi gagal. Satu patahan bulu lagi di sayap-sayapnya yang mulai jarang.
Mafu selalu sendiri, menghabiskan waktunya yang mulai senggang setelah menyelesaikan semua jadwal rekamannya. Tak ada yang sengaja mendekatinya untuk berbincang ringan. Ya, Mafu memang menjadi agak pendiam sejak hari itu. Hari yang sudah menghancurkan keinginannya untuk hidup. 2 tahun lalu.
Salahnya memang, berharap pada satu orang untuk bertahan hidup -meski tahu orang itu takkan pernah menoleh padanya. Salahnya memang, pernah menolak ajakan Amatsuki dan Sakata untuk pergi bermain. Alhasil kini dirinya tetap tertinggal sendiri, menutup dirinya, tak membiarkan siapapun mendekatinya.
Dalam diam tiba-tiba pandangannya otomatif memfokus pada satu objek. Sebuah harapan mencuat tatkala objek itu seakan memandangnya dari sana. Mafu menegakkan duduknya dan bersiap untuk tersenyum menyapa sampai-
"Sora-"
"Rib-san!" suara objek itu mengalahkan suara Mafu yang terlampau pelan.
Mafu kembali membeku di tempat. Baiklah, bodoh memang, mengharapkan perhatian darinya -di saat seperti ini.
"Aa Soraru-san! Hisashiburi!" Rib -yang ternyata memang ada di belakangnya, membalas dengan ramah.
Soraru menghampiri Rib dengan senangnya, seakan sebuah keberuntungan bisa bertemu dengan Rib disini -saat ini.
Ima donna kimochi?
Untuk kesekian kalinya Mafu merasakan rasa sesak di dadanya. Mulailah ia kembali mempertanyakan keberadaannya di dunia ini. Kembalilah ia mempertanyakan untuk apa ia hidup jika apa yang mendukungnya untuk hidup sudah tak terjangkau lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why won't you give me likes
Fanfiction[ UTAITE FANFICTION COMPLETED ] Dia juga ingin dicintai, olehnya. | SoraMafu | Angst, BL, sho-ai, rating R, | || cover and story by @shigeyukizero_01 ||