Sinar mentari pagi menembus jendela kamar gadis cantik bercadar. Cahaya terang mentari pagi berharap akan membawa cahaya pada kegiatannya hari ini dan membawa kabar-kabar indah yang akan membuat hati menjadi tenang.
Rasya adalah seorang anak yang lahir di keluarga yang berkecukupan. Tetapi dia dan keluarganya memiliki sifat yang rendah hati dan dermawan. Rasya adalah anak yang pendiam dan santun, dia adalah sosok anak yang patuh terhadap perintah kedua orang tuanya saat ayah dan ibunya meminta dia untuk pindah ke universitas baru dikarenakan perusahaan tempat ayahnya bekerja cukup jauh dengan jarak rumahnya saat ini.Di sela kegiatan Rasya membantu bundanya di dapur, ayahnya (Sukma Adijaya) memanggilnya.
“Rasya”. Panggilan ayah menghentikan kegiatan Rasya yang sedang membantu bunda.
“Iya Ayah, ada apa?”. Rasya pun menghampiri ayah yang sedang duduk di ruang keluarga.
“Ayah ingin memberitahu kamu bahwa kita akan pindah rumah karena perusahaan ayah jaraknya cukup jauh dari rumah kita saat ini. Jadi kamu harus pindah ke kampus yang baru dan kemungkinan kita akan menetap disana. Ayah juga sudah membeli rumah untuk kita tinggali nantinya”. Ucap ayah membuat Rasya sedikit berpikir sejenak untuk mengambil keputusan.
“Aku rasa apa yang ayah katakan memang benar. Aku pun tidak tega jika ayah harus pulang pergi dari pagi sampai malam, bahkan sering sekali ayah hanya pulang setiap satu minggu sekali”. Batin Rasya.
“Iya Ayah jika memang ini masalah jarak pekerjaan Ayah, Insya Allah aku bisa pindah ke kampus yang baru”. Jawab Rasya dengan keputusan yang yakin.
Walaupun dalam hatinya ia merasa sangat sedih karena harus meninggalkan teman-temannya yang sudah lama sekali dekat dengannya dan menghabiskan waktu bersama. Akan tetapi, harus bagaimana lagi jika dia membantah perintah ayah itu berarti dia bukanlah anak yang patuh kepada orang tuanya.
“Ayah, Rasya kembali ke dapur dulu ya untuk bantu bunda.” Setelah menjawab pertanyaan ayahnya, Rasya pun izin untuk kembali membantu bunda di dapur.
“Iya Sya, maafkan ayah jika membuatmu jadi sedih karena harus pindah kampus,” ujar ayah.
“Tidak ayah, Rasya justru lebih tenang jika ayah bekerja dekat dengan rumah, ayah pasti tidak akan kelelahan seperti saat ini, dan untuk pindah kampus itu tidak masalah karena aku yakin di sana pasti banyak teman yang baik seperti teman Rasya di sini.” Ujar Rasya.
“Kamu memang putri ayah yang terbaik.” Ujar ayah seraya menyentuh pucuk kepala Rasya yang tertutup hijab.
“Ya sudah, bantu bundamu lagi kasihan jika bunda beres-beres sendiri.” Setelah mendengar ucapan ayahnya Rasya pun langsung menuju dapur untuk membantu bunda.
Sesampainya Rasya di dapur, bundanya menatap lekat yang membuat Rasya mengernyitkan mata bingung.
“Ada apa, Bun?.” Tanya Rasya.
“Apa kamu benar-benar mau pindah kuliah?.” Mendengar ucapan bunda. Rasya tersenyum di balik cadarnya.
“In syaa Allah... Rasya yakin dengan keputusan yang telah Rasya berikan pada ayah. Lagi pula seperti yang bunda tahu selama ini Rasya merasa kasihan pada ayah karena selalu pulang larut malam bahkan bisa dibilang ayah jarang sekali pulang.” Bunda memeluknya dengan erat dan Rasya membalas pelukannya itu. Rasya menahan tangisnya agar tidak menambah kecemasan bunda.
Nama Bundaku adalah Aisyah Praningtyas Az-zahra. Namaku diambil dari nama bunda, karena bunda pernah bilang pada ayah saat sedang mengandungku, bunda ingin jika yang lahir kelak seorang putri, bunda ingin namanya disamakan dengan nama terakhir yang bunda miliki begitu pun sebaliknya. Saat bunda mengandung kakakku yaitu Ahmad Arfan Adijaya yang saat ini bekerja di Kairo. Nama terakhir Kakak diambil dari nama ayah.
“Oh iya Bunda, apakah Kak Arfan sudah diberitahu bahwa kita akan pindah?.” Tanya Rasya saat mengingat Kakaknya Arfan yang masih sibuk di luar sana.
“Ayah sudah memberitahu Arfan jauh-jauh hari sebelum memberitahu kamu”. Ujar Bunda.
“Ayah dan Bunda jahat, kenapa harus Kak Arfan yang diberitahu lebih dulu daripada Rasya.” Mendengar ucapan Rasya, Aisyah terkekeh dan menepuk pundak putrinya pelan.“Kakak kamu kan sulit untuk dihubungi jadi Ayah dan Bunda memberitahu Arfan lebih dulu.” Ujar Bunda
“Hm... iya sih Bun, Kakak memang sulit untuk dihubungi”. Ujar Rasya.
“Ya sudah, pekerjaan di dapur sudah selesai. Kamu boleh ke kamar.” Ujar Bunda. Rasya pun langsung ke kamarnya untuk melaksanakan Shalat Dhuha.
Setelah melaksanakan Shalat, Rasya beranjak ke meja belajarnya dan meraih telepon genggam yang tergeletak disana dan mencari nama salah satu temannya untuk memberitahukan bahwa dirinya akan pindah minggu depan.
“Aku telepon Rini saja deh”. Rasya pun mencoba menghubungi Rini. Dan tak lama Rini pun menjawab panggilan telepon dari Rasya.
“Assalamualaikum Rini”. Ujar Rasya.
“Wa’alaikumussalam Sya, ada apa?”. Ujar Rini di seberang sana..
“Rin, aku ingin memberitahu bahwa minggu depan aku dan keluarga akan pindah. Jadi—” Belum sempat Rasya melanjutkan bicaranya, Rini sudah berteriak di seberang sana.
“Apa! Kenapa Sya? Terus kuliahmu di sini bagaimana?”. Ujar Rini dengan nada paniknya.
“Itu yang akan aku katakan tadi Rin, tentu saja aku juga harus pindah kuliah...” Ucap Rasya lirih.
“Kamu yakin Sya?.” Ujar Rini dengan suara yang memelan.
“Selama ini aku masih belum bisa menjadi anak yang baik untuk kedua orang tuaku, selama ini ayah lelah karena bekerja jauh di sana dan aku yang dulunya sangat ingin melanjutkan kuliah disini tanpa berpikir panjang dan tidak mementingkan perasaan ayah yang merasakan lelah jika pulang pergi dari luar kota. Jadi aku sudah memutuskan untuk menerima permintaan ayah karena selama ini ayah pun telah menerima permintaanku untuk kuliah disini.” Ucap Rasya menjelaskan pada Rini.
“Maa syaa Allah Sya, aku selalu mengagumi sikapmu ini. Jika memang ini pilihanmu semoga di tempat kuliahmu yang baru kamu bisa senyaman disini, aku hanya menitip pesan untukmu. Jangan pernah lupakan aku ya Sya.” Ujar Rini lirih.
“Tentu saja aku tidak akan melupakan sahabat terbaikku. Aku juga ingin minta tolong kamu Rin, tolong sampaikan untuk teman-teman yang lain ya karena aku tidak bisa menghubungi mereka satu persatu.”
“Iya Sya, akan aku sampaikan.”
“Terima kasih ya Rin, kalau begitu aku tutup teleponnya ya. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.”
“Sama-sama Sya, Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh.”
***
.
.
.TBC...
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Cinta Wanita Bercadar (TELAH TERBIT)
Teen Fiction"Seorang wanita muslimah bercadar bernama Rasya, dia adalah seorang wanita pendiam dan santun. Kehidupannya sedikit berubah ketika hadirnya seorang pria bernama Handaya. Seorang pemuda populer di Universitas dan paling digemari oleh para mahasiswi d...