bittersweet - februari, 25

1.6K 369 26
                                    

doyeon mendengus menatap layar ponselnya yang masih hitam. tidak ada notifikasi apapun. iya, dia dan seongwoo belum baikan. lelaki itu memang mengejarnya tempo hari, tapi bukan untuk memonta maaf.

"doyeon tunggu!"

"apa lagi sih ong?" kesal doyeon, "kalo mau ngajak berantem nanti aja deh. aku capek—"

"dih apaansih,"

lelaki itu menghela nafas sebelum melanjutkan, "aku kesini soalnya ini— hape kamu ketinggalan."

sialan.

doyeon rasanya ingin menyumpah serapahi orang itu kalau ingat bagaimana muka tidak bersalahnya hari itu. ya Tuhan untung dia lebih tua dari doyeon.

"udah liat instastory nya kak nayoung?"

"apaan?"

yoojung menunjukkan ponselnya, "cowo lo lagi di ultahnya kak—"

"udah tau,"

"ada—"

"gausah manas-manasin gue, udah males."

yoojung hanya terkekeh.





















"oh mau pulang, rom?"

saerom tersenyum dan mengangguk kepada seongwoo. lelaki itu lekas berdiri dari duduknya. melihat hal itu, saerom langsung menahan.

"gausah, ong. aku balik sama seoyeon kok."

"hah?" ucap seongwoo, "gue mau ngambil minum."

"o— oh, ya— udah."

"tiati ye baliknya, gue ke daniel dulu."

lalu seongwoo meninggalkan saerom. kang daniel yang daritadi melihat hal itu terkekeh seolah baru menonton tayangan komedi.

"tawa lo, njing. gada yang lucu."

"kenapa gadianterin?"

"baikan aja belom udah nganterin anak orang. ditebas pala gue sama ibu negara."

ibu negara, doyeon maksudnya. kalau mamanya, ia lebih sering menyebutnya kanjeng bundo.

"lama banget? lo pingitan apa berantem?"

"bawel, bantuin aja dulu gue baikan ama dia."

daniel terkekeh lagi, "ajak jalan lah."

"line gue gadibales dari kemaren, ngajak jalan gimana."

"samperin kerumahnya lah, ayam."

"oh iya, kok lo ga ngasih tau gue dari kemaren sih, niel?"

"terserah lo, nyet."

✓ bittersweet┊kim doyeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang