13. Pilihan

2.3K 87 12
                                    


karna bertahan adalah suatu pilihan saat kita di butakan oleh orang yang kita sayang, tak peduli jika orang itu akan tiba tiba meninggalkan sejuta kenangan yang tak akan terlupakan

-siwi widuraingtyas

Sejak kejadian semalam, milan sering melamun dengan kedua mata yang sembab akibat menangis semalaman. Teman temannya pun heran dengan sikap milan yang tidak seperti biasanya, ia lebih menjadi pendiam padahal biasanya milan lah yang membuat ulah dengan tingkah anehnya.

"kenapa lo mil? tumben diem?"tanya icus membuka suara.

"paling juga karna si dilan!" rara pun menyahut.

"kemarin milan di labrak mak lampir kurbel!" sahut yossan santai.

"hah? kok bisa? anna kan? pacar dilan?" kata icus spontan. "bener mil?" tanya icus hati hati

"hemm" milan mengangguk sekilas.

"emang tuh cewek kurbel banget" ucap rara geram.

"terus lo gimana?" icus mulai mengtrogasi.

"ya gue jelasin semua lah.. eh malah nyolot, temen temennya ganas pula.. pengen ngelawan gue juga menghargai dia sebagai kakak kelas..ck. udah aku pergi ke kelas dulu" ucap milan sekilas lalu pergi.

Yossan, icus, dan rara saling bertukar pandang. Mungkin milan ingin sendiri saat ini.

Milan berjalan menyusuri koridor sekolah dengan sesekali tersenyum pada siswa yang menyapanya. Namun langkahnya terhenti saat melihat seorang cowok yang terlihat bahagia bersama cewek cantik disana.

Ya, disana ada Dilan dan anna yang sedang duduk di teras kelas. Mereka tampak asyik berdua dengan sesekali anna mencubit pipi dilan, Milan tersenyum getir menahan sesak di dadanya saat ini.

"Aku bertahan kak"ucapnya lalu pergi dari sana.

Merasa ada yang memandangnya, dilan melihat kebelakang ternyata ada gadis yang berjalan dengan tertunduk. Ia tidak menyangka jika gadis itu memilih bertahan. Dilan tersenyum manis menatap kepergian gadis tersebut.

"kok senyum senyum sendiri sih? aku di cuekin nihh" ucap anna sambil mengerucutkan bibirnya.

"gak papa kokk" kata dilan mengacak gemas rambut anna.

Dilan melirik lagi ke arah belakang, gadis itu matapnya sendu dan tersenyum.
"Bahagia walau sebagai yang kedua!" ucap milan sekilas lalu berjalan kembali.

Milan tak menyangka dengan sikapnya saat ini, yang berkesan seperti orang ketiga. Tapi apa apa daya hatinya memilih diam dan bertahan. Ia percaya suatu saat Dilan bisa menjadi miliknya, walau tidak besar kesempatan itu.

"Kita saling terhalang, dinding kaca aaa.. Cinta kita yang tersisa kita simpan bersamaaaaa" nyanyian yossan pun terdengar tak jauh dari kelasnya.

"nihh anak setres kalik ye? tika gak ngrespon kalo di deketin" Milan terkekeh kecil jika melihat yossan ingin dekat tika, namun tika selalu menghindar.

" mil?! nih anak kurang gizi kalik.. sembuh in dongg.. gue prihatin liatnya" ucap elsa kesal dengan suara yossan yang cempreng.

"prihatin apa sayang lo??" goda milan.

"ehh?? siapa yang Sayang?" sahut yossan yang tiba tiba berhenti bernyanyi.

"lah kepo?!" jawab milan sambil terkekeh geli melihat ekspresi yossan.

"apaan sa? tadi siapa yang sayang? kasih tau donggg" tanya yossan pada elsa.

Elsa gugup di tanya sepertu itu dengan yossan, karna yang di maksud tadi adalah elsa itu sendiri.

"auukk ahhh.. gue mau ke toilet!" jawab elsa sekilas lalu pergi.

"tai loo.. gue doain itu lo gatel!!" teriak yossan ngawur.

"Dasar mesum!!" sahut milan menjitak kepala yossan.

"otak lo tuh yang mesum! itu kan bukan berarti itu" elak yossan.

"gaje ahh lo.. kapan waras?" sahut milan mulai kesal.

"terus.. kapan lo jadian? hah?" goda yossan dengan senyum jahilnya.

"lebaran monyet!" jawab milan."terus lo sendiri gimana? kapan lo bisa dapet hati tika? hah?" lanjut milan.

Yossan terdiam, tatapan nya menyendu. Milan pun tak tega melihat temannya dengan wajah jemuran kusut.

"sorry san?!!" jawab milan.

"gak papa... gue tau, kalo dia sulit gue dapetin"

"galau terus.. gila aja lo dari pada galau kasihan gue liatnya.."

"hikss... mamah mau tika" yossan pun memasang muka melas. Reflek Milan menampar pipi yossan yang tirus. Yossan meringis kesakitan dan langsung mencubit pinggang milan dengan geram.

🍂🍂🍂

Kesekian kalinya milan melihat dilan dengan anna di depan parkiran. Mereka sangat cocok dan bahagia, milan tersenyum simpul.
"andai dia itu gue?!" ucap milan pelan..

"udah mil jangan liatin gitu, entar mata lo copott gue kabur!"kata rara yang juga mengamati dilan.

"Gue gak tau apa apa soal cinta, yang gue tau, gue nyaman sama dia.. ck" ucap milan lagi sebelum menghembuskan nafas panjang.

"oiii.... ayok pulang mil.. capek gue!! menghindar dari yossan mulu" kata tikaa yanh baru datang.

"oke.. lo juga pulang ya ra" kata milan sekilas dan pergi meninggalkan rara.

Milan berjalan seperti biasa saat melintasi pasangan yang sedang bermesra an. Ia melirik sedikit kearah dilan, matanya terkunci dengan pandangan dilan. Namun akhirnya ia memutuskan kontak matanya.

Sepanjang perjalanan, Milan hanya diam, tidak bersuara sedikit pun. Itu membuat tika tenang karna ia tak akan malu dengan tingkah gila milan.

Mereka berhenti di tengah panasnya jalanan ibu kota, milan mendengus kesal karna setiap pulang sekolah jalanan akan macet. Tiba tiba ada yang memanggilnya.

"mil?" panggil dilan.

Merasa di panggil milan menoleh dan reflek tersenyum tulus.

"iya?" jawab milan.

"lo gak cemburu kan?" tanya dilan.

"peka dikit napa mas?" ucap milan dlam hati.
"hehe... gak kokk!!" ucap milan berbohong.

"terus? lo gimana?"

"gimana apanya?" milan bertanya kembali.

Tika pun hanya geleng geleng kepala, melihat dua orang yang sempat mengobrol di kemacetan ini.

"lo mau pergi ya?" pancing dilan

"hemmm... aku takut jadi PHO, tapi aku memilih bertahan!!" ucap milan dengan senyum manis.

Dilan tersenyum lega dengan jawaban milan, walau dilan tau kalo dia tidak akan banyak waktu bersama milan. Karna statusnya masih terikat pacar anna.

vote💞
salam penulis amatir💖

Fall In Love With Seniors [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang