Epilog. Takdir

2.8K 267 89
                                    


Di saat yang sama
Tempat yang lain

"Untuk kedua kalinya Sasuke Uchiha telah mencurangi kematian."

Sosok itu berdiri dalam diam memandang kejadian yang tertangkap pandangan mata. Tubuh tinggi tegapnya tertutup bayang-bayang dedaunan di atasnya. Sudah lama waktu berlalu ia habiskan untuk berdiri diam di sana. Manik mata sewarna darah itu sudah lebih dari cukup memandang permainan takdir yang tersaji apik di hadapannya. Lagi-lagi tirai panggung telah tertutup dengan cara yang menyakitkan.

"Dimana ada kematian, maka kematian akan selalu ada." Ia kembali berucap dalam diam. Sebuah buku tebal bersampul hitam dengan sulur-sulur sewarna darah yang menghiasinya nampak melayang di hadapannya. Lembar demi lembar berpindah tanpa ia sentuh. Hingga lembar buku itu berhenti terbuka. Berhenti tepat di sebuah lembar kosong dengan nama Sasuke Uchiha yang terpatri apik di atasnya.

"Aku tak menyangka jika ia akan meminta hal itu." Suara tiba-tiba terdengar di belakangnya. Setelahnya, sesosok bocah mungil dengan helaian putih sewarna perak berjalan pelan ke arahnya. Sebuah senyum nampak terkembang indah di wajah bulat itu. Manik mata sebiru langit langsung menyapa pandangannya ketika kelopak mata seputih salju terbuka perlahan.

"Seperti meminta untuk tetap hidup saat kematian sudah ada di hadapanmu." Sosok  berhelaian putih itu kembali berucap. "Dan Naruto dengan mudahnya mengabulkan keinginan itu. Memberikan lagi kesempatan bagi Sasuke Uchiha untuk hidup."

Ia kembali berjalan mendekat. Hingga kini mereka berdiri berdampingan dengan kedua pasang mata yang masih setia memandang ke depan. Bocah dengan helaian putihnya miliknya nampak kembali tersenyum saat sebuah buku tebal dengan sampul putih dan hiasan rumit berwarna biru nampak terbuka lebar di depannya. Lembar demi lembar terus berpindah hingga lembaran itu berhenti di sana. Berhenti pada sebuah lembaran kosong yang dalam hitungan detik langsung terisi penuh oleh tulisan. Dan senyum itu berkembang semakin lebar.

"Takdir masih mengikat mereka." Tangan bocah itu teracung ke depan. Menyentuh buku di depannya hingga lemabaran-lembaran kertas itu kembali berpindah dan kini menutup sempurna. "Dosa itu sudah terbayarkan. Kini saatnya takdir menjalankan tugasnya untuk kembali mempertemukan mereka."

Sosok di samping bocah itu hanya diam. Matanya masih sibuk memandang ke depan walau telinganya masih setia mendengarkan tiap kata yang bocah di sampingnya katakan. Ia mendengar semuanya dengan begitu jelas. Hingga bibir tipis nan pucat itu nampak tertekuk ke atas. Tangannya terangkat perlahan menyentuh buku tebal bersampul hitam di depannya yang langsung menghilang dalam sekedipan mata ketika tersentuh olehnya. 

"Kalau begitu, sudah saatnya jiwa itu kembali pada tubuhnya. Ia sudah melakukan tugasnya dengan baik."

Setelah kata-kata itu terucap pelan darinya, dalam hitungan detik tubuh mereka telah menghilang di balik bayang-bayang. Menyisakan semilir angin yang berhembus pelan menerbangkan daun maple yang mulai berguguran.

Dan di saat yang sama di tempat lain, sepasang manik mata sebiru lautan nampak muncul perlahan di balik kelopak mata. Membawa pemiliknya memandang dunia setelah sekian lama tertidur dalam kedamaian. Dan sejak saat itulah, roda takdir telah kembali berputar. Membawa dua anak manusia pada lembaran kisah yang baru dalam panggung takdir yang kembali terbuka.

END

Author's Note
Dengan ini kunyatakan Seven Days benar-benar tamat... Yyeeeaayyy 😄😄😄 akhirnya...
Panggung takdir sudah ditutup, jadi ayo kita buka panggung takdir yang lain...
Aku juga menjanjikan sequel dari ff ini, karena rasanya ga afdol kalo akhirnya menggantung begini wkwkwk
Eheheh akhir kata, aku ucapkan terima kasih untuk yang sudah membaca, memvote, memfollow, dan mengomentari fuc abal ini.
Apalah daya ku tanpa kalian...
Sampai jumpa di ff selanjutnya 😘😘😘

Seven DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang