Seperti embun yang senantiasa melengkapi pagi dengan rasa sejuknya yang begitu mendamaikan hati. Ingin rasanya aku bisa menjadi sepertinya yang apabila berkata terasa menyejukkan di setiap hati orang yang mendengarnya.
Tiba juga hari dimana Rasya harus meninggalkan tempat yang menyimpan begitu banyak kenangan ini.
Tok Tok...
Suara ketukan pintu menyadarkan Rasya dari lamunan.
“Rasya, ini bunda, boleh bunda masuk?”. Ujar bunda di luar kamar, Rasya pun mempersilahkan Bundanya masuk ke kamarnya.
“Kamu sudah mengemas barang-barangmu Sya?”. Tanya Aisyah seraya melangkah menghampiri Rasya yang duduk di tepi ranjang.
“Iya bunda, Rasya sudah selesai berkemas. Apakah kita berangkat sekarang bunda?.”
“Iya, ayah sudah menyiapkan mobil, yuk kita temui ayah.” Bunda meraih tangan Rasya sementara satu tangan Rasya membawa koper yang berisi barang-barangnya.
Kini Rasya dan bundanya sudah berada di luar rumah, dapat Rasya lihat ayahnya yang sedang memasukkan barang ke dalam bagasi.
“Ayah, sini biar Rasya bantu”. Rasya pun menghampiri ayahnya dan membantu memasukkan barang-barang ke dalam bagasi.
“Terima kasih ya Sya, kita berangkat sekarang agar nanti sampai tidak terlalu larut.” Ucap ayah, Rasya dan bundanya menganggukinya.
Dalam perjalanan hanya ada keheningan saja dan Rasya hanya menatap jalanan lewat jendela mobil. Masih teringat dalam kenangan-kenangan masa lalu yang begitu indah dalam rumah Rasya yang baru saja ia tinggalkan. Rasya mengambil sebuah buku yang sengaja ia masukan dalam tasnya. Buku yang berjudul “Fatimah Az-zahra” salah satu buku yang selalu berhasil membuat Rasya teringat dengan dia yang namanya selalu disebut dalam doa. Cinta dalam diam antara Fatimah dan Ali begitu indah, mereka memendam perasaan mereka hingga pada akhirnya Allah Swt. mempersatukan keduanya dalam sebuah ikatan suci yang begitu indah. Ingin rasanya Ia bisa mewujudkan hal tersebut, tapi ia hanya orang yang masih banyak kekurangan dan Rasya pun takut jika ia nantinya terlalu berharap pada ciptaan-Nya di bandingkan pada DIA yang telah menciptakannya.
“Aku tak tahu apakah kau memiliki perasaan yang sama padaku. Lama kita sudah tak pernah berjumpa semenjak kau pergi untuk mengejar cita-citamu di Negeri orang” Batin Rasya.
Rasya kembali teringat dengan seseorang yang selalu ada untuknya sejak kecil.
Saat Rasya masih berusia 7 tahun seorang anak laki-laki yang usianya terpaut 2 tahun darinya. Nama anak lelaki itu adalah Syahrilana Ahmad teman masa kecil juga kakak kelas Rasya saat dia duduk di bangku SMA, Syahril yang berusia 9 tahun dan Rasya yang masih berusia 7 tahun berjanji bahwa selamanya akan menjadi sahabat dan Syahril berkata. “Nanti saat aku sudah dewasa aku akan datang kembali ke rumahmu dan kita akan hidup bersama selamanya.” Ujar Syahril kecil dengan polosnya, sementara Rasya masih belum mengerti dengan ucapan Syahril, dia hanya mengiyakannya saja.Saat Syahril maupun Rasya yang sudah paham tentang agama Rasya jarang bertemu dengan Syahril setelah Syahril berkata padanya.
“Kita tidak bisa terus bersama, karena diantara laki-laki dan perempuan yang tidak mempunyai ikatan apa pun harus menjaga jarak. Mungkin jarak kita akan jauh tapi aku yakin ikatan persahabatan kita tidak akan pernah terputus Sya.” Ujar Syahril.
Syahril yang saat itu menjadi kakak kelas Rasya membuat Rasya bisa bertemu dengannya meski dalam diam Rasya selalu memperhatikannya dari kejauhan. Memang pemahaman Rasya tentang agama saat itu masih belum baik namun, ia terus berusaha untuk menjadi lebih baik lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Cinta Wanita Bercadar (TELAH TERBIT)
Teen Fiction"Seorang wanita muslimah bercadar bernama Rasya, dia adalah seorang wanita pendiam dan santun. Kehidupannya sedikit berubah ketika hadirnya seorang pria bernama Handaya. Seorang pemuda populer di Universitas dan paling digemari oleh para mahasiswi d...