M-J :: (13) Tau

80.4K 6.6K 1.1K
                                    

M-J :: (13) Tau

============

M I K A

Akhirnya gue masuk sekolah.

Nyokap senang dengan keputusan gue, dia sampai memeluk gue berkali-kali dan membuat sarapan favorit gue. Bahkan, gue gak nyangka itu Ibu-Ibu bisa kayak gitu. Mello juga senang, dia mencium-cium pipi gue berkali-kali, mengatakan bahwa Mikong yang dulu kembali.

Padahal ini Mikong masih yang dulu, kok.

"Jadi, welcome back," ucap Juna begitu gue membuka pintu mobil Alvaro. Gue tercengir kala Juna, Alvaro, Seth dan Julian langsung menghabisi gue. Juna mencubit pipi (kelakuannya mirip banget sama Ana). Alvaro dan Seth kompak mendorong-dorong bahu gue sementara Julian menjambak rambut gue.

Simpulnya, gue di-bully.

"Woy," ucap gue sambil tertawa.

"Dih, matanya tetep beler. Kobam ya lo semalem?" tanya Alvaro.

Mata gue melotot. "Ya kali kobam. Hacep aja gak pernah."

Seth dan Julian tertawa. "Boong, itu mata kenapa beler?"

"Mikirin Kak Ana kali, jadi gak bisa tidur!" Juna terkikik.

Dih, kikikan Juna ngeri abis. Gak beda jauh sama kuntilanak yang biasa gue temui di jalan raya.

"Gue gak mikirin siapa-siapa," kata gue sambil cemberut.

Seth seolah teringat sesuatu. "Woy! TAU GAK SIH MIK, REVON-NAIRA JADIAN!!"

Seketika gue heboh.

"DEMI APA MEREKA JADIAN?! KOK BISA?! BOONG LO SUMPAH," gue mengguncangkan bahu Seth saking terkejutnya. Seth tampak senang dengan reaksi heboh gue. "WOY BENER WOY, TIAP HARI MEREKA BARENG MULU GAK BISA LEPAS KAYAK SELAI AMA ROTI!"

Juna dan Alvaro saling lirik. "Beda banget sama reaksi Miles, ya?"

Miles.

Julian mendorong bahu Alvaro yang keceplosan. Seketika Alvaro meminta maaf. Gue menggaruk kepala karena situasi menjadi canggung lagi. Menghela napas, gue pun berbicara.

"Gak apa-apa, kok. Lagian gue udah gak peduli."

"Kalo boong, jangan di sini," cetus Alvaro, dia mulai menyetir mobilnya meninggalkan pekarangan rumah gue.

"Gak boong, kok," gue mengelak lagi.

"Kalo lo pake kata 'kok', berarti lo boong," balas Juna.

Sial.

Kenapa ini manusia-manusia gila selalu tau hal terkecil di hidup gue? Jangan-jangan mereka tau tanda lahir di bokong gue? Oiya, dulu kan pernah mandi bareng di rumah Juna, ya? Waktu tahun baruan (chapter 2 Junario!). Berarti mereka liat? Astaga, gue gak nyadar sama sekali.

"Berdoa aja semoga Miles di sana gak kenapa-kenapa," ucap Seth mencairkan suasana. Julian menimpali. "Mereka 'kan pangeran sama putri di kerajaan, pasti gak ada hal aneh terjadi 'kan?"

"Iya-iya," balas Juna sambil mengangguk macem boneka Hoka-Hoka Bento. "Gue yakin mereka bahagia selamanya macem ending buku dongeng."

"Tapi, portal belom ketutup, orang yang nerobos portal masih berkeliaran, dan Para Petinggi masih berselisih," ucap gue pelan.

Hening lagi.

"Kita bisa bantu," Alvaro tersenyum seraya melirik gue sekilas. "Kita bantu apa yang kita bisa."

"Makasih, Om Roro," gue tercengir.

Beberapa saat kemudian, kami sampai di National High. Beberapa siswa melihat mobil Alvaro dengan pandangan oh-so-cool. Mereka tahu di dalam mobil Alvaro berisi Juna bintang basket, Alvaro ketua OSIS juga kapten futsal, Seth yang jago gambar dan manis, lalu Julian yang jaim dan misterius. Tapi gak ada satu orangpun yang terkagum karena gue, karena gue adalah badut kelas aneh yang sering teriak-teriak seperti perempuan belum puber.

TRS (3) - Mika on FireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang