Sasuke segera memasukkan Ino ke kursi penumpang depan dan memasangkan seatbelt di tubuh gadis pirang itu. Setelah terpasang, ia segera menutup pintunya dan berlari memutar lalu duduk di kursi kemudi. Walaupun Sasuke sudah minum 6 gelas wine, ia masih belum merasa mabuk karena Sasuke memang tahan dengan alkohol. Makanya ia masih berani untuk mengemudikan mobilnya.
Sasuke segera mengemudikan Audinya menuju apartemen Ino. Entah kenapa melihat Sai yang menghampiri Ino dan akan mengantarnya pulang, ia merasa tidak rela. Apalagi Ino dalam keadaan mabuk, bisa saja kan Sai melakukan hal-hal yang tidak di inginkan? Tentu saja bisa, pria mana yang tidak akan tergoda melihat penampilan Ino yang hanya memakai dress merah ketat sebatas paha yang mempertontonkan lekukan tubuh seksi gadis pirang itu.
"Enggh... Shikamaru, Chouji kenapa kalian harus pulang sekarang? Hik!" Ino melenguh dan mulai meracau.
Sasuke meneguk salivanya mendengar lenguhan Ino. Ia mencengkeram kemudinya dengan erat mencoba untuk tidak menoleh pada gadis di sampingnya yang sekarang terlihat sangat menggodanya.
"Aku merindukanmu, hik! Kenapa sulit sekali melupakanmu huh! Brengsek! Hik." Ino tidak berhenti cegukan sambil terus meracau. Beberapa menit kemudian gadis pirang itu jatuh tertidur setelah meneteskan air matanya.
Dia masih merindukan pria itu.
Audi hitam Sasuke berhenti setelah melihat peringatan lampu merah. Pria itu menoleh karena Ino sudah berhenti meracau. Ia mengangkat tangannya dan merapikan poni pirang Ino ke belakang telinga. Sasuke memandangi wajah Ino lekat dan menghapus air matanya.
"Sebenarnya siapa dia? Kenapa kau sampai menangisinya seperti ini?" Gumam Sasuke sambil mengelus pipi tirus Ino yang basah.
Suara klakson mobil dari belakangnya menyadarkan Sasuke. Ia segera melepaskan tangannya dari pipi Ino dan segera melajukan kembali mobilnya. Setelah beberapa menit, mereka pun sampai di gedung apartemen Ino. Setelah selesai memarkirkan mobilnya, Sasuke melepas seatbeltnya dan menatap Ino lekat.
"Kenapa aku selalu tidak bisa meninggalkanmu sendirian?" Lirih Sasuke dan mengelus pelan pipi tirus dokter cantik yang tengah tertidur. Ia segera keluar dan membuka seatbelt Ino, lalu mulai mengangkatnya ala bridal style.
Sasuke terkekeh mendengar racauan tidak jelas Ino tentang Naruto. Ia segera masuk lift dan menekan tombol lantai apartemen Ino yang di beritahukan Naruto tadi saat mereka di parkiran klub. Onyxnya tidak berhenti menatap wajah cantik wanita di gendongannya. Tiba-tiba, bibir tipis Ino yang sedang terbuka sedikit menarik perhatiannya. Sasuke meneguk ludahnya kasar, rasanya ia ingin mengecup bibir merah itu dan memasukkan lidahnya menelusuri mulut mungil nan merah milik si gadis pirang.
Ting!
Pintu lift terbuka, Sasuke menghembuskan nafasnya kasar setelah berada dalam ruangan kecil dan sempit hanya berdua saja dengan Ino yang terlihat sangat menggodanya sejak tadi. Membuatnya harus menahan diri agar tidak melakukan hal-hal yang terancang di otaknya sejak melihat gaadis itu.
Mereka pun sampai di depan apartemen Ino. Sasuke merogoh saku kemejanya dan menggesekkan kartu kunci apartemen yang ia ambil dari tas Ino.
Klik!
Pintu apartemen pun terbuka, ia segera masuk dan menendang pintunya pelan membuatnya terkunci otomatis. Mata hitamnya menelisik keseluruhan apartemen, ia segera mendekati pintu yang di tebaknya adalah kamar gadis cantik di gendongannya. Dan bingo! Tebakannya memang benar, keseluruhan kamar itu berwarna ungu dan ia mendapati jas dokter yang di kenakan Ino tadi siang tergeletak di atas sofa.
Sasuke segera mendekati ranjang queen size Ino dan segera membaringkannya perlahan. Saat akan menarik tangannya dari leher belakang Ino, sepasang aquamarine itu terbuka dan menatapnya intens. Tubuh Sasuke membeku, jarak mereka sangatlah dekat membuat Sasuke bisa merasakan hembusan lembut nafas Ino di bibirnya. Bibir mereka akan segera bersentuhan jika saja Sasuke menundukkan kepalanya sedikit lagi. Mereka saling menatap dalam diam.

KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY
FanfictionSebuah pertemuan yang tidak disengaja di antara mereka. Ternyata menuntun mereka pada pertemuan-pertemuan tanpa kesengajaan yang selanjutnya. Akankah itu menjadi sebuah 'kebetulan' yang menyenangkan dan berakhir bahagia? Ataukah takdir menuntun mere...