SERENDIPITY | Chapter 6

997 84 23
                                    

Deringan ponsel terdengar nyaring membuat seorang gadis menggeliat di ranjangnya dan tangannya segera mencari-cari sumber suara yang mengganggu tidurnya. Gadis itu segera mematikan alarm di ponselnya dan matanya mulai terbuka. Sinar mentari mulai memenuhi kamar gadis itu mengingatkan bahwa pagi sudah datang.

Ia mencoba bangun dan mengerjap-ngerjapkan matanya yang masih mengantuk. Tiba-tiba kedua matanya membulat sempurna dan segera saja ia melompat dari kasur lalu tergesa keluar dari kamarnya.

Gadis itu mematung saat tak sengaja melihat sesuatu di atas meja makan miliknya. Ia segera menghampiri meja itu dan terdapat dua potong sandwich dan segelas susu, lalu matanya segera menangkap sebuah note yang tertempel di gelas.

Terima kasih sudah mengijinkanku menginap. Aku ada meeting pagi ini, jadi tidak sempat berpamitan padamu. Maaf untuk yang semalam.

Sasuke.

Tanpa sadar gadis itu tersenyum lalu meminum susu yang di siapkan Sasuke. Susu itu masih terasa sedikit dingin di mulutnya.

"Mungkin dia baru saja pergi. Kenapa dia repot-repot membuatkan sarapan untukku kalau dia ada meeting?"

Gadis itu tersenyum tipis, aquamarinenya bergulir kembali menatap note dari Sasuke. Kemudian pipinya tiba-tiba saja merona saat mengingat kejadian semalam.

"Lupakan itu Yamanaka Ino!"

Ino beranjak kembali ke kamarnya, tadinya dia berniat untuk membuatkan sarapan untuknya dan Sasuke tapi nyatanya pria itu sudah pergi. Tapi lebih baik seperti itu kan, mungkin akan sangat canggung bila Sasuke masih ada di apartemennya.

Hari ini adalah hari pertama Ino benar-benar mulai bekerja sebagai dokter di rumah sakit Konoha. Ia merasa sedikit gugup dan khawatir, apalagi ayahnya telah memberikan tugas pertama yang cukup berat yaitu untuk menangani pasien 'spesial' rumah sakit Konoha yang tak lain adalah pemilik rumah sakit itu sendiri.

Setelah selesai mandi dan berpakaian, Ino mulai mengikat rambutnya ekor kuda. Terlihat simple namun rapi dan tidak akan mengganggu pekerjaannya. Lalu tak lupa ia mulai mengaplikasikan make up tipis di wajahnya yang memang sudah cantik walaupun tanpa sentuhan make up.

"Selesai!"

Serunya riang, ia melirik jam dinding yang masih menunjukkan pukul 7.17 pagi. Minggu ini ia mendapatkan shift pagi bersama dengan Sakura, Hinata, dan Shino. Setelah mengambil barang-barangnya Ino segera keluar dari kamarnya dan mulai menyantap sandwich yang dibuatkan Sasuke.

Gadis itu makan dengan nikmat, Ino berhasil menghabiskan dua potong sandwich buatan pria itu. Walaupun sederhana dan gampang dibuat, nyatanya Ino punya selera tersendiri. Ia sempat terkejut karena rasanya sesuai di lidahnya. Roti gandum di tambah irisan tomat dan selada lalu telur mata sapi yang matang sempurna tak lupa 2 lembar keju di atasnya. Dari dulu Ino tidak suka makanan yang dibuat setengah matang, karena menurutnya rasanya aneh dan kurang enak.

"Bagaimana bisa dia membuat sandwich yang pas dengan seleraku? Mungkin aku harus berterima kasih padanya nanti. Ah, apakah aku juga harus memasakkan sesuatu untuknya dan membuktikan padanya bahwa aku benar-benar pandai memasak?"

Gadis itu hanya mengangkat bahu dan menyeringai. Ino adalah seseorang yang keras kepala dan kompetitif. Ia benci di remehkan oleh orang lain. Apalagi pria itu baru mengenalnya dalam beberapa hari, dan berani-beraninya dia meremehkan dirinya seperti itu.

"Cih! Kita lihat saja nanti Sasuke."

Gadis itu kembali menyeringai dan segera meninggalkan apartemennya. Jalanan terasa sedikit macet hari ini dan membuat gadis itu bosan. Ia melirik ke sebelah kanan bahu jalan dan matanya tak sengaja melihat kedai ramen. Ino meringis mengingat perjanjian konyol yang di buat sepihak oleh Sasuke saat mereka berdua memasak ramen bersama.

SERENDIPITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang