Kenyamanan atau kegelisahan

29 5 2
                                    

Ini bukan soal perpisahan. Namun soal rindu yang selalu datang menggebu-gebu dan menghantuiku.
-Fathir-

  Ini pertama kalinnya dia memasuki sekolah barunnya. Tak terasa, sudah satu minggu dia berada di kota kecil yang sering disebut-sebut sebagai kota terbesih di seluruh Nusantara. Bahkan kota ini pernah mendapatkan julukan sebagai kota yang paling dicintai sedunia.

  Fathir memasuki sekolah barunya dengan perasaan yang biasa saja. Tak ada hal yang menarik di Sekolah tersebut, tak ada seorang gadis yang diminatinya sekalipun. Bahkan pikirnya selalu tertuju pada Carissa. Apa ini sebuah paksaan untuk melupakannya? Apakah ini sebuah pelajaran yang harus dia ambil hikmahnya?

  Yang namanya melupakan pasti sangatlah sulit. Bukan tentang melupakannya, melainkan hari-hari yang biasa akan menjadi tak biasa. Melupakan itu akan mudah ketika kita sudah bisa berinteraksi dengan lingkungan baru tanpa seseorang yang ingin kita lupakan. Apakah Fathir akan gagal melupakan sosok Carissa ataukah dia akan sangat bersenang hati tanpa kehadirannya?

"Aseli itu cowok ganteng banget..." Suara sekumpulan gangster cabe-cabean.

  Fathir tak menghiraukannya sedikitpun. Bahkan dia melewatkan sekumpulan gangster cabe-cabean tersebut dengan memalingkan wajahnya.

  "Gila lo cowok, masa lo ga liat cewek se tenar dan secantik gue."

"Kenalin, gue Neta. Ini temen gue, Sarah, Abel, Rachel, Vanessa." Ucap seorang gadis berambut pirang, berbaju ketat dan sepatunya yang berwarna-warni.

  Fathir meneruskan langkahnya menuju ruang Kepala Sekolah SMA Tri Dharma. Dia memalingkan wajahnya ketika Neta dan teman-temannya berbicara.

"Selamat kamu menjadi murid di Sekolah ini." Ucap sang Kepala Sekolah sambil berjabat tangan dengan Fathir.

"Kelas kamu berada di XII IPA 2, saya harap kamu bisa menjadi murid teladan yang di segani para guru di sekolah ini."

****

Fathir memasuki kelas yang ditujukan oleh kepala sekolah tadi. Nampaknya tak ada sesuatu yang menarik perhatian Fathir, semuanya terlihat membosankan. Guru yang membosankan, wanita-wanita sosialita yang menjijikkan, murid-murid yang aneh, bahkan lingkungan yang membuatnya merasa tak nyaman.

  Namun ketika Fathir merasa bosan ada seseorang wanita yang membuatnya merasa ingin tahu siapa dia sebenarnya. Seorang wanita berpostur tubuh tinggi, berambut kecoklatan, berkulit putih bersih, dan kedua mata yang berwarna coklat.

  Wanita itu pergi meninggalkan kelas ketika seorang lelaki berpostur tubuh tinggi memanggilnya. Fathir dapat melihat kalau lelaki itu nampaknya sangatlah dekat dengan wanita tersebut.

"Maaf, kamu masih ingat sama saya?" Tanya seorang wanita yang duduk di samping Fathir.

  Fathir menaikkan alisnya sambil mengingat-ingat siapa wanita yang menyapa tersebut. Ia merasa kalau dirinya pernah mengenal wanita itu, namun dia melupakan namanya.

  "Aku Naya, masih ingat?" Ucap wanita tersebut sambil tersenyum lebar pada Fathir. Fathir tersenyum lebar dan mengingat semuanya. "Iya, aku Kanaya Saira Maharani, temen kamu pas SD." 

"Hai..." Ucap Fathir dengan senyuman dinginnya itu.

"Gimana kabarnya Ica?" Tanya Kanaya.

Fathir tersenyum simpul. "Dia baik-baik aja, dan dia juga bahagia. Kabar lo gimana?" Tanya Fathir. "Ya gini gue, makin cantik bukan sih?" Ucap Kanaya. Fathir mengerenyitkan dahinya, sambil tertawa lepas dan bebas.

You, Me, And HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang