Pertanyaan

40 2 1
                                    

Takdir sedang berbaik hati, sehingga dia paham pada perasaan seseorang yang sedang dihujam luka.

"Fathir aku mau bicara" Ucap Carissa sambil menarik tangannya untuk keluar kelas.

"Kau ingin berbicara tentang hal yang seharusnya kau sudah tahu?" Ucap Fathir yang dirasa Carissa mungkin terasa ambigu.

"Dengar aku, ketika aku bertemu kamu, ketika aku menatapmu, mengapa rasa itu kembali lagi?" Tanya Carissa. "Jangan salahkan takdir, salahkan pada dirimu sendiri karena telah menyiakan hal yang pernah ada bukan?" Jawab Fathir.

Deg...

Jantung Carissa berhenti sejenak. Fathir tidak pernah berkata ketus dari dulu. Fathir selalu bersikap lembut kepada Carissa, namun kali ini, semua itu terbantahkan.

"Lalu, aku harus bersikap apa padamu? Aku harus menangis ketika bersamamu, atau aku harus berbahagia kerika dekat denganmu?" Ucap Carissa dengan suaranya yang mulai parau. Carissa melontarkan apa yang ada di pikirnya. Carissa memang sosok anak yang suka blak-blakkan ketika berbicara dengan seseorang. Dia selalu jujur dengan perasaannya. Carissa bukan anak pramuka yang sukanya main kode-kodean atau sandi-sandian.

"Jangan salahkan takdir yang sedang berbaik hati padamu. Mungkin kisah kita di 2 tahun yang lalu belum ada ending yang pas, itu sebabnya kita bertemu lagi dengan keadaan yang jauh berbeda." Ucap Fathir sambil tersenyum lalu menepuk pundak Carissa. Fathir kembali ke dalam kelas dan memainkan Hanphonenya.

"Fathir..." Suara Carissa mendekatinya. Kebetulan kelas tersebut sedang kosong, karena mereka berdua berangkat kesekolah dengan sangat cepat. "Tapi aku rindu, ya aku rindu kau" Ucap Carissa.

"Kenapa kau tahu rumahku? Kenapa kau tak tanya kabarku? Kenapa kau bersama Diba? Apa kalian berpacaran? Apa kalian punya hubungan spesial?" Tanya Carissa dengan setengah berteriak dan mengeluarkan air mata. Carissa sangan menginginkan jawaban Fathir yang melesat dari mulutnya. Ya, dia hanya ingin itu.

"Jangan menangis. kau tahu, aku akan merasa bersalah ketika melihat wanita menangis. Wanita itu, harus kuat hatinya." Jawab Fathir sambil mengusap air mata Carissa.

Fathir meletakkan tangannya di pundak Carissa. Fathir memberi semangat kepada Carissa, bahwa semua rasa suka, rasa cinta, bahkan sifat bisa berubah dengan seiringnya waktu.

"Fathir... Kamu? Carissa? Kalian sedang apa?"

Suara Adiba menghentikan kegiatan yang mereka lakukan. Adiba merasa terkejut, bagaimana tidak, yang Adiba tahu, mereka baru kenal selama 2 hari. Tapi, mereka seperti sudah mengenal satu sama lain.

"Diba, aku dan Fathir hanya berteman, kamu jangan anggap ini serius. Aku hampir terjatuh, untung ada dia yang selamatkan aku." Ini adalah sebuah alibi yang mungkin sudah sering di pakai setiap orang. "Permisi..." Carissa meninggalkan mereka berdua lalu menuju toilet sekolah.

Carissa menangis, rintihannya terdengar sangat nyaring. Carrissa tidak tahu harus melakukan apa. Yang dia tahu hanyalah, mengapa sikapnya seperti itu?

"Jangan menangis, menangis bukan jalan yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Sebanyak apapun kau menangis, sebanyak apapun air mata yang keluar, itu tak akan mengubah apapun."

Carrisa menoleh kebelakang. Dia melihat sesosok gadis yang cantik. Anehnya, dia tak mengetahui siapa gadis tersebut. Gadis tersebut mendekat dan tersenyum pada Carrissa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 24, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

You, Me, And HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang