Rindu ini belum tersampaikan. Tapi rindu ya tetap saja rindu, mau tersampaikan atau tidak tetap saja sakit.
Hari ini merupakan hari Carissa tampil untuk acara dalam rangka pelantikan ketua OSIS yang baru. Namun tanpa dukungan dari Fathir akankah semua masalah bisa dituntaskan Carissa dengan baik?
Fathir dan Carissa memang sebuah pasangan yang tak bisa dipisahkan, mereka berdua ibarat surat dan perangko, bilamana satu bagian tak ada maka misi yang akan dijalaninyapun tidak akan berjalan dengan baik. Ya, walaupun mereka bukanlah lagi sepasang kekasih, namun mereka tetap berhubungan baik semenjak keputusan yang membuat hubungan mereka kandas di tengah jalan.
Carissa melihat arloji putih yang melingkar di tangan kirinya, sangat nampak sekali kalau Carissa sedang panik karena sebentar lagi dia akan tampil.
Dia mengecek ponselnya, berulang kali dia membuka dan menutup aplikasi whatsapp. Dia ingin menelpon Fathir, namun hanya ada keraguan di dalam hatinya. Akhirnya dia mengurungkan niat untuk menghubungi Fathir. Sungguh dia membutuhkannya, namun apalah daya, ego yang begitu besar hanya merusak apa yang seharusnya ia butuhkan.
Sebuah notif pesan masuk dan membuat Ica segera membuka pesan tersebut.
BANK BRI informasikan, bahwa Norek anda telah terpilih pemenang ke.1 . selamat anda mendapat hadiah sebesar 500 juta dari Undian Simpedes/Britama Kode Pin (ijh76k79) info klik www.bri121.blogspot.co.id
"Sial, kenapa pas waktu yang gak tepat malah orang nipu-nipu gini sih"
"Kemaren nomer togel eh sekarang ginian." Omel Carissa.
"Carissa. Bentar lagi lo tampil, semangat ya" Suara Angga yang membuyarkan kemarahan Carissa.
"Eh iya iya kak, makasih ya"
****
Carissa merasa sangat puas dengan penampilannya tadi, walaupun kurang maksimal tanpa dukungan dari seorang Fathir Arvin Dianta. Tapi tak apa, setidaknya dirinya membuat orang lain merasa terhibur dan bahagia.
Ini mungkin sudah malam, Carissa merebahkan tubuhnya. Dia merasa sangat lelah karena padatnya aktivitas yang dijalaninya hari ini.
Ia merasa tak nyaman, ia tak bisa tertidur lelap. Dia menuju jendela kamarnya. Matanya mengarah ke rumah gelap tak berpenghuni. Ia melihat bilik rumah Fathir yang berada di lantai 2. Dia mengingat masa lalunya, dulu dia sering bertatap mata, itu semua disebabkan oleh rumah mereka yang saling berhadapan.
Kini hanya bayang-bayang semu yang teringat di pikirnya. Semua itu musnah, semua itu hilang dan yang lebih parahnya lagi ada ego yang besar menyelimuti kerinduannya terbadap Fathir.
Matanya mengarah kelangit, melihat kilat, hujan dan angin yang mulai berdatangan secara perlahan. Kilat itu disertai dengan suara gemuruh. Dinginnya angin memasuki kulit ari dan tempias hujan nampaknya sudah mulai masuk ke kamar Carissa.
Suara ribut dari guntur itulah yang disukai Carissa. Dia sangat menyukai perpaduan dari guntur, hujan, dan badai sekalipun. Ia sangat menyukai hal tersebut, sebab malam itulah yang dapat membuatnya tenang, membuatnya bisa menumpahkan kerinduannya yang membuatnya penat.
"Aku suka ini" Katanya sambil tersenyum.
Dia menutup jendelanya kemudian kembali ke kasur lembutnya sambil menarik selimutnya.
"Hujan, dan mimpi, tolong sampaikan rinduku padanya." Bisiknya secara perlahan sambil dia memejamkan matanya.
****
"Kenapa sih Fathir dari tadi di telefon gak aktif-aktif nomernya." Ucap Carissa sambil mondar-mandir di depan kamarnya.
"Apaan sih kak, kayak setrikaan aja lo mondar-mandir gak jelas" Ucap Berlin, yaitu adik dari Carissa.
Berlin adalah adik Carissa yang duduk di kelas 2 SMP. Dia cukup dewasa ketika ada masalah yang menghampirinya, namun ketika game atau film anime yang ia sukai diusik maka dia akan merengek-rengek untuk menggantinya.
"Ini, Fathir dari tadi gue telpon gak aktif nomernya."
"Hayuu, mungkin dia lelah. Kakak taukan, Balikpapan itu jauh sama Jakarta, gak mungkin juga hubungan kakak sama dia terjalin rapi dengan sangat lama."
Carissa memikirkan perkataan Berlin barusan, ternyata perkataannya ada benarnya juga, ya walaupun terlihat sedikit ngawur.
"Udahlah kak, lupain aja tu orang. Kak Fathir buat gue aja. Hehehe"
"Eh dasar bocah"
"Habisnya dia ganteng sih kak, levelnya udah kayak jungkoknya BTS"
Yang dikatakan Berlin memang benar, mau sedatar apapun wajahnya, sejelek apapun ekspresinya, namun Fathir masih saja terlihat tampan.
"Udahlah kak Ica sama kak Angga ketos ramah itu. Dia ganteng, pinter, baik, kaya lagi." Ucap Berlin.
"Apaan sih" Ucap Carissa dengan ketus.
"Kakak gak sekolah? Sesungguhnya ini sudah jam 7. Emang kakak gak mandi? Iihh bauk"
"Apaan sih, ini tanggal merah bego" Cibir Carissa.
Berlin baru mengingat sesuatu yang dari tadi ia lupakan. Mungkin ia terlalu bersemangat untuk ke sekolah. Bukan semangat untuk belajar, melainkan untuk bermain game bersama kawan-kawannya. Apalagi kalau bukan Mobile Legend yang sedang ngetren dan dijadikan permainan anak jaman now.
"Yaudah, kita jalan aja ya kak. Bete nih" Tawar Berlin.
"Lo kira, jalan kagak pake duit apa? Oke viks, kita jalan. Jalan kaki ok."
"Gue deh yang traktir" Tawar Berlin.
"Uang dari mana lo? Maling ya?"
"Idiihhh. Makanya, jadi anak berprestasi dong kayak gue. Gue kan habis menang lomba brain challenge." Cibir Berlin sambil menjulurkan lidahnya.
****
__________________________________________________
Balikpapan,
05-12-2017Maaf ini cuma sedikit :( lain kali gue update yang banyak ih. Biar gak penasaran
KAMU SEDANG MEMBACA
You, Me, And Her
Teen FictionCinta itu menyenangkan dan mengesankan Tapi, tak semua cinta mengesankan rasa manis, terkadang rasa cinta itulah yang membuat rasa pedih yang teramat dalam