[WARNING!]
[UNFAEDAH IN YOUR AREA]
"Bi."
"Hadir."
"Bosen nih."
"Iya sama."
"Ngapain yuk."
"Mau ngapain emang?"
"Ngapain gitu."
"Iya ngapain gitunya apa."
"Ya apa kek."
"Mending kalo ga tau ga usah ngomong deh Ay."
Aya terkekeh pelan.
"Ya udah. Pergi yuk."
"Kemana?"
"Bebas."
"Terakhir kali lo bilang bebas, lo badmood seharian loh Ay."
"Ya udah ga jadi."
Aya merenggut kesal.
Bintang menghela nafas berat.
"Ya udah. Pulang jalan mau ga?"
"Kemana."
"Muter-muter aja."
"Bawa apa?"
"Motor lah. Mau pake mobil siapa emang."
Aya mengangguk.
"Tapi nanti gantiin bensin."
Aya menatap Bintang malas, yang diatatap cuman nyengir idiot.
"Cowo bukan sih?"
Bintang menggedikkan kedua bahunya cuek. "Mau ga?"
Aya menatap Bintang sebentar.
"Sepuluh ribu."
Bintang mengernyit. "Yah, masa cuman sepuluh ribu! Kalau segitu mah, cuman bisa muter komplek rumah!"
"Mau ga?!"
"Ya mau. Tapi kedikitan."
Aya merenggut kesal, lalu bangkit dari duduknya. "Ya udah ga jadi. Bye!"
"Ay!"
"Ay! Yah!"
"Aya!!"
[.]
Dan disinilah mereka. Duduk berdua di atas motor vespa kuning dengan banyak stiker milik Bintang.
Nyentrik emang.
Tapi, namanya juga Bintang.
"Jadi mau kemana?"
"Terserah."
"Bener nih terserah?"
Aya mengangguk tanpa melihat wajah Bintang.
"Masih marah ceritanya?"
Aya bungkam.
Bintang cuman bisa liat Aya sebentar sebelum memakai helm kuningnya.
"Ya udah. Pulang aja yuk."
"Ih! Kok pulang!" Aya menatap Bintang protes.
Bintang tertawa pelan. "Lagian ditanyain bilangnya terserah. Kalau terserah ya pulang aja, daripada ngabisin bensin. Bensin mahal bos."
Aya menatap Bintang nyalang. "Mahalan mana sama rokok?"
Bintang terkekeh pelan.
"Emang gunanya Rajidan buat apa?"
Aya mendengus.
"Cepet jalan!" perintah Aya sambil memukul pundak Bintang.
"Kemana?"
"Muter," jawab Aya sedikit kesal.
Bintang tersenyum. "Siap bosku."
"Ga usah banyak bacot!"
"Siap!"
"Diem!"
"..."
Aya tertawa sambil memukul pundak Bintang.
"Bagus. Ayo jalan!"
Detik selanjutnya mereka udah pergi ninggalin halaman sekolah dengan banyak mata yang memandang motor nyentrik Bintang.
"Ay!"
Aya mendekat dan memposisikan kepalanya di samping helm Bintang. Berusaha mendengar suara Bintang yang bertarung dengan kendaraan lain.
"Apa?!"
"Lo udah pacaran berapa kali?!"
Aya mengernyit sebentar.
"Baru tiga kali sih! Kenapa?!"
"Dih dikit. Ga laku ya?!"
Plak
"Aduh, canda Ay!"
"Bercanda terus! Serius kapan?!"
Aya bisa mendengar Bintang tertawa geli. "Mau banget diseriusin ya?!"
"Berisik! Tadi mau ngomong apa?!"
"Gapapa, cuman nanya doang!"
Aya mengangguk dan kembali memundurkan badannya.
"Tapi Ay!"
Aya kembali memajukan kepalanya.
"Apa Bi!"
Hening sesaat.
"Lo- lo ga nganggep hubungan kita serius kan?!"
Aya diam. Membiarkan Bintang menjelaskan kata-katanya.
"Maksud gue! Kita kan masih muda, jadi ga usah di bawa serius!" jelas Bintang panik.
"..."
"Ay?"
Lampu berganti merah. Dengan cepat Bintang mengangkat kaca helmnya dan berniat menengok kebelakang.
Namun belum sempat Bintang melihat Aya, tawa keras terdengar dari belakangnya.
"Serius amat Bos!"
"Eh Anjing, gue kira marah!"
Aya memukul lengan Bintang sebentar sebelum kembali tertawa.
Lampu kembali hijau.
"Nanti udah besar mau jadi apa Ay?!"
"Emm, ga tau sih. Mau jadi istri yang baik aja deh."
Bintang tertawa geli. "Goblok banget emang pacar gue."
Aya ikut tertawa. "Emang lo mau jadi apa?!"
Bintang terdiam sesaat. "Mau jadi Ayah yang baik aja."
"Jijik. Plagiat!"
"Ya engga dong! Kan gue mau jadi Ayah yang baik buat anak-anak kita nanti!"
"Najis, Anjing!"
Bintang tertawa.
"Ganti dong jangan jadi Anjing. Udah mainstream!"
"Ya udah. Najis kodok!"
Bintang makin tertawa keras.
"Berisik! Entar dikatain orang gila!!"
"Ah, gapapa lah, jadi orang gila aja bisa dapetin cewe kaya gini."
"Gombal terus ya Anjing."
"Unch. Sama-sama pacar Anjing."
"Anjing."
Bintang tertawa puas.
Gimana bisa jadi Ayah yang baik kalo kerjaannya cuman gombal mulu? - Aya
Rela kok jadi orang gila, asal bisa dapetin si Ayang mah - Bintang
Anjing, Anjing - orang lewat
YOU ARE READING
"Untitled Story"
Teen Fiction"Bi." "Apa Ay." "Kok lo manggil gue Ay sih?! Berhenti ga?!" "Kan nama lo emang Ay sayang.. Duh gemes deh pingin mutusin." "Emang berani?" "Berani lah. Emang kenapa ga berani?" "Karena nanti gue nangis." Kehidupannya orang pacaran ya gini