Kelana

63 6 2
                                    

Hari ini benar-benar hebat! Selama beberapa tahun sudah diriku menunggu, aku bertemu orang yang memiliki kesamaan denganku.
Orang itu adalah Narafa, sang murid baru yang sebenarnya tidak menarik perhatianku.

Aku benar-benar bersyukur telah bertemu dengan Rafa di pagi yang buruk karena adanya Saka. Waktu itu saat aku tahu jika ia penggemar Filsafat, dunia seperti berdiam diri. Hanya aku dan Rafa yang bergerak, hingga aku berlari dan mencak-mencak nggak jelas. Sudah aku tak peduli lagi dengan dunia saat itu, aku hanya tahu jika aku telah bertemu seseorang yang selama ini ku tunggu ke hadiranya dalam hidupku.

Seseorang penggemar Filsafat yang pasti akan menjadi temanku.
Senin yang cukup bagus untukku, tambah bagus jika tidak ada Sakara tadinya.

"Eh, aku paling suka waktu Sophie di beri surat yang berisi," Aku berdehem agar benar-benar siap mengatakannya. "Yang berisi, dari manakah dunia berasal?"

"Wah! Yang pertama kali si Sophie dapat surat aneh itu bukan?!" Rafa melanjutkan dengan antusias.

"Iya, itu! Itu scene favoritku tahu!," Seruku.

"Setuju! Scene paling keren menurutku!" Rafa menyetujuiku.

Melihat scene favorit kami ternyata scene yang sama, kami berdua tertawa.

"Lalu, selain Filsafat kamu penggemar apa lagi?" Tanyaku penasaran.

"Kamu tahu novel laskar pelangi nggak?!," Tanya Rafa lebih antusias dariku.

"Wah! Yang sudah dibuat film itu kan?! Pemerannya anak-anak miskin Belitong bukan?!" Jawabku semangat.

"Kamu juga menyukai itu?!"

"TENTU SAJA NARAFA!"

Dan sekali lagi kami tertawa.

"Aku paling suka scene yang si Ikal bicara tentang kepintaran si Lintang itu lho! Yang katanya...," Potongku

"Belajar adalah hiburan yang membuatnya lupa pada seluruh penat dan kesulitan hidup. Buku baginya adalah obat dan sumur kehidupan yang airnya selalu memberi kekuatan baru agar ia mampu mengayuh sepeda menantang air setiap hari. Jika berhadapan dengan buku ia akan terhisap oleh sayap-sayap kata yang diucapkan oleh para cerdik cendekia, ia melirik maksud tersembunyi dari sebuah rumus, sesuatu yang mungkin tak kasat mata bagi orang lain," Dalam sekali tarikan nafas kami berdua mengucapkan kata-kata yang panjangnya seperti kumpulan buku milikku yang di tata rapi dalam rak.

Dan sekali lagi, kami tertawa. Tertawa lebih keras dari sebelumnya.

"Bagiku buku itu menarik ku untuk bermimpi, untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang ingin ku gapai selama ini. Ikal dan kawan-kawannya menuntun ku Rafa." Jelasku.

"Memang kamu ingin jadi apa esok, Lan?" Tanya Rafa.

"Desainer! Aku ingin jadi desainer!" Seruku antusias.

"Kamu nggak tanya aku ingin jadi apa, Lan?!" Tanya Rafa lebih antusias.

Aku nyengir, "Wah, aku lupa Raf! Kamu ingin jadi apa esok, Raf?!" Balasku.

"Sastrawan, Lan! Aku ingin jadi Sastrawan!," Jawab Rafa semangat.

Dan sekali lagi, kami tertawa.

"Aduh, Lan! Aku tak pernah tertawa sebanyak ini tahu, sebelumnya," Kata Rafa masih tertawa kecil.

"Aku juga tahu, Raf. Rasanya puas sekali bertemu seseorang yang memiliki banyak kesamaan denganku," Balasku.

"Eh, Raf. Kamu juga suka nggak scene yang Mahar untuk pertama kalinya nyanyi setelah beberapa tahun dihalangi oleh berkumandangnya adzan Dzuhur?" Tanyaku semakin penasaran dengan adanya kesamaan kami.

"Oh, yang menyanyikan lagu Tennesse Waltz karya Anne Muray itu, bukan?! Katanya di bawakan Mahar dengan teknik menyanyi seindah Patti page," Jawabnya lengkap. Seolah-oleh buku tebal itu dibaca 5x dalam sehari, hingga hafal semua kata-kata yang di ucapkan Andrea.

"Iya, itu! Wah, scene yang cukup membuatku takjub!"

"Betul, Lan! Scene itu juga yang membuatku sadar jika aku mencintai aksara sama seperti Mahar yang mencintai musiknya!"

Dan sekali lagi, kamu berdua tertawa.
Mentertawakan semua hal yang terjadi dalam satu hari ini, kehidupan benar-benar berputar. Aku masih teringat kata-kata yang Mizunashi bilang pada Nagatsuki saat itu. Maksudku, Mizunashi adalah salah satu tokoh utama dalam komik Rocket Man kesukaanku.

Mizunashi berkata, semua orang di dunia ini mempunyai masalahnya masing-masing. Dan semua itu ada dalam sejarah, politik dan perekonomian manusia. Dan banyak sekali terjadi kenyataan dalam hidup ini tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Tapi jika kita tidak berusaha mempelajari berbagai hal dan jika kita tidak mencoba melakukan banyak hal dan tak akan pernah bisa melangkah ke depan.

Aku ingin berkelana dan merasakan kebebasan!

Aku ingin mengalahkan gravitasi dengan kekuatanku sendiri!

Ya, aku Kelana!
Kelana yang ingin berkelana dan merasakan kebebasan.

Aku Kelana!
Kelana yang ingin mengalahkan gravitasi dengan kekuatanku sendiri.

Aku akan berlari!
Berlari!
Hingga mimpi itu di depan mataku dan aku menangkapnya dengan sempurna.

Aku Kelana.

Suara MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang