Setelah melaksanakan Shalat Dzuhur, Rasya bersiap-siap untuk mengikuti acara reuni ayahnya bersama dengan temannya siang ini. Rasya memakai gamis berwarna hijau tosca dengan khimar dan cadar yang senada, Ia pun segera turun menemui Ayah dan Bundanya yang sudah menunggunya.
“Sudah selesai Sya?”. Tanya Aisyah sementara Rasya menganggukinya.
Akhirnya kami pun segera pergi ke tempat yang telah ayahnya janjikan dengan temannya itu.
Tak lama kami pun sampai di sebuah Restoran yang cukup mewah. Rasya, Ayah, dan Bundanya pun keluar dari mobil dan melangkah masuk dengan Sukma yang berjalan lebih dulu di depan Rasya.“Bunda, memang teman ayah seperti apa? Selama ini Rasya tidak pernah melihat teman ayah yang berkunjung ke rumah kita”. Tanya Rasya penasaran.
“Sebenarnya mereka pernah ke rumah kita yang dulu, hanya saja saat itu kamu masih sangat kecil. Mereka juga punya seorang putra yang usianya 2 tahun di atasmu”. Ujar Aisyah.
“Nanti kamu juga akan tahu setelah bertemu, mereka orang yang ramah”. Lanjut Aisyah.
Mata Sukma yang saat itu terus mencari keberadaan temannya, akhirnya ada seseorang yang melambaikan tangannya ke arah Sukma, kami pun menghampiri dua orang yang sedang duduk di salah satu meja yang berada di sudut ruangan Resto.
“Assalamualaikum... Satya”. Ujar Sukma dengan wajah senangnya begitu pun dengan temannya itu.
“Wa’alaikumussalam... apa kabar Sukma”. Ujar temannya yang bernama Satya.
“Alhamdulillah kabar ku dan keluarga baik. Loh hanya berdua saja? Dimana anakmu?”. Tanya Sukma.
“Anak? Mungkin yang Bunda ceritakan tadi.” Batin Rasya
.
“Oh iya, dia sedang ke toilet sebentar.” Ujar Om Satya.Tak lama setelah Om Satya menjawab pertanyaan ayahnya. Datang seorang pria dengan pakaian rapinya.
“Nah, ini dia anaknya. Kenalkan nama dia Handaya Abhi Nugraha.” Ucap Om Satya memperkenalkan, sementara orang yang di kenalkan mencium punggung tangan ayah dan juga bunda Rasya.
Tak sengaja mata mereka saling bertemu, namun Rasya langsung menunduk menghindari tatapannya.
“Oh iya Handaya kamu masih ingat dengan putriku? Dia Rasya Praningtyas Az-zahra, anak yang selalu ingin kau bawa pulang saat masih kecil dulu”. Mendengar ucapan ayahnya membuat Rasya menoleh penuh ke arah ayah dan bundanya bergantian, sementara mereka semua hanya tertawa melihat tingkah Rasya.
“Oh jadi ini anak kecil yang lucu itu ya Om? Iya Handaya masih ingat. Apa kabar Rasya?”. Rasya sedikit terkejut mendengar panggilan dari Handaya.
“Ka-kabarku... ba-baik.” Ucap Rasya gugup.
“Rasya semakin cantik ya, terlihat dari matanya yang indah.” Ujar Fatmah Ibunda dari Handaya.
“Haha.. In syaa Allah dia tidak berbeda jauh saat dia masih kecil dulu.” Ujar Aisyah seraya menggenggam tangan putrinya itu singkat.
“Handaya juga semakin tampan sama seperti dulu. Bagaimana kuliahmu Han?”. Tanya Aisyah pada Handaya.
“Baik kok tante saat ini Handaya sudah semester terakhir. Bagaimana denganmu Rasya?.” Tanya Handaya membuat Rasya sedikit terkejut.
“Kenapa dia selalu bertanya padaku? Padahal bunda sedang mengajaknya bicara.” Batin Rasya.
“In syaa Allah.. aku juga akan kuliah besok di Universitas dekat sini.” Jawab Rasya tanpa memandang Handaya.
“Rasya akan kuliah di tempat yang sama denganmu Han.” Ujar Ayahnya membuat Rasya dibuat kaget karna perkataan Ayahnya.
“Hah?! Kok bisa Ayah mendaftarkan kuliahku di tempat yang sama dengan Handaya?” Batin Rasya resah.
“Serius om? Wah.. kalau begitu Handaya bisa bertemu dengan Rasya dong hehe”. Ujar Handaya.
“Kamu kira Rasya mudah di dekati, kamu harus perbaiki sikapmu itu. Jangan dekat-dekat dengan wanita yang belum halal untuk kamu Han”. Ujar Om Satya membuat Handaya menggaruk tengkuknya yang tak gatal karena menahan malu.
“Bukan Handaya yang mendekati mereka ayah, tapi mereka sendiri yang nempel-nempel terus pada Handaya.” Lanjutnya.
Setelah berbincang cukup santai, saat ini ayah Rasya dan juga Ayah Handaya membicarakan tentang pekerjaan mereka begitu pun Handaya yang ikut ke dalamnya. Sementara itu Rasya, Ibunda Rasya dan Ibunda Handaya memilih untuk duduk di lain tempat.
“Rasya, apa kamu sudah punya pendamping?.” Tanya tante fatmah tiba-tiba, membuat Rasya sedikit terkejut.
“Tentu saja Rasya belum punya pendamping. Lantas bagaimana dengan putramu Fatmah”. Bundanya menjawab lebih dulu, sementara Rasya sepertinya hanya akan mendengar perbincangan kedua Ibu di hadapannya ini.
“Kalau begitu sama saja, bagaimana kalau Handaya dan Rasya di persatukan?.” Untuk kali ini Rasya benar-benar terkejut dengan ucapan Ibunda Handaya.
“Ide yang bagus itu, bagaimana Rasya kamu setuju?”. Rasya dibuat bingung harus menjawab apa pada bundanya dan juga Ibunda Handaya.
“Bukankah kami sama-sama masih kuliah, dan Rasya rasa Handaya pasti harus bekerja begitu pun Rasya yang harus terus kuliah.” Ucap Rasya berusaha untuk tetap tenang.“Hmm... Rasya benar, tapi setelah lulus nanti tidak ada salahnya kan kalau kalian bersama?”. Ujar Ibunda Handaya.
“Aduh bunda... Rasya belum siap apalagi Handaya orang yang baru Rasya kenal, kenapa bunda mendesakku, lagi pula kakak belum menikah kan”. Batin Rasya.
“Emm.... aku...terserah bunda saja, dan kita lihat saja bagaimana ke depannya”. Ujar Rasya gugup.
“Bunda, Rasya!”. Ujar Ayah Rasya menghampiri kami yang masih berbincang.
“Terima kasih ayah, jika ayah tidak datang aku tidak tahu harus menjawab apalagi pada bunda dan tante fatmah.” Batin Rasya.
“Sudah selesai bicara pekerjaannya?.” Tanya bunda dan diangguki oleh ayah.
Kami pun berpamitan terlebih dulu dengan keluarga Handaya.
“Kami pamit dulu Satya, sesekali bertamulah ke rumahku.” Ujar ayah.
“Tentu saja, akan aku kabari nanti bila ke rumahmu.” Setelah mendengar jawaban Om Satya, kami pun berlalu pergi lebih dulu.
“Eh, Rasya!.” Panggilan dari Handaya membuat Rasya menghentikan langkah dan menoleh padanya.
“Semoga besok kita bisa bertemu.” Lanjut Handaya. Rasya hanya mengangguk dan kembali berjalan menjauh.
“Entah kenapa saat bertemu Handaya, aku merasa seperti sudah kenal dekat dengannya. Mungkin seperti yang dikatakan ayah saat aku masih sangat kecil Handaya sering ke rumah dengan alasan ingin menemuiku, tapi karena aku masih sangat kecil jadi tidak mengingat semua itu dan masa kecil yang aku ingat hanyalah kenanganku bersama Kak Syahril”. Batin Rasya.
.
.
.
.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Cinta Wanita Bercadar (TELAH TERBIT)
Ficção Adolescente"Seorang wanita muslimah bercadar bernama Rasya, dia adalah seorang wanita pendiam dan santun. Kehidupannya sedikit berubah ketika hadirnya seorang pria bernama Handaya. Seorang pemuda populer di Universitas dan paling digemari oleh para mahasiswi d...