Musim gugur
Delapan tahun yang lalu"Lihatlah dirimu, Sasuke."
Wanita paruh baya itu sibuk menatap lekat pemuda tanggung yang ada di hadapannya. Memperhatikan dengan baik hasil kerja kerasnya yang telah mengubah seorang pemuda kaku menjadi begitu tampan dengan balutan kemeja warna biru tua dan celana jeans warna hitam yang membalut kaki jenjangnya. Wanita itu kembali tersenyum, nampak begitu takjub dan senang di saat yang bersamaan. Jemari lentikanya kembali terangkat merapikan anakan rambut di sisi wajah tampan yang menatapnya tak suka.
"Kenapa aku harus memakai pakaian seperti ini, Ibu?"
Pemuda tanggug dengan helaian hitam itu untuk kesekian kalinya menggerutu kesal. Terlihat jelas bahwa ia sangat tak menyukai apa yang kini ibunya suruh untuk ia pakai. Ia terbiasa dengan kaus santai dan celana pendek, bukan kemeja serta celana jeans yang nampak semi-formal seperti ini. Seharusnya akhir minggu seperti ini ia habiskan dengan mengurung diri di kamar sambil membaca tumpukan buku tebal yang harus ia selesaikan.
"Ayolah, Sasuke. Sekali-kali kau harus menemani Ibu." Untuk kesekian kalinya Mikoto memberi jarak dan menatap lekat anak bungsunya yang begitu tampan. Menimang-nimang betapa kemeja dan celana jeans itu benar-benar begitu cocok dengan pemuda di depannya ini. "Lagi pula ini akhir pekan. Setidaknya kau harus keluar rumah sekali-kali. Bukankah begitu, Itachi?"
Seorang pemuda tanggung yang duduk tak jauh dari mereka hanya tersenyum simpul. Ikut memperhatikan adik bungsunya dan mengangguk mengiyakan apa yang baru saja Ibunya katakan. Masih terus memperhatikan sebelum tangannya kembali sibuk dengan kamera yang ada terkalung di lehernya.
"Tentu saja, Ibu. Sasuke terlihata sangat tampan dengan pakaian seperti ini." Dapat Sasuke dengan Itachi terkekeh mengejek. Ia tahu jika Itachi hanya berpura-pura sibuk dengan kameranya walau sebenarnya ia sedang menahan tawa.
"Berhenti tertawa, Aniki." Sejujurnya Sasuke sangat tak suka berpakaian seperti ini. Seharusnya Itachilah yang pergi bersama Ibunya bukan dirinya. Bukannya Sasuke tak suka menemani Ibunya, hanya saja pakaian semi-formal bukanlah pilihannya.
Seandainya Ibunya tak memaksanya. Seandainya Ibunya tak memohon untuk mengantarnya pergi menemui salah seorang teman, tentu Sasuke akan menolak mentah-mentah keinginan Ibunya. Ia bisa memakai kaus biasa dan celana pendek, namun Ibunya langsung menolak dan memilih membongkar lemari Sasuke untuk menemukan kemeja formal yang tak pernah Sasuke pakai yang terpaksa harus dipadupadankan dengan celana jins panjang dengan warna biru tua itu. Dan Sasuke yakin, setelah ini Ibunya pasti akan sibuk mengisi lemarinya dengan banyak sekali kemeja-kemeja formal yang hanya akan cocok dipadukan dengan pakaian formal lainnya.
Sasuke sejujurnya tak terlalu peduli dengan penampilannya. Ia akan mengenakan apa pun yang membuatnya nyaman, walau itu hanya kaos dan celana jeans lusuh. Berterimakasihlah pada Ibunya yang nampak begitu peduli dengan penampilan anak-anaknya hingga rela menghabiskan waktunya di pusat perbelanjaan hanya untuk membeli pakaian untuk Sasuke dan Itachi.
"Sudahlah, Sasuke. Tak perlu marah-marah begitu. Bukankah kau terlihat tampan?"
Mikoto masih memasang senyum indah itu. Mau tak mau membuat Sasuke menurut seketika. Tak peduli apa pun yang Ibunya lakukan, wanita itu selalu saja mampu membuat Sasuke menurut dan diam begitu saja.
"Lagipula, Ibu akan mengenalkanmu pada seseorang, Sasuke. Kau harus nampak rapi dan tampan. Ibu tak ingin ia ketakutan jika melihat dirimu berantakan dan memasang wajah seram seperti ini." Untuk kesekian kalinya Mikoto sibuk membenarkan kerah kemeja Sasuke yang sudah tertata rapi sedari awal dan kini sibuk mengelus pipi putih pucat milik Sasuke. "Dan ingat Sasuke. Kau harus tersenyum. Ingat itu, Sasuke."
KAMU SEDANG MEMBACA
Seven Days
FanfictionSasuke tak pernah berharap bertemu seorang pemuda yang mengaku sebagai malaikat dan akan mengabulkan permohonannya. Tidak, jika kedatangan pemuda itu hanya akan mengubah hidup sempurnanya untuk sebuah permohonan. Ff sasunaru yaoi. Dengan sasuke seb...