Chapter 6

119 5 2
                                    

ANN POV

Di antara lima personel, followers Zayn yang paling sedikit. Bahkan tak jarang mereka menuduh Zayn teroris setelah mendapat follback Zayn!

"Ann, apa kau follow mereka semua?" Liam mengintip dari balik pundakku, sebenarnya dia tidak mengintip, dia lebih tinggi dari aku!

"Tidak, hanya beberapa. Um..."

"Apa?" Liam menerima iPhonenya,

"Nothing, aku mau ke toilet." Dalihku cepat, kenapa aku merasa kesal saat melihat beberapa fans The Boys menghakimiku sepihak? Mereka tidak mengenalku, tapi apa yang mereka tulis sangat mengganggu!

"Ann, kau masih lama? Kami sebentar lagi on Stage!" Teriak Niall dari luar toilet yang ada di kamar ganti, ah... Aku sampai lupa, mereka hari ini tampil di acara penggalangan dana untuk penderita Kanker di London Cancer Hospital.

Lebih baik aku keluar, sebelum Zayn atau teman-temannya menemukanku dalam keadaan menyedihkan, ah! I'm so dramatic!

"Dad," Dad menengok padaku,

"What?"

"Um... Nothing, aku mau jalan-jalan sebentar." Dad melihatku bingung, mungkin Dad mengira aku dan Zayn bertengkar, tapi itu lebih baik dari pada Dad tahu kalau anaknya sedang dihakimi banyak orang.

Danau di belakang Hospital begitu luas, tapi aku hanya berdiri memeluk tubuhku sendiri. Angin berhembus begitu pelan, matahari juga terlihat malu-malu. Aku hanya diam mendengarkan suara dahan pohon yang saling bergesek satu sama lain.

"Apa yang kau pikirkan?" Suara seorang anak membuatku kaget,

"Tidak ada, ah! Kau membuat jantungku hampir lepas." Sahutku sedikit tertawa, anak itu menatapku kesal dan membuang jauh pandanganya.

"Itu yang Mom bilang saat Dad meninggalkannya," aku diam, merasa bersalah karna membohongi seorang bocah yang aku sendiri tidak mengenalnya.

"Sorry," sesalku ikut duduk di rumput,

"Namaku Roy," dia tersenyum ramah mengulurkan tangannya yang mungil.

"Aku Ann, apa yang kau lakukan di sini?" Roy tersenyum dan merebahkan tubuhnya di atas rumput,

"Aku sakit, Mom kebetulan pulang mengambil mainanku, jadi aku bisa kabur ke sini sebentar."

"Kabur?" ulangku bodoh,

"Iya, Suster melarangku keluar kamar. Padahal mereka tahu aku suka One Direction, sedikit aneh. Anak laki-laki suka Boy Band, tapi itu kenyataan." Roy memejamkan matanya saat mendengar alunan musik yang samar terdengar dari sini.

"Aku juga kabur, mungkin aku tidak seharusnya menceritakan ini padamu, Roy. Tapi aku benar-benar mau menangis," Roy membuka matanya dan menatapku, tatapan tenang yang sering Zayn lakukan.

"Mom selalu bercerita padaku saat Dad membuatnya sedih, kau juga bisa bercerita padaku. Kau sekarang temanku, Ann." Anak ini,

"Banyak orang yang menginginkan hubunganku berakhir, mereka bilang dia tidak pantas bersamaku. Keyakinan kami berbeda, aku..."

"Kau ragu?" tanya Roy menatapku polos,

"Bukan itu, aku tidak tegar sepertimu, Roy." Anak laki-laki itu tertawa,

"Aku masih berumur enam tahun, dua tahun lalu Dokter memfonisku menderita Kanker Otak, terlalu dini untuk Kemo." Aku diam mendengar cerita Roy, tapi dia tersenyum penuh arti menatapku.

"Ibuku belum lama meninggal, Roy."

"Lalu?"

"Kau tahu? ada saat di mana orang dewasa sepertiku merasa... Ingin melarikan diri, aku terlalu pengecut."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 16, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

First To Be LastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang