2

17 2 3
                                    

"Gak. Ini kayak nenek-nenek," ucap Gio memberi komentar terhadap baju yang dipilih oleh Kaina.
Kaina langsung memutar bola mata lalu mengambil baju lainnya.
"Ini?"

"Kayak tante-tante ke kondangan."
Kaina menghela nafas frustasi. Bagaimana tidak, sudah 2 jam Kaina mencoba-coba baju tapi tidak pernah cocok dengan Gio. Ini sudah menyita banyak waktunya untung saja ia sudah selesai berdandan. Tahu kan dandannya cewek itu butuh berapa lama?

Gio yang sedari tadi hanya duduk dan sesekali bermain hp ketika mengomentari Kaina. Kini ia beranjak.

"Lo harusnya pakai baju yang cocok sama umur lo," ucapnya sembari memilih dress untuk Kaina. "pilihan lo yang tadi itu terlalu tua." Kaina berdecak mendengar perkataan yang benar-benar menusuk. "jadinya lo itu ga natural," lanjut Gio.

Beberapa menit kemudian, Dress yang dipilih oleh Gio, sudah membaluti tubuh Kaina. dress hitam polos selutut dengan sedikit renda di bawahnya. Rambutnya digerai dan dicurly bawahnya serta liptint merah yang mewarnai bibirnya hanya bagian dalam.

"Gini?" tanya Kaina menyankinkan. Gio melihat dari atas ke bawah. Dan akhirnya mengangguk dengan mata yang membinar.

"cantik."

Kaina yang sedang melihat dirinya dari pantulan cermin langsung memutarkan badan saat mendengar ucapan dari mulit Gio.

"Tumben lo nyadar kalo gue cantik," ucapnya.

"Ih, gaunnya maksudnya. GR banget, " Bantah Gio lalu mengambil ponselnya. "Udah?" Kaina mengangguk. Lalu Gio meraih tangan Kaina dan mengenggamnya hangat lalu mereka menuruni tangga di depan rumah dan diakhiri dengan Gio membukakan pintu mobil untuk Kaina. Persis seperti adengan raja dan ratu.

Kaina tak pernah menyangka kalau sahabat kocaknya itu bisa bertindak romantis seperti tadi.

"Tuh kan blushing lagi, ini permulaan kan sekarang gue jadi pacar setingan lo," ucap Gio yang memergoki Kaina sedang memerah. Ucapan Gio tadi mendapatkan tamparan kecil di pipi kiri.

***
Acara reunian SMP Gio diadakan di cafe NICH. Cafe ini cukup luas dan memanjang. Terlalu luas sampai-sampai Kaina tidak bisa menemui batang hidung Gio lagi.

Tadi Kaina izin ke kamar mandi dan meninggalkan Gio yang sedang berbincang dengan teman-temannya, dan kini, Kaina tidak tahu dimana tempat ia meninggalkan Gio tadi.
Kaina memilih duduk di salah satu bangku yang kosong. "Sial," gerutunya saat menyadari HPnya mati. Cafe yang luas ini semakin lama semakin banyak yang memasuki. Kaina tak menyangka kalau Gio, sobatnya memiliki teman seangkatan sebanyak ini.

Gio dan Kaina sudah bersahabat sejak SD, mereka dipertemukan secara sengaja oleh ibu mereka yang dulunya tetanggaan.

Namun saat SMP, Gio berhasil mendapatkan sekolah SMP terfavorit. Sedangkan Kaina, karena sesuatu dan lain hal, ia memutuskan untuk homeschooling. Saat itu juga Kaina pindah rumah ke apatermen di sudut kota, hubungan Kaina-Gio semakin jauh pada saat itu, namun setiap malam minggu, Gio selalu datang ke apartemen Kaina. Dan kini, berkat Tuhan, mereka dipertemukan kembali di SMA.

Ini juga berkat pengorbanan Gio yang sengaja menjawab salah saat ujian agar nilai nemnya tidak begitu besar, sehingga bisa bersekolah dengan Kaina-yang notabenenya tidak terlalu pintar-.

Kaina yang dari tadi termenung tersadarkan oleh pelayan cafe yang membawa minuman yang ia pesan tadi. "ini mbak."
Kaina mengerutkan kening, sepertinya suara ini tidak asing di telinganya, ia memperhatikan laki-laki itu yang kini wajahnya sedang menunduk sembari meletakan minuman di meja.

Saat kepala laki-laki itu terangkat,

Deg!

"Kaak,, Arrkkaa? " Dengan cepat Kaina menutup mulutnya yang tidak mau diajak kompromi. Bagaimana ini? Bisa-bisa saja penyamaran Kaina menjadi pengagum rahasia bisa terbongkar. Arka menoleh. Lalu memberikan senyuman dingin. Deg, hati Kaina berlonjak-lonjak tak karuan, tangannya seketika basah. Ia menggigit bibir bawahnya reflek lalu membalas senyum itu dengan senyuman manis. "Lo senyum dingin gitu aja bikin gue salting, apalagi senyum manis," barinnya
***

Can I Be Yours?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang