4

13 2 1
                                    

Hening.

Itulah kondisi yang tepat untuk mendesripsikan suasana di mobil. Arka yang fokus dengan jalanan. Sementara Kaina hanya terdiam. Merasa gugup dan senang bercampur menjadi satu. Ia mengelap tangan di dress karena tangannya basah.

Lima menit yang lalu, sempat terjadi pembicaraan singkat dimana Arka menanyai alamat rumahnya dan Kaina menjawabnya dengan lengkap dan diakhiri dengan jawaban 'Oo'panjang dari Arka. Dan kini tak ada lagi pembicaraan.

Kaina berdeham untuk menghalau keheningan.

"Kok kakak bisa kenal sama Otan?" Kaina langsung melipat bibirnya. Apa yang ia lakukan? Itu keceplosan atau bagaimana? Bibirnya tiba-tiba saja bergerak tanpa kontrol.

Arka menoleh lalu mebgerutkan kening. "Otan?" tanyanya lalu terkekeh.

"Gio maksudnya," jawabnya singkat. Di dalah otaknya ia sudah mengutuk-ngutuk dirinya sendiri, mengapa ia menanyakan hal bodoh seperti ini.

Arka ber 'Ooo..' pendek. Lalu menjawab, "dia sering ke cafe."

Kaina mengangguk-ngangguk. Lalu kemudian hening kembali

"Lo anak SMA Taruna?" tanya Arka dengan tatapan lurus menuju jalan. Kaina mengangguk lalu menjawab

"Iya." Dalam hatinya yang dalam, Kaina bertanya-tanya, apakah Arka sama sekali tidak pernah melihatnya di sekolah? Itu membuatnya sedikit kecewa.

"Lo tahu orang yang suka ngirimin gue surat? "

Deg!

Sedetik

Dua detik

Kaina tak bergeming. Mulutnya mendadak kering sehingga harus meneguk ludah. Mengapa Arka menanyakan hal ini padanya? Apakah Arka tahu kalau dirinya yang mengirim surat itu? Mati. Batinnya kalau Arka tahu itu.

"Emang kenapa?" ucapnya berusaha terlihat biasa-biasa saja.

"Lo gak tahu?" Kaina menggeleng dengan sebuah kebohongan.

"Gue heran, kenapa ada cewek yang suka sama gue." Kaina meneguk ludah saat mendengar ucapan Arka itu.

"Mungkin di matanya, kakak menarik," ucap Kaina seperti bergumam dengan pandangan yang lurus ke depan. "emang kenapa kak?"

"Ya gue ngerasa gimana gitu, cewek gak pantes segitunya sama cowok." Kaina menghirup nafas panjang lalu menghembuskannya agar dirinya bisa terlihat biasa saja. "orang kayak gitu, kayak cewek murahan."

Deg!

Kaina menghadap ke Arka berusaha mencari wajah bercanda. Namun nihil. Wajahnya dingin menghadap jalan. Air mata Kaina terasa sudah terbendung di matanya dan sebentar lagi bisa-bisa keluar.

Dan untung saja Arka sudah memberhentikan mobil yang berarti ia sudah sampai di depan gedung apartemen.

"Makasi kak,"ucapnya pelan. Kalau saja diperhatikan, di ucapan Kaina itu sudah terdengar isakan tangisan yang dipendamnya. Arka hanya mengacungkan jempol lalu melajukan mobilnya.

***

Can I Be Yours?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang