Prolog

6K 482 49
                                    

Hoseok POV

Aku melangkahkan kakiku keluar dari perpustakaan sambil melafalkan beberapa mantra yg belum juga ku kuasai. Aku memang lemah dalam pelafalan mantra, tapi aku bukanlah orang yg pantang menyerah. Diriku akan terus membaca mantra2 itu dimanapun dan kapanpun. Ku rasa dengan sifat seperti ini, topi seleksi memang tepat jika menempatkanku di asrama Hufflepuff.

Sebelumnya perkenalkan, namaku Jung Hoseok. Siswa tahun ke 5 di sekolah sihir Hogwarts. Aku adalah murid biasa yg tak menyukai keramaian ataupun menjadi pusat perhatian. Kedua orang tuaku sudah meninggal karena kecelakaan, itulah yg dikatakan oleh pamanku. Pamanku adalah satu2nya saudara yg kumiliki, dan dia merupakan seorang penyihir berdarah campuran yg terlalu betah tinggal di dunia Muggle.

Oke, kembali lagi dengan diriku yg sedang sibuk melafalkan mantra. Saat diriku melewati lapangan yg berbeda di tengah kastil, aku mendengar sorakan riuh dari murid2 perempuan. Ternyata ada Jeon Jungkook disana, sang kapten Quidditch dari asrama Slytherin. Aku memutar bola mataku malas, dan berjalan secepat mungkin untuk menghindari keramaian. Namun saat aku akan memasuki lorong kastil, tiba aku mendengar suara teriakan dari belakang.

"Awaaaaasss!" teriaknya.

Seketika aku menoleh kebelakang, dan mendapati seorang murid Slytherin sedang mengendarai sapu terbangnya ke arahku. Sepertinya ia masih muda dan belum bisa mengendalikan sapunya dengan baik. Aku termangu sejenak melihat anak Slytherin itu, dan seketika otakku mulai berfungsi kembali. Aku mengambil tongkat sihirku di dalam jubah. Dan saat aku akan mengucapkan mantra, anak itu sudah sangat denkat. Lalu sekstika...

"Immobulus!" teriak seseorang.

Brukkk...

Sapu terbang itu berhenti seketika di hadapanku. Dan aku terjatuh setelah ujung sapu anak itu melukai dahiku. Walaupun sedikit terlambat, aku tetap berterima kasih kepada orang yg telah meramalkan mantra itu. Setidaknya dia lebih cepat daripada aku. Kulihat anak itu membeku di atas sapunya, dan senior2 mulai berlari ke arahnya. Aku pun berdiri, namun saat aku melangkah, ada tangan yg mencegahku.

"Kau tak apa2?" tanyanya. Aku termangu lagi melihat siapa yg sedang bertanya kepadaku.

"Ya..." gumamku singkat dan langsung pergi dari hadapannya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Aku terduduk di ruang kesehatan sambil melihat cermin di depanku. Aku membuka poni yg menutupi dahiku dan melihat luka itu dari pantulan diriku di cermin. Tanganku mulai bergerak membersihkan darah yg mengalir dengan kapas, kemudian memberinya obat merah. Sebenarnya perawat Kwon ingin membantuku, namun dengan halus ku tolak tawarannya. Dia suka centil dengan murid laki2 disini, dan aku tak ingin menjadi korbannya.

Saat aku sedang fokus mengobati lulaku, aku melihat bayangan orang lain dari cermin. Aku terdiam sejenak, mendapati Jeon Jungkook sedang berdiri di belakangku dan mengamatiku. Kemudian kita saling menatap bayangan masing2 di dalam cerimin. Lama kita saling menatap dalam diam, dia pun mulai bersuara.

"Aku minta maaf atas nama adik tingkatku, dia masih dalam masa pelatihan..." tuturnya.

"Ya, aku mengerti..." sahutku sambil berbalik ke arahnya. Ia pun berjalan mendekatiku.

"Kau murid tahun ke-berapa? Gerakanmu lambat..." ejeknya. Ya, sifat sombong memang ciri khas para darah murni Slytherin. Dan itu mengalir juga di dalam dirinya. Aku tersinggung, tapi aku maklumi saja.

"Tahun ke 5... Dan terima kasih atas pujiannya..." sahutku sarkastik, lalu aku berjalan melewatinya.

"Tunggu..." sahutnya. Aku pun menoleh dan menatapnya jengah.

"Darimana kau dapatkan warna mata yg kehijauan seperti itu?" tanyanya, kemudian dahiku mengkerut.

Baru kali ini ada orang yg memperhatikan warna bola mataku, dan dia menyadari kalau aku memiliki semburat warna hijau disana. Kebanyakan orang memang tak tertarik untuk memperhatikanku. Apalagi untuk melihat warna bola mataku. Poni panjang yg kumiliki dan gaya berjalanku yg selalu menunduk, membuat orang2 tak menyadarinya.

"Entahlah, mungkin dari orang tuaku..." sahutku.

"Salah satu orang tuamu darah murni Slytherin?" tanyanya.

"Eumm, kurasa tidak..." jawabku.

"Tapi itu ciri khas mata dari darah murni Slytherin..." jelasnya.

"Mungkin dulu buyutku seorang Slytherin... Dan jika kau perhatikan, warna hijau yg kita miliki itu berbeda Jeon..." tuturku. Seorang darah murni Slytherin seperti dirinya, memiliki warna mata hijau keperakkan yg mengkilap. Sedangkan diriku, memiliki warna mata hijau yg berpadu dengan warna kuning kecoklatan di pinggirnya.

"Ya, kau benar..." sahutnya sambil melangkah mendekatiku. Ia mencondongkan tubuhnya dan mendekatkan wajahnya ke wajahku. Ia menyeringai sambil memperhatikan manik mataku.

"Menarik... " sahutnya sambil menatapku dengan tatapan yg sulit untuk ku artikan. Beberapa saat kemudian, ia meninggalkan ku sendiri. Sedangkan aku masih setia mematung di tempat, merasakan degup jantungku yg berdentum sangat kencang.

Mungkin karena baru kali ini aku menerima pujian dari orang lain. Dan mungkin aku tersentuh. Ya, mungkin saja...

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Tbc...

Terinspirasi dari cerita Harry Potter dan Fantastic Beast karya JK Rowling.

Belum tau ini mau jadi short story atau cerita dengan banyak chapter...

Dan sebenarnya mau bikin cerita lain. Tapi mendadak ide ini muncul dan tangan ku gatel pengen nulis... Kkk 😂

Silahkan yg mau vomment 😊 maaf kalau ada typo 😂

Strong power thank you 😘

He Choose Me (JungHope) [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang