Rindu? Salahkah aku rindu? Salahkah perasaanku ini padanya? Salahkah aku menyayanginya? Lantas, jika salah mengapa semua ini ada?
Kriiiiing...
Bel masuk sekolahpun sudah berbunyi, siswa-siswi yang berada di gerbangpun berlarian untuk segera memasuki kelasnya masing-masing.
Bruk...
"Oh I'm sory. Maaf gak ngelihat." Ucapnya
Carissa menatapnya sambil membersihkan bajunya yang kotor ketika terjatuh tadi. "Kau? Disini?" Ucapnya. "Kenapa? Ini aku, Fathir bukan? Kenapa harus kaget melihatku?" Jawabnya sambil meninggalkan Carissa sendiri.
Aku?
Dia?
Bersama lagi?
Akankah...
Bersatu lagi?
Dia berada di sini?Walaupun Carissa satu sekolah lagi dengannya, namun ada yang sangat mencolok dari perubahan Fathir. Dia sangat dingin, dia selalu memasang wajah datarnya, dia selalu mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan hati.
"Maaf dek, mau sampai kapan di sini? Ini sudah masukan." Suara satpam yang ingin menutup gerbang sekolah.
"Iya, maaf pak." Carissa meninggalkan tempat tersebut dengan setengah berlari.
****
"Gila, bule dari mana tu? Cantik banget aseli. Calon masa depan gue tuh. Bisa bahasa Indonesia gak ya?" Suara anak-anak yang telah kulewati.
"Hai ladies? What is your name?" tanya segerombolan para lelaki yang bertanya padaku.
"Panggil aja Mara." Jawabku sambil tersenyum pada mereka.
"Heehh masuk. Kamu bisu atau tuli? Dari tadi bel, kamu masih aja di sini cari-cari kesempatan buat bolos" Ucap salah seorang guru.
"Iya buk, aduh ibuk makin cantik aja deh." Gombal anak-anak pada guru tersebut.
"Kamu Carissa Amarra Latiefha?" Tanyanya.
"Iya, saya"
"Saya wali kelas kamu, mari saya tunjukkan kelas barumu."
****
Fathir sedang berperang dengan rumus Fisika yang membuatnya terasa mual. Padahal dia sudah menghitungnya berkali-kali, namun jawaban yang ia tulis tak ada yang cocok sama sekali.
"Selamat pagi anak-anak" Sapa seorang guru.
"Tujuan ibu kesini untuk memperkenalkan kalian dengan teman baru kalian. Silahkan kemari."
Carissa melangkahkan kakinya secara perlahan dan tenang. Ada perasaan tak tenang, hal itu selalu dialami Carissa ketika ia berada di depan orang banyak.
Dia,
Dia lagi?
Haruskah dia?Tatapan Carissa tertuju pada laki-laki berambut raven, berpostur tubuh tinggi, berkulit putih bersih dan mata elangnya.
Carissa tak bisa menghentikan deguban jantungnya, rahangya mulai mengeras, ia selalu menahan tangisnya ketika melihat pria itu. Siapa lagi kalau bukan Fathir."Silahkan kamu perkenalkan diri" Suara guru yang membuyarkan tatapan Carissa.
"Nama saya Carissa Amarra Latiefha. Saya asal dari Jakarta, pindahan dari sekolah Tri Dharma. Orang tua saya dari Belanda-Jakarta."
KAMU SEDANG MEMBACA
You, Me, And Her
Teen FictionCinta itu menyenangkan dan mengesankan Tapi, tak semua cinta mengesankan rasa manis, terkadang rasa cinta itulah yang membuat rasa pedih yang teramat dalam