1

24 2 1
                                    

  "OTAAAANNN!!! " Teriak Kaina mengejar Gio yang sekarang sedang membawa dan mengobrak-abrik tas miliknya.  "Sini bawa!" Kania melompat-melompat saat Gio meninggikan tangannya. 

 "Gue minjem catetan doang,  bener deh! " Ucap Gio cengengesan sembari mengaduk-aduk tas Kania.  "Yah dapet," ucap Gio sembari mengambil cokelat dari tas Kaina.  Memang itu yang ia ingin cari dari tadi.

     "Sumpah Na,  gue gak makan tadi pagi,  jadi gue laper. Ntar gue ganti deh. " ucap Gio sembari memberikan tas kepada Kaina. 

Kaina mengambilnya secara kasar, "untung lo sahabat gue. "

     Kedekatan Kaina Garana dan Gio Thanagra sudah sering menjadi buah bibir para biang gosip sekolah.  Banyak yang mengatakan kedua sejoli ini merupakan pasangan tetapi,  kenyataannya mereja hanyalah sahabat.  Otan,  sebutan Kaina untuk Gio yang menyatukan dua suku kata di tengah-tengah nama Gio.  Untuk sebutan itu,  hanya Kaina yang boleh memanggil Gio dengan nama itu.  Posesif memang,  tetapi begitulah mereka.

     Berawal dari persamaan nasib sebagai anak yang broken home membawa keduanya saling bertukar cerita.  Saling terbuka antar satu dengan yang lain.  Gio yang sering bercerita tentang ayah barunya yang kasar dan Kaina yang bercerita tentang perpisahan orang tuanya,  dimana Sang Bunda  pergi ke Singapura sedangkan ayahnya di Jakarta  bersamanya.

     "Eh Na," ucap Gio sembari bersenderan di dinding. Posisi mereka kini berada di kursi luar kelas.

"'Paan?" jawab Kaina yang juga melakukan hal yang sama dengan Gio. 

     "Lo mau jadi pacar gue? "

     "Uhuk. " Kaina langsung tersedak cokelat.  Apa tadi?  Gio?  Menembaknya?  Secara langsung? 

Gio yang melihat ekspresi sahabatnya yang secara tiba-tiba itu membuatnya cekikikan.  "Lebay ih." Kaina membalas dengan tatapan tak bisa dimengerti. 

     "Apa sih Tan?!"

     "Bukan sebagai pacar, tapi sebagai pacar bohongan. " Gio terlihat santai mengatakan hal itu dengan tatapan yang lurus kedepan tanpa melihat Kaina.  Kaina langsung menghela nafas.  Setidaknya Gio tidak benar-benar menembaknya.  Tapi entah mengapa di hatinya tetap berdetak tak karuan.

     "Emang buat apaan sih,  Lo kelamaan jomblo gini dah jadinya."

     "Gue mau reuni SMP Na,  yakali gue gak bawa gandengan." Kaina mengerutkan kening.  Lalu memperbaiki posisi duduknya. 

     "OGAH!"

     "Ih lo,  bantuin sahabatnya kek. "

     "Bodo.  Cari yang lain kek, napa harus gue coba? "

      "Emang yang lain mau? "

      "PFFFTT" Semburan air liur terbuat dari bibir Kaina sedetik kemudian,  ia tertawa ngakak.  "Lo nyadar diri juga."

        "Puas ngetawain?" ujar Gio dengan tatapan sinis. 

       "Yaudah," jawab Kaina singkat.

       "Jadi?  Lo mau?" kepala Gio berputar menghadap Kaina dengan mata yang membinar. Kaina mengangguk pelan. Gio mengacak-acak rambut Kaina sembari memberikan senyuman simpul. 

      "Ih dasar." Tangan Kaina merapi-rapikan rambut yang diacak-acak oleh Gio tadi. "Oh ya,  anterin gue beli baju ya ntar."

       "Harus ya beli baju? Mau lo pake baju tidur,  baju dress atau baju gembel sekalian,  muka lo gitu-gitu aja gak ada yang berubah." Kaina langsung memberi tatapan tajam lalu mencubit lengan Gio.  "Muka lo tetep cantik maksudnya."

       Perkataan Gio yang terakhir membuatnya tersipu sehingga harus menundukan wajahnya. 

       "Tuh kan blusshing.  Udah ah,  gue masuk." Gio beranjak pergi.  Sebenarnya Gio juga blushing tetapi Gio tidak mungkin memperlihatkannya di depan Kaina.  Sehingga ia harus cepat-cepat menjauh.

Can I Be Yours?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang