Wattpad Original
Ini bab cerita gratis terakhir

Bab 5

116K 4.1K 371
                                    


Astaga! Bisa tidak sih, sehari saja aman, damai, dan tenteram? Tadi pagi dia sudah menggangguku di ruang guru. Sekarang, bisa-bisanya dia pingsan di lapangan karena dihukum lari sama Pak Slamet. Bener-benar biang rusuh.

Tadi, sih, aku kira dia pura-pura pingsan hanya untuk mengerjaiku. Makanya aku membiarkannya jatuh begitu saja. Tapi, melihatnya tidak bangun-bangun, aku pun buru-buru mendekatinya. Benar saja, wajahnya sudah pucat sekali. Ternyata dia tidak pura-pura pingsan. Jadi, dengan sangat terpaksa aku menggendongnya ke UKS. Dasar, merepotkan.

"Pak Arga, tadi Ninda pingsan, ya?" tanya Miss Julia yang berada di meja sebelahku.

"Oh, iya, Miss. Tadi pas dihukum sama Pak Slamet buat lari di lapangan, tiba-tiba saja pingsan."

"Sekarang sudah sadar?"

"Tadi waktu saya tinggal, sih, belum, Miss."

Entah pingsan atau tidur, aku juga tidak yakin.

"Semoga cepat sadar aja, deh, ya. Kasihan," ucap Miss Julia prihatin, membuatku tersenyum kaku.

Lebih baik dia pingsan saja sampai waktunya pulang sekolah agar aku terbebas dari godaannya.

"Oh, ya. Miss, Ninda itu murid yang suka bikin masalah, ya?" tanyaku penasaran.

"Enggak sih. Dia murid yang baik dan enggak suka kena masalah juga sebenarnya. Paling cuma sering telat aja. Itu juga kalau dia bareng sama Astin."

"Astin?"

"Iya, anak XII IPA 1. Kayaknya mereka lagi dekat soalnya sering kelihatan berangkat bareng," jelas Miss Julia.

Tuh, kan, padahal dia sedang dekat dengan cowok lain, tapi masih saja suka godain aku. Dasar ganjen.

"Mmm ... Pak, saya duluan, ya. Ada jam ngajar, nih," kata Miss Julia sambil tersenyum manis kepadaku.

"Iya, Miss. Silakan."

Miss Julia pergi meninggalkan ruang guru. Sekarang ruang guru menjadi semakin sepi. Hanya ada beberapa guru di ruangan ini. Baiklah, mungkin sebaiknya aku menyiapkan materi yang akan kuajarkan nanti di kelas.

Cukup lama aku berkutik dengan laptop dan buku paket. Hal ini benar-benar membuatku jenuh. Mataku pun sudah mulai pedas. Mungkin sebaiknya aku keluar ruangan untuk mencari udara segar.

Aku segera bangkit dari posisi dudukku dan berjalan keluar ruangan. Aku menyusuri koridor kelas yang sepi karena memang ini masih jam pelajaran. Namun, ketika melewati UKS, aku langsung berhenti. UKS saat ini agak ramai oleh para siswa.

"Siapa yang sakit?" tanyaku pada Alex atau yang biasa dipanggil Kucrut oleh teman-temannya, anak XI IPA 5. Kalau tak salah, dia teman sekelas Oon.

"Itu Pak, Ninda," jawabnya, masih mencoba masuk ke ruang UKS yang dipenuhi oleh teman-temannya yang lain.

Ninda? Oon maksudnya? Masa dari tadi dia belum sadar, sih?

"Terus kenapa malah pada di sini? Bukannya ini masih jam pelajaran?" tanyaku bingung.

"Iya, Pak. Tapi Nindanya masih belum sadar gitu, Pak. Ini juga mau ulangan Kimia. Nanti yang ngasih contekan siapa, Pak?" jawab Alex terlihat gelisah.

Bukannya prihatin kepada temannya yang sedang pingsan, mereka malah prihatin kepada contekan kimia. Ya Tuhan, anak zaman sekarang.

"Aduh, Ninda kasihan, ya, Pak," ucapnya lagi dengan wajah memelas.

"Udah-udah, pada balik ke kelas sana," kataku sambil mengusir mereka semua.

icon lock

Tunjukkan dukunganmu kepada Aniqotuz Z., dan lanjutkan membaca cerita ini

oleh Aniqotuz Z.
@TheSkyscraper
Tidak ada yang Oninda lebih sukai daripada es krim dan Melvin hingga...
Beli bab baru cerita atau seluruh cerita. Yang mana pun itu, Koinmu untuk cerita yang kamu sukai dapat mendukung penulis secara finansial.

Cerita ini memiliki 26 bab yang tersisa

Lihat bagaimana Koin mendukung penulis favoritmu seperti @TheSkyscraper.
Oon in ActionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang