Chapter 1

81 10 0
                                    

Hari-hari berjalan seperti biasanya. Bangun pagi, membantu nenek membereskan rumah, menyiapkan sarapan lalu berangkat sekolah dengan berjalan kaki. Jarak dari rumahnya ke sekolah terpaut kurang lebih satu jam. Ini hal lumrah bagi gadis bernama Haruka. Meski terkadang merasa capek, berjalan di antara kabut pagi sepertinya memberi sensasi berbeda ketimbang harus menaiki kendaraan. Kicauan burung, embun yang mengendap di dedaunan dan udara sejuk menjadi energi untuknya berjalan sejauh manapun.

Seorang gadis kecil berseragam SD bejalan di sampingnya. Bajunya lusuh dan ia basah kuyup. Ia memakai topi dengan tudung topi yang agak di kebawahkan menutupi wajahnya yang terus menjatuhkan belatung di sepanjang jalan.
Ah, hantu-hantu itu masih saja suka mengganggunya.

“Kak, boleh aku ikut?” Gadis kecil itu mencoba menggandeng Haruka namun tentu saja itu percuma. Ia malah menembusinya. Bukannya kecewa, gadis itu seakan malah senang bermain tembus-tembusan dengan tubuh Haruka.

Tangannya menembus perut Haruka lalu mencabik-cabik bagian dalam tubuhnya. Haruka hanya tersenyum geli melihat tingkah hantu gadis kecil ini. Tentu saja itu tidak berpengaruh terhadapnya.

“Ikut kemana?” sahutnya sambil sedikit menjauh sebelum gadis ini benar benar mencopot satu persatu bagian dalam tubuhnya. Namun,  ia mendekat lagi dan bermain main dengan perutnya yang jadi transparan itu.

“Ke rumahmu,” cetusnya seraya tak henti bermain-main.

“Gak boleh. Rumahku sudah penuh dengan makhluk sepertimu.”

Gadis kecil itu menyeringai senang. Ia berhenti mencabik-cabik tubuhnya.

“Wah benarkah? Sepertinya rumah kakak menyenangkan.”

Haruka menepuk jidatnya. Andai ia bisa menarik kata katanya. Ucapannya malah membuat hantu gadis itu berjingkrak kegirangan.

“Aku sedang pergi ke sekolah, bukan ke rumah. Jadi, kau tidak boleh ikut.”
Hantu itu malah berdecak kagum.

“Aku mau sekolah juga. Sudah lama aku tidak sekolah. Aku rindu sekolah.”

Haruka hanya mengerling mata karena kesal dengan gadis kecil yang ngeyel ini. Ia memejamkan mata sambil merapal sesuatu, lalu menyentuh puncuk kepala gadis itu. Ia pun menghilang.

Haruka menghela nafas. Bagaimana jadinya jika rumahnya menambah kuota untuk penghuni astral baru. Makhluk- makhluk yang saat ini ada di rumahnya saja sudah cukup membuatnya pusing tujuh keliling. Apa lagi jika ada tambahan. Bisa bisa tempat tinggalnya jadi rumah hantu asli.

Belakangan ini, berat rasanya melangkah menuju sekolah. Beberapa hari yang lalu, ia sempat terjerat masalah di sekolah. Pasalnya, ia dan temannya, Diana bolos di tengah pembelajaran. Mungkin orang orang  menganggap mereka bolos untuk melakukan sesuatu yang tidak penting. Padahal ia bolos sekolah untuk menyelamatkan nyawa orang lain. Seperti yang terjadi kemarin, saat ia menyelamatkan seorang pria yang mengais bayinya sambil menyetir. Saat itu ia mendapat pengelihatan batinnya di tengah pembelajaran. Ia memohon kepada Bu Sarah yang saat itu sedang mengajar di kelasya agar mengizinkannya keluar dan menyelamatkan pria itu. Namun, Bu sarah termasuk juga teman-temannya yang lain malah menertawakannya. Terpaksa, ia dan Diana harus kabur dari kelas tanpa seizinnya.

Memiliki kemampuan seperti ini terkadang membuatnya tersersiksa sendiri. Pasalya, ia selalu disuguhi kejadian-kejadian mengerikan yang akan terjadi di masa depan. Menjadi seperti ini bukanlah keinginannya. Semua mengalir begitu saja.

HarukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang