Aku Narafa.
Seorang anak berumur 15 tahun yang baru pindah sekolah pada akhir semester satu dan menetap di SMA Petrokimia.Awalnya aku tak tertarik dengan keadaan dalam kelasku, karena mereka sama dengan kelasku terdahulu. Bangku depan untuk anak-anak pintar dengan kacamata tebal yang bertengger di mata mereka.
Bangku tengah untuk anak-anak yang biasa saja, maksudnya biasa saja seperti: Sekolah-pulang, Sekolah-pulang hingga masa SMA mereka berakhir. Lalu bangku belakang untuk para pentolan sekolah dengan baju dikeluarkan, rambut acak-acakan dan semacam itu.Hingga pandanganku bergerak menuju seorang gadis yang sibuk membaca buku tebal dengan khusyu seperti orang beribadah. Hei, bayangkan! Ia bahkan tak memandang ku sekejap saja padahal diriku sedang memperkenalkan diri.
Tidakkah ia ingin mengetahui namaku?Dan siapakah guru sinting ini?! Yang dengan seenaknya menyuruhku duduk dengan perempuan berkacamata itu?! Sebenarnya ingin melawan, tapi apa daya...
Hanya bangku itu yang tersisa, apa haruskah aku duduk di meja guru?
Ah, kau harus sopan Narafa. Kau ini murid baru tahu! Harus selalu sadar diri.Akhirnya aku terpaksa duduk dengan perempuan ini, dan aku sungguh terkejut! Ia bahkan tak bergeming sedikitpun untuk melihat ku atau basa-basi berkenalan. Baiklah jika begitu aku yang akan berbasa-basi.
"Ha-hai," Ucapku dengan memberanikan diri, takut dihiraukan.
Gadis itu menoleh, membalas ucapanku dengan 'Hai' juga. Ia bahkan tersenyum padaku
Aku mengulurkan tangan, "Narafa."
"O-oh, Kelana,"
Oh, namanya Kelana. Nama yang cukup unik menurutku. Dalam kamus KBBI berkelana mengartikan berjalan, berpetualang. Mungkin orang tua Kelana ingin anaknya menjadi seseorang yang suka berpetualang dan mengembara.
Pagi yang cukup sunyi hari ini, karena tiba-tiba semua anak kelas mendadak diam. Dan itu membuat suara buku berjatuhan terdengar sangat jelas di telingaku. Eh! Apa?! Aku mengernyit bingung, dengan di sengaja buku Kelana berjatuhan, biang keroknya ternyata seorang lelaki dengan rambut porak-poranda.
Tanpa sadar bibirku terbuka melihatnya, lelaki dengan badge nama Sakara Perseus itu mengatakan jika ilmu filsafat tak berguna! Aku kesal sekali mendengarnya, tidakkah ia tahu ada penggemar garis keras Filsafat disini? Tapi aku tak bisa melawan, takut, aku kan anak baru.Sekarang ia memeluk Kelana! Heh?! Bukan memeluk, ia mengerjai Kelana lagi, ia menarik ikat rambut Kelana. Membuat rambut Kelana yang cukup panjang tergerai indah. Mungkin jika di beri efek slowmotion akan seperti sinetron anak muda yang di tv-tv itu.
Lelaki itu sudah melengos pergi dengan meninggalkan Kelana yang nangis sesenggukan. Aku sudah menawar bantuan untuknya, tapi ia menolak dengan alasan 'sudah biasa digituin'. Aku cukup kasihan dengan mereka, iya mereka. Buku-buku tebal yang sudah lusuh bertambah lusuh.
Dan terjadilah kejadian itu, buku tebal yang dibaca oleh Kelana tertutup karena terpaan kipas angin. Itu cukup membuatku terkejut ketika melihat cover dalam buku itu, buku yang ditekuni Kelana dengan khusyu adalah buku yang juga sedang ku tekuni! Buku Filsafat yang berjudul Dunia Sophie karya Jostein Gaarder! Aku cukup berteriak keras saat itu hingga semua murid melihatku dan Kelana. Tapi itu tak ku hiraukan, aku sadar aku adalah anak baru di kelas ini, semua ini karena aku menemukan seseorang yang ku cari beberapa tahun. Seorang penggemar Filsafat! Ya, sekarang aku menemukannya! Ia di depan mataku, sebangku denganku pula! Tak bisa kubayangkan betapa bahagia hidup yang kujalani setelah ini, benar-benar kebahagiaan hakiki sepanjang 15 tahun hidupku ini.
Akhirnya kami mengetahui kenyataan ini, aku dan Kelana seorang penggemar Filsafat yang akhirnya bertemu! Seluruh dunia pasti tahu, kan, bagaimana jika kedua orang dengan kesukaan yang sama bertemu? Pasti mereka akan antusias. Sama dengan keadaan ku juga Kelana saat ini. Kami mencak-mencak dan berlari untuk merayakan hari bahagia Internasional, rambut Kelana yang tadinya tergerai indah porak-poranda, kacamata yang bertengger di matanya sudah copot menampilkan bulu mata lentik dan mata Kelana yang sipit karena bertahun-tahun menggunakan kacamata.
Apakah pada halaman kemarin Kelana bilang jika kami sempat berpelukan? Tidak, ya? Oke.
Kebenaran nya kami sekarang berpelukan seperti Teletubbies. Itu kami lakukan dengan tidak sadar lho, ya! Jangan berfikir macam-macam. Efek samping dari bahagianya kami ketika mengetahui jika aku dan Kelana sama.
10 menit kemudian kami telah tenang, kami duduk di salah satu bangku hitam di bawah pohon Dadap merah yang rindang. Membicarakan tentang Filsafat dan novel Andrea Hirata. Kami juga kebablasan membicarakan tentang cita-cita hingga novel 'AKU' karya Sjuman Djaya yang menceritakan tentang hidup Chairil Anwar. Kami terpukau oleh puisi-puisi ciptaanya, kami juga memiliki kesukaan yang sama pada puisi Derai-Derai Cemara yang ditulis Chairil sebelum kematian nya pada tahun 1949. Puisi ini juga dijadikan musikalisasi puisi oleh band Indie, Banda Neira dan kami sama-sama punya lagunya.
Benar-benar benang takdir dari Tuhan yang memukau. Kesamaan dari kami yang benar-benar indah.
Belum pernah aku menemukan jalan hidupku seindah ini, bertemu orang dengan kesamaan memang hal paling menyenangkan dalam hidup.Kami seperti terikat oleh benang takdir, dengan awal yang tak saling mengenal lalu seperti saling membutuhkan. Dalam mata pelajaran IPA mungkin saling keterkaitan ini disebut 'Simbiosis Mutualisme' walaupun aku cukup goblok dalam pelajaran IPA, tapi aku cukup hafal dengan masalah simbiosis-simbiosis itu.
Aku Narafa.
Telah menemukan tujuan dari hidupku sebenarnya ketika melihat Kelana.
Matanya memancarkan semangat hidup yang berkobar dengan kilauan mimpi yang tersirat.Ia seperti prosa-prosa indah yang ditulis oleh tangan Tuhan sendiri.
Atau, aksara dalam buku-buku cinta.Ilmu yang ia miliki lebih indah dari wanita-wanita Zeus.
Kata-kata yang ia ucapkan seindah kisah cinta Perseus dan Andromeda.
Wanita yang bernama Kelana itu benar-benar seperti rollercoaster.
Aku terkadang dibuatnya menjerit, ketakutan, kesenangan, dan hal-hal yang absurd.
Wanita yang bernama Kelana itu membuatku diambang kesenangan.
Benar-benar absurd rasanya ketika bertemu Kelana, tapi rasanya sangat senang. Seperti ada kebebasan.
Aku Narafa, bersyukur telah bertemu Kelana.
![](https://img.wattpad.com/cover/129549987-288-k325508.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Suara Mimpi
Fiksi RemajaKetika perputaran bertemu titik henti yang sesungguhnya, kita tak pernah tahu mereka akan berhenti atau tetap memikirkan ego masing-masing. Kita juga tak pernah tahu, apa mereka mau berhenti sejenak lalu menyelesaikannya. Kita tak akan pernah tahu a...