Sakara

47 3 4
                                    

Pagi terburuk ke 129 kalinya menurut gue. Ayah dan Mama lagi-lagi bertengkar karena hal yang sepele lalu berujung dengan Jiha yang terbanting.

Iya, Jiha.

Biola kesayangan gue.

Jangan anggap gue seperti yang ada di pikiran Kelana ya. 'Badboy ala-ala' Cih! Benar-benar membuat gue jijik ketika mendengarnya. Walaupun gue ini disebut badboy tapi gue masih punya cita-cita tahu! Gue juga punya masa depan, bukan cuma menye-menye buat meraih gelar 'Most Wanted' alah, basi! Bodo amat gelar most wanted atau badboy! Gue pengennya bisa makan bubur ayam pak Kenang tiap hari. Namanya memang Kenang, nama panjangnya Kenangan.

Gue tahu Pak Kenang bohong soal itu, suatu ketika saat gue ingin liat KTP tuh orang, gue ditolak mentah-mentah! Katanya nanti gue suka! Dan gue pengen nonjok dia saat itu. Tapi nggak jadi, takut kebutuhan 4 sehat lima sempurna gue nggak terpenuhi.
4 sehat 5 sempurna gue adalah, Jiha, bubur ayam pak Kenang, Kelana sebagai moodboster, dan Milea!

Bener Milea.
Tapi bukan Milea Adnan Hussein yang itu, yang suka digombalin Dilan.
Milea yang ini, Milea Tchaikovsky. Kucing gendut dengan kerjaan makan kesayangan gue. Kucing ini dibeli ketika gue berumur 8 tahun supaya gue nggak kesepian katanya, dulu Milea ini garang banget sumpah! Biola gue, Jiha sampai ada tanda tangannya bro! Berupa cakaran-cakaran yang menurutnya indah tapi menurut gue kaya tai. Dan Tchaikovsky diambil dari komposer kesukaan gue, yaitu, Pyotr Ilyich Tchaikovsky.

Lalu, Kelana.
Perempuan yang jadi moodboster gue selama ini ketika ayah dan Mama bertengkar. Mengerjainya bikin gue selalu ketagihan, entah mengapa gue selalu ingin mengulanginya lagi, lagi dan lagi. Pertama kali gue liat Kelana ketika ia sedang menjalani MOS (Masa Orientasi Siswa) saat itu rambutnya dikepang dengan pita merah dan gue nggak suka melihatnya. Gue ingin rambutnya digerai, tapi si Kelana itu nggak pernah mau. Dan sejak itu gue selalu menjadikannya sasaran empuk.

Ngeliat Kelana nangis sama seperti makan bubur ayam Pak Kenang secara gratis. Sangat membahagiakan, seperti ada ratu Elsa yang menyanyikan lagu Let It Go buat gue.

Gue bukan Psikopat! Tidak, dan tak akan pernah. Gue mah sebenarnya pengen jadi cowok berhati dingin sedingin es kutub seperti di novela cinta yang dibaca temen gue biasanya. Yang biasanya karena suatu masalah ngebuat dia dingin macam itu, tapi gue batalkan karena perempuan tak akan ada yang mau jika gue begitu.

Gue sholat Dhuhur di sekolah saja sudah dikatakan sok alim, intinya apapun yang gue lakukan salah besar deh, di mata mereka! Dasar cewek.

Tapi Kelana berbeda.
Kelana menyukai Filsafat, gue tau itu.
Kelana juga suka ketenangan, gue tau itu. Yang gue nggak tahu, Kelana suka bubur ayam Pak Kenang atau tidak. Soalnya, bubur pak Kenang ingin gue jadikan senjata ketika Kelana benar-benar marah. Tapi itu tak mungkin terjadi, Kelana itu hobinya nangis bukan marah. Gue juga gak bermaksud untuk membenci buku Filsafat Kelana, tapi gue ngerasa risih. Kelana itu sepertinya nggak menikmati kehidupannya sebagai anak SMA.

Masa-masa SMA sekali seumur hidup, kecuali jika lo nggak lulus. Lo bakal ngejalani SMA dua kali seumur hidup.

Berbekal kebencian pada Mama gue, pagi itu gue mengerjai Kelana seperti biasa. Menjatuhkan buku Filsafatnya, menarik ikat rambut dan menyelipkan sebuah tisu di tas Kelana untuk menyeka air matanya. Gini-gini gue juga punya ati, tapi sayang bagi Kelana seperti makan ati.

Ada yang aneh di pagi ini, bangku Kelana sudah tak kosong lagi. Di sebelahnya telah ada seorang lelaki, sempat gue tanyakan anak baru ternyata. Gue sedih, biasanya gue yang duduk di sebelah tapi sekarang tergantikan. Enggak, gue nggak satu kelas dengan Kelana. Gue duduk di sebelah untuk mengerjai kembaran ratu Elsa itu, setelah mengerjai gue beri dia imbalan bubur ayam Pak Kenang sebagai bentuk terima kasih karena telah menaikkan moodboster gue. Saat itu gue baru tahu, ternyata Kelana suka bubur pak Kenang. Gue langsung sujud syukur karena sudah ada barang untuk membujuk Kelana ketika ia marah besar nantinya.

Beberapa menit kemudian setelah gue keluar kelas Kelana, gue terkejut. Kelana dan laki-laki baru sedang mencak-mencak nggak jelas di lapangan! Gue juga terbelalak saat mereka berdua berpelukan. Benar berpelukan! Kelana bahkan melepas kacamatanya tanpa disuruh! Gue kesal karena si Kelana biasanya gue suruh untuk melepas kacamata ia tak pernah mau, dan sekarang ia melepas kacamatanya tanpa disuruh. Ia juga macam tak keberatan jika rambutnya digerai, biasanya ia akan berjuang sekuat tenaga untuk membuat ikat rambutnya kembali, dan tak pernah berhasil karena pertahanan gue terlalu kuat.

Diam-diam ketika mereka telah tenang gue sembunyi di balik pohon Dadap, gue kepo tau. Mereka membicarakan tentang Filsafat, ah gue tau. Kelana dan si lelaki menjadi begitu karena mereka telah bertemu, si penggemar Filsafat telah bertemu penggemar lainnya. Omongan mereka jadi ngalor-ngidul awalnya Filsafat, lalu novel Laskar Pelangi, cita-cita dan terakhir novel 'AKU'.

Gue cukup terdiam lama ketika mereka membicarakan tentang impian masing-masing, dan saat itu gue tersadar. Untuk apa gue hidup selama ini, untuk apa gue bertahan di tengah pertempuran ayah dan Mama yang sedang meributkan tentang perceraian dan hak asuh.

Semua itu untuk mimpi.
Impian-impian gue yang tercatat pada buku rahasia sejak kanak-kanak.
Komposer-komposer dunia yang membuat gue berlari.
Semuanya.
Mulai dari komposer kesukaan gue, Tchaikovsky, Chopin, Beethoven, Mozart dan ayahku.
Komposer favorit setelah Tchaikovsky.

Ayah.
Ayah selalu mengingatkan gue bahwa hidup ini kejam, gue harus mempunyai tujuan hidup untuk masa depan gue.
Dan yang paling penting, ayah telah mengajarkan gue banyak hal.
Ayah mengenalkan gue ke dunia musik dan menjerumuskan.
Hingga gue memutuskan untuk menjadi pemusik esoknya.

Dan kata-kata Kelana telah mengingatkan gue.
Bahwa gue masih mempunyai impian untuk pegangan hidup, untuk pertahanan jika suatu saat ayah dan Mama akan benar-benar pergi.
Gue harus siap untuk segala hal yang akan ku hadapi.

Gue telah siap, sekarang.
Menghadapi tantangan masa depan.

Gue, Sakara bisa dipanggil Saka jika mikirnya Sakara nama  cewek.
Telah siap, untuk segala hal.

Suara MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang