4 - House of Gold

7.3K 969 63
                                    

She asked me, 'Son, when I grow old, will you buy me a house of gold,
and when your father turns to stone,
will you take care of me?' - TØP

***

Kata Saphira, Papa kritis.

Orang sehat jatoh di kamar mandi aja bisa fatal akibatnya. Lha ini papa gue yang lumpuh, yang pankreasnya udah gak bisa produksi insulin dalam jumlah banyak, yang sudah tua dan semalem baru aja ngasih pesan ke gue.

Gimana gue gak panik???

Gue melihat keluarga gue ada di koridor rumah sakit, mukanya pucet semua.

"Ulfa mana?" Tanya gue saat sampai.

"Dititip ke tetangga, kan anak dibawah 12 tahun gak boleh masuk Bang." Ujar Fira. Gue mengangguk.

"Papa gimana?" Tanya gue.

"Gak tau, dokternya belum keluar." Ujar Fira.

Gue berjalan mendekati Mama, lalu duduk di sampingnya. Gue peluk dulu Mama yang ternyata badannya dingin banget.

"Ma? Mama pulang ya? Biar Eza aja yang nunggu Papa." Kata gue, tapi Mama menggeleng.

"Tadi ke sini naik apa Dek?" Tanya gue.

"Mobil Abang, Fira nyetir tadi." Jawabnya dan gue mengangguk.

Sejujurnya, gue tegang banget ini. Gue tau kalo Mama itu sayang banget sama Papa, gue tau kalo Mama pasti takut Papa kenapa-kenapa. Gak cuma Mama, gue juga, gue yakin Fira juga ngerasa hal yang sama. Dan tentu saja, semua orang yang ada di posisi ini merasakan hal yang sama.

Gue berusaha menegarkan diri. Gue gak boleh ikutan lemah saat keluarga gue lemah juga, gue kan anak laki.

Sekian puluh menit duduk sambil mengusap-usap punggung Mama, seseorang keluar dari ruang IGD. Gue langsung berdiri, begitupun Mama dan Fira.

"Pasien masih dalam massa kritis, belum bisa diganggu, kondisinya masih terus dipantau oleh tim saya, mohon doanya yaa Mas, Bu, Dik." Ujar si dokter, gue sedikit lega, ya lega, setidaknya si dokter tidak mengucapkan 6wordsmith like 'maaf, kami sudah melakukan yang terbaik' kan kalo gitu end berarti.

"Jadi kita cuma bisa nunggu dok?" Tanya gue.

"Yaa, dan berdoa. Sebentar lagi pasien akan kami pindah ke ICU." Ujar si dokter, lalu ia meminta kami untuk mengurus berkas-berkas, gue langsung sigap dan meminta Fira untuk jagain Mama.

Setelah semua masalah administrasi selesai, gue berjalan ke ruang ICU, gue liat Mama dan Fira di koridor, duduk di kursi besi tunggu yang disediakan.

"Papa udah masuk Ma?" Tanya gue.

"Udah Bang,"

"Yaudah, biar Papa ditemenin sama Abang aja ya, kamu ajak Mama balik, udah kemaleman, kasian Ulfa masih dititip." Kata gue.

"Kamu aja Za yang pulang, Fira juga. Eza besok kerja, Fira kuliah, Mama bisa di sini temenin Papa." Sahut Mama.

Gue menggeleng. Gue belum gila untuk biarin Mama gue yang sudah kepala lima ini jaga di rumah sakit sendirian.

"Kalo mama mau di sini, yaudah, Eza temenin." Kata gue.

Mama mengangguk.

"Dek, kamu ke parkiran, di motor Kakak ada jaket, ambilin, buat Mama, nanti makin malem takut makin dingin." Kata gue sambil memberi kunci motor.

KOMEDI PUTAR ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang