Seonggok daging itu memerah
Berkerut dan semakin lusuh
Bertaburkan darah
Terbentang jarak, jauhDia ingin melantaskan sebuah ingin
Terpapar panas mentari, tapi yang dirasa dingin
Menggigil, tapi pucat, sungguh dia amat merah
Membeku dan semakin keras, sementara rasa memanahDia bermimpi dan terus diam
Membiarkan takdir mengobrak abrik
Sandiwara, drama terus berlanjut dalam alam
Dia sadar, dunia tidak selalu baikMeski rasanya memuncak, tumpah ruah tak terkendali
Dunia semakin tak jelas, gelap dan amat tak berhati
Tikus-tikus ternama menunjukkan taring, memegang kendali
Dan seonggok manusia kecil terbaring di gorong-gorong, menunggu matiMereka sama, amat ingin namun tak bisa apa
Jika ditanya kenapa, memang mereka siapa
Semua telah terjadi dan terus terjadi, lalu apa
Bila nyatanya tak bisa apa-apaMasih ada kah secuil harap
Untuk orang-orang kecil seperti kami
Tidak, kami tak minta lebih, hanya biarkan kami tenang terlelap
Tanpa lilitan dan kenyataan yang mencambuk kamiWahai kalian yang peduli
Setidaknya sedikit saja
Siapa saja yang melihat, tanpa mengharap pada kami kembali
Kami meminta yang harusnya kami dapatkan, tak lebih, itu sajaDengar sedikit suara di antara kami
Secuil saja, coba pahami
Tak lebih dari 200 kata iniBisakah?
-alunanmalam
Di tempat, 24 november 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Seberkas Luka dan Rasa yang Membekas
PoetrySedikit dari kumpulan luka yang tersimpan Bekas-bekas yang tak kunjung menghilang dan yang terkenang Kau bisa istirahat sejenak, tapi tak bisa melupa, walau kau tatap ke depan Mengenang memori kelam kemudian melayang Karena Tuhan memberikan sesuatu...